Punggok sumba
Punggok Sumba | |
---|---|
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | |
Filum: | |
Kelas: | |
Ordo: | |
Famili: | |
Genus: | |
Spesies: | N. sumbaensis
|
Nama binomial | |
Ninox sumbaensis Olsen, Wink, Sauer-Gurth & Trost, 2002
|
Punggok sumba[2] (Ninox sumbaensis) adalah spesies pungguk (sejenis burung hantu) dari suku Strigidae. Burung ini menyebar terbatas (endemik) di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur, Indonesia.
Deskripsi
[sunting | sunting sumber]Burung pungguk berukuran kecil, panjang tubuh (paruh hingga ujung ekor) lk. 23 cm. Muka abu-abu dengan alis mata menyolok keputih-putihan, lingkar wajah tidak ada/tidak jelas. Mata terletak agak ke sisi kepala. Mahkota keabu-abuan, dengan garis-garis coretan yang halus dan rapat. Tenggorokan dan dada atas merah karat bercoret gelap, sedangkan dada bawah kuning kecokelatan dan keputihan bercoret gelap; coret-coretan berupa garis-garis halus bersiku-siku (zigzag). Sisi punggung cokelat muda bercoret cokelat gelap renggang. Bulu terbang di sayap bergaris-garis merah-karat dan cokelat gelap. Ada bercak putih besar di sekitar belikat.[3]
Paruh berwarna tanduk dengan ujung kuning. Iris mata kuning. Kaki kuning dan berbulu pada bagian depan; jari-jari kuning. Suara berupa nada tunggal "hoot..", yang disiulkan setiap 2,5 detik sekali.[3]
Habitat dan kebiasaan
[sunting | sunting sumber]Punggok sumba agaknya terbatas hanya menghuni petak-petak kecil hutan primer, hutan sekunder, dan juga hutan-hutan yang telah rusak, pada ketinggian antara 600-950 m dpl.[3][4] Tidak seperti kerabatnya, punggok wengi, punggok sumba tidak berburu dan bertengger di tempat-tempat yang terbuka di luar hutan.[3]
Burung muda teramati keberadaannya di bulan November.[4]
Konservasi
[sunting | sunting sumber]Punggok sumba dimasukkan ke dalam Daftar Merah IUCN dengan status Genting (Endangered, EN), terutama karena populasinya yang relatif kecil terancam kelestariannya oleh hilangnya habitat alaminya (yakni hutan-hutan primer dan sekunder) akibat perluasan lahan-lahan pertanian, pengambilan kayu, dan lain-lain.[1] Akan tetapi, pungguk ini belum dilindungi oleh undang-undang negara RI.
Catatan
[sunting | sunting sumber]Dalam bahasa Inggris, yang dikenal sebagai Sumba boobook adalah punggok wengi (Ninox rudolfi). Sementara, punggok sumba disebut Little Sumba hawk-owl.[2] Ada pula yang menyebutnya Least boobok.[1]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c BirdLife International. (2017). Ninox sumbaensis. The IUCN Red List of Threatened Species 2017: e.T22730062A118629788. https://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2017-3.RLTS.T22730062A118629788.en. Downloaded on 12 March 2020.
- ^ a b Burung Indonesia & B. van Balen. (2010). Informasi tambahan: "Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan". Bogor: Perhimpunan Pelestarian Burung Liar Indonesia.
- ^ a b c d Olsen, J., M. Wink, H. Sauer-Gürth, & S. Trost. (2002). "A new Ninox owl from Sumba, Indonesia". Emu, 102:223–231.
- ^ a b Olsen, J., S. Trost, & S.D. Myers. (2009). "Owls on the island of Sumba, Indonesia". Australian Field Ornithology 26(1-2): 2-14.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- Oriental Bird Images: foto Punggok sumba Diarsipkan 2016-03-05 di Wayback Machine., diakses 12/III/2020
- The Owl Pages: Little Sumba Hawk Owl ~ Ninox sumbaensis, diakses 12/III/2020