Lompat ke isi

Masehi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Ilustrasi Dionysius Exiguus (atau "Denis Pendek") sedang menghitung penanggalan Paskah

Kalender Masehi atau Anno Domini (AD) dalam bahasa Inggris adalah sebutan untuk penanggalan atau penomoran tahun yang digunakan pada kalender Gregorius dan Kalender Julius. Era kalender ini didasarkan pada tahun tradisional yang dihitung sejak kelahiran Yesus dari Nazaret. Masehi dihitung sejak hari tersebut, sedangkan sebelum itu disebut Sebelum Masehi atau SM. Perhitungan tanggal dan bulan pada Kalender Julian disempurnakan pada tahun 1582 menjadi kalender Gregorian. Penanggalan ini kemudian digunakan secara luas di dunia untuk mempermudah komunikasi.

Kata Masehi (disingkat M) dan Sebelum Masehi (disingkat SM) berasal dari bahasa Arab (المسيح), yang berarti "yang membasuh", "mengusap" atau "membelai". (lihat pula Al-Masih). Kata ini dalam terjemahan Alkitab bahasa Arab dipakai untuk istilah bahasa Ibrani "Mesiah" atau "Mesias" yang artinya "Yang diurapi" Atau "Tuhan" dalam agama Abrahamik

Dalam bahasa Latin penanggalan ini disebut "Anno Domini" (disingkat AD yang berarti "Tahun Tuhan") yang dipakai luas di dunia. Dalam bahasa Inggris pada zaman modern muncul istilah Common Era yang disingkat "CE" (secara harfiah berarti "Era Umum"), sedangkan waktu sebelum tahun 1 dipakai istilah "Before Christ" yang disingkat BC (artinya sebelum kelahiran Kristus) atau Before Common Era yang disingkat "BCE" (Sebelum Era Umum).

Pada awal Abad Pertengahan, perhitungan yang paling penting, dan dengan demikian salah satu motivasi utama untuk studi matematika Eropa, adalah masalah kapan harus merayakan Paskah. Konsili Nicea Pertama, pada tahun 325 M, telah memutuskan bahwa Paskah akan jatuh pada hari Minggu setelah bulan purnama setelah ekuinoks musim semi. Computus (bahasa Latin untuk perhitungan) adalah prosedur untuk menghitung tanggal yang paling penting ini, dan perhitungannya dituangkan dalam dokumen yang dikenal sebagai tabel Paskah. Di salah satu tabel itulah, pada tahun 525 M, seorang biarawan bernama Dionysius Exiguus (kadang-kadang disebut Dennis yang Kecil) dari Scythia Minor memperkenalkan sistem A.D., menghitung tahun sejak kelahiran Kristus.

Dionysius tidak pernah mengatakan bagaimana dia menentukan tanggal kelahiran Yesus, tetapi dia mungkin telah menggunakan tulisan-tulisan yang masih hidup dari orang-orang Kristen awal seperti Clement dari Alexandria atau Eusebius dari Kaisarea untuk membantu memperkirakan tanggal, menurut Alden Mosshammer, seorang profesor emeritus sejarah di Universitas California di San Diego dalam bukunya "The Easter Computus and the Origins of the Christian Era". Dionysius berusaha untuk menetapkan 1 M sebagai tahun kelahiran Yesus Kristus, tetapi perkiraannya meleset beberapa tahun dengan perkiraan modern yang menempatkan kelahiran Kristus sekitar tahun 4 SM.

Dionysius merancang sistemnya untuk menggantikan sistem Diocletian, dinamai berdasarkan Diocletian yang merupakan Kaisar Romawi dari 284 M hingga 305 M. Sistem ini menggunakan jumlah tahun sejak Diocletian menjadi kaisar Roma. Tahun pertama di meja Paskah Dionysius, "Anno Domini 532", mengikuti tahun "Anno Diocletiani 247", menurut Project Muse Universitas Johns Hopkins.

Dionysius membuat perubahan khusus untuk menghilangkan ingatan tentang Diocletian, yang telah menganiaya orang Kristen dengan kejam. Diocletian menerbitkan edik yang mengakibatkan pembunuhan atau pemenjaraan banyak orang Kristen dan pembakaran gereja dan Alkitab.

Penambahan komponen "Sebelum Masehi" terjadi dua abad setelah Dionysius, ketika Yang Mulia Bede dari Northumbria menerbitkan "Sejarah Gerejawi Orang Inggris" pada tahun 731. Pekerjaan tersebut membawa sistem AD menjadi perhatian lebih banyak orang dan memperluasnya untuk memasukkan tahun-tahun sebelum 1 M. Tahun-tahun sebelumnya diberi nomor untuk menghitung mundur untuk menunjukkan jumlah tahun suatu peristiwa telah terjadi "sebelum Kristus" atau "SM".

