Syamsudin Sagiman
Kolonel (Purn.) H. Syamsuddin Sagiman adalah seorang tokoh kelahiran Langsa yang pernah menjabat sebagai Bupati Brebes. Ia menjabat sebagai Bupati Brebes pada tahun (1994–1999). Pria lulusan Akademi Militer Nasional (AMN) 1965 ini, lahir Gampong (Kampung) Jawa, Langsa, Aceh Timur. Saat ini seorang adiknya masih ada yang tinggal di Gampong Jawa.
Riwayat Hidup
[sunting | sunting sumber]Pendidikan
[sunting | sunting sumber]Syamsuddin merupakan salah satu orang yang turut mendirikan bangunan yang menjadi cikal bakal SMA Negeri 1 Langsa. Dia juga lulusan SMA tersebut. Tamat SMA 1961, dia berangkat ke Yogyakarta dan masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM). Sempat kuliah setahun, sejarah berkata lain. Syamsuddin kemudian masuk ke AMN. Syamsir Siregar, mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) merupakan teman satu angkatannya. Selain itu, Zulfirman Siregar (mantan Bupati Langkat, Sumut), dan DD Sinulingga (mantan Bupati Karo, Sumut) juga merupakan kawan satu angkatannya.
Karier militer
[sunting | sunting sumber]Berkarier di militer, Syamsuddin mengambil satuan Infanteri. Aktivitas militernya tidak pernah mengantarkan dia bertugas di Aceh sebab dia lebih banyak bertugas di Jawa dan Indonesia bagian timur. Mendekati pensiun, Syamsuddin beralih ke jabatan dari militer ke fungsional sipil. Sesuatu yang lumrah pada masa orde baru. Dia pun dipilih Presiden Soeharto sebagai Bupati Brebes. Menjabat selama satu periode, merupakan pengalaman yang cukup berarti bagi Syamsuddin. Pasalnya dia menjadi bupati pada dua masa yakni Orde Baru dan Orde Reformasi.
Sebagai putra Jawa kelahiran Sumatra (Pujakesuma), Syamsuddin membawa nilai-nilai masyarakat Sumatra dalam bertugas dan bersentuhan dengan masyarakat. Di antaranya adalah keterbukaan dan tidak bisa ditawar. Bagi Syamsuddin orang Sumatra itu lebih terbuka atas sesuatu. “Kalau tidak, ya bilang tidak. Kalau iya, pasti bilang iya,” kata Syamsuddin saat ditemui penulis pada, 14 Desember 2014.
Kemudian Syamsuddin menyebut orang Sumatra juga keras. Keras dalam arti tidak bisa ditawar. “Saya gak bisa dibeli. Mungkin itu sebabnya, saya hanya sampai kolonel,” katanya sambil tertawa.
Kehidupan Pribadi
[sunting | sunting sumber]Keluarga
[sunting | sunting sumber]Syamsuddin kini masih hidup bahagia dengan isteri dan anak-anaknya, di sebuah rumah sederhana di Kecamatan Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Dia aktif sebagai salah satu tokoh atau sesepuh pensiunan tentara dan pejuang di Jawa Tengah.(*)
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]