Asistol
Asistol | |
---|---|
Beberapa denyutan ritme sinus diikuti oleh denyutan atrium dan asistol. | |
Informasi umum | |
Spesialisasi | Kardiologi |
Asistol merupakan ritme jantung yang mengancam nyawa yang dicirikan oleh tidak adanya aktivitas elektrik pada gambaran elektrokardiogram. Oleh karena tidak terdapat aktivitas elektrik, maka tidak terdapat pula denyutan jantung. Kondisi ini dapat menyebabkan kematian bila tidak ditangani secara cepat.[1]
Penyebab
[sunting | sunting sumber]Penyebab asistol dibagi ke dalam asistol primer dan asistol sekunder
Asistol primer
[sunting | sunting sumber]Asistol primer terjadi ketika fungsi metabolik sel tidak lagi lengkap dan impuls elektrik tidak dapat dibuat. Dengan iskemia berat, sel pacemaker tidak dapat mengantarkan ion yang penting untuk mempengaruhi potensial aksi transmembran. Kegagalan alat pacu jantung implan juga dapat menyebabkan asistol primer.
Oklusi proksimal dari arteri koroner kanan dapat menyebabkan iskemi atau infark nodus sinoatrial (SA) dan atrioventrikel (AV). Infark ekstensif dapat menyebabkan blok cabang berkas bilateral.
Degenerasi idiopatik dari nodus SA atau AV juga dapat menyebabkan blok pada henti sinus dan/atau AV, secara berurutan. Proses ini berlangsung lambat dan progresif, namun gejala dapat bersifat akut dan kemudian terjadi asistol. Alat pacu jantung implan biasanya digunakan untuk kondisi ini.
Adakalanya kematian asistolik terjadi akibat blok jantung kongenital, tumor lokal, atau cedera jantung.[2]
Asistol dapat terjadi akibat sambaran petir tidak langsung yang akan mendepolarisasi seluruh pacemaker jantung. Ritme ini dapat kembali secara spontan atau segera setelah resusitasi jantung-paru (RJP) dilakukan. Sementara arus alternating current (AC) dari alat elektronik buatan manusia biasanya menyebabkan fibrilasi ventrikel.
Asistol Sekunder
[sunting | sunting sumber]Kondisi yang sering terjadi antara lain termasuk mati lemas, tenggelam, stroke, emboli paru masif, hiperkalemia, hipotermia, infark miokard yang disertai fibrilasi ventrikel atau takikardi ventrikel, post-defibrilasi, dan overdosis obat sedasi-hipnotik atau narkotik yang menyebabkan gagal napas.
Hipotermi merupakan suatu keadaan yang khusus, karena asistol dapat ditoleransi pada periode yang lebih lama pada situasi tertentu dan dapat dikembalikan dengan penghangatan kembali ketika RJP dilakukan.
Prognosis
[sunting | sunting sumber]Prognosis tergantung penyebab dari ritme asistolik, waktu dimulainya intervensi, dan keberhasilan atau gagalnya resusitasi. Keberhasilan resusitasi terjadi bila hal ini merupakan keadaan sekunder yang dapat dikoreksi secara cepat, misalnya henti jantung akibat tersedak, dan jika jalan napas dapat dibebaskan dan pasien teroksigenasi kembali. Adakalanya asistol primer dapat reversibel jika terjadi akibat kegagalan pacemaker, yang mana dapat terjadi baik secara intrinsik maupun ekstrinsik, dan hal ini dikoreksi secara cepat dengan pacu jantung eksternal.
Komplikasi
[sunting | sunting sumber]Komplikasinya antara lain termasuk gangguan saraf permanen dan komplikasi dari resusitasi atau prosedur invasif itu sendiri. Kematian juga merupakan komplikasi dari asistol.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ http://www.heart.org/HEARTORG/Encyclopedia/Heart-Encyclopedia_UCM_445084_Encyclopedia.jsp?levelSelected=1&title=asystole
- ^ Bognolo DA, Rabow FI, Vijayanagar RR, Eckstein PF. Traumatic sinus node dysfunction. Ann Emerg Med. Jun 1982;11(6):319-21.
.