Sistem Masehi ini menjadi lebih populer pada abad kesembilan setelah Kaisar Romawi Suci Charlemagne mengadopsi sistem penanggalan untuk pemerintah di seluruh Eropa. Pada abad ke-15, seluruh Eropa Barat telah mengadopsinya. Penyertaan sistem ini tersirat dalam pengenalan kalender Gregorian abad ke-16 dan kemudian menjadi standar internasional pada tahun 1988 ketika Organisasi Internasional untuk Standardisasi merilis ISO 8601, yang menjelaskan cara yang diterima secara internasional untuk mewakili tanggal dan waktu.

Penerapan Sistem Masehi diperkuat lagi dengan munculnya Kalender Gregorian yang dibuat oleh Paus Gregorius XIII untuk memperbaiki Kalender Julian yang diciptakan oleh Diktator Republik Romawi, Julius Caesar dengan bantuan Matematikawan dan Astronomer Yunani bernama Sosigenes pada tahun 46 SM[1].

Kalender Julian memiliki penamaan nama bulan berdasarkan dewa-dewi maupun angka Romawi kuno yaitu Ianuarius(Januari), Februarius(Februari), Martius(Maret), Aprilis(April), Maius(Mei), Iunius(Juni), Quintilis, Sextilis, (Septem)September, (Octo)October, (Novem)November, dan (Decem)December, tetapi ada nama dua bulan yang diubah saat Kaisar Augustus naik tahta dan merubah Republik Romawi menjadi Kekaisaran Romawi pada tahun 27 SM.

Kaisar Augustus merubah bulan Quintilis menjadi Julius(Juli) untuk menghormati paman nya yaitu Julius Caesar yang dibunuh oleh senat Romawi serta bulan Sextilis menjadi Augustus(Agustus) untuk menghormati dirinya sendiri. Setelah lama digunakan selama 1500 tahun, ada kesalahan perhitungan dalam kalender Julian. Pada tahun 1570-an, kalender Julian melenceng dari tanggal matahari sebanyak 10 hari. Karenanya sistem penanggalan ini tidak sinkron dengan musim dalam setahun. Penanggalan ini dikhawatirkan akan membuat hari Paskah terus menjauh dari tanggal seharusnya.

Akhirnya Paus Gregorius XIII bersama dengan ahli fisika Aloysius Lilius, dan ahli astronomi Christopher Clavius mengembangkan kalender Masehi/Gregorian selama 5 tahun. Dalam kalender Gregorian, penambahan hari setiap 4 tahun sekali dihapuskan. Sistem kabisat berlaku empat tahun sekali kecuali tahun yang tidak habis dibagi 400. Jadi tahun kabisat jatuh pada tahun 2000, tapi tidak di 1900, 1800, atau 1700. Paus Gregorius XIII juga memindahkan tahun baru yang semula 25 Maret menjadi 1 Januari agar dekat dengan tanggal kelahiran Yesus atau natal. Penanggalan ini langsung diterima di negara-negara penganut Kristen Katolik. Setelah diperkenalkan, Italia, Spanyol, dan Portugal langsung melakukan konversi dari Kalender Julian menjadi Kalender Masehi lalu diikuti oleh kerajaan-kerajaan Eropa lainnya. Inggris dan Amerika baru menggunakan kalender Masehi pada 1752. Pengaruh dari kolonialisme menjadi faktor besar dalam penyebaran sistem kalender Masehi ke seluruh dunia. Arab Saudi yang semula memakai kalender Hijriah, tahun 2016 mulai memakai kalender Gregorian dengan penanggalan Masehi nya.

Kesulitan dan kontroversi

[sunting | sunting sumber]

Meskipun tahun 1 dianggap sebagai tahun kelahiran Yesus, tetapi bukti-bukti historis terlalu sedikit untuk mendukung hal tersebut.[2] Dionysius Exiguus tidak memperhitungkan tahun 0 serta tahun ketika kaisar Augustus memerintah Kekaisaran Romawi. Para ahli menanggali kelahiran Yesus secara bermacam-macam, dari 18 SM hingga 7 M.

Sejarawan tidak mengenal tahun 0, tahun 1 M adalah tahun pertama sistem Masehi dan tepat setahun sebelumnya adalah tahun 1 SM. Dalam perhitungan sains, khususnya dalam penanggalan tahun astronomis, hal ini menimbulkan masalah karena tahun Sebelum Masehi dihitung dengan menggunakan angka 0, maka dari itu terdapat selisih 1 tahun di antara kedua sistem.

Penggunaan

[sunting | sunting sumber]

Indonesia

[sunting | sunting sumber]

Di Indonesia selain penanggalan tahun Masehi yang digunakan secara resmi, secara tidak resmi masyarakat juga mengenal penanggalan Tahun Hijriah/Tahun Islam dan Tahun Lunar/Tahun Imlek/Tahun Tionghoa dan Tahun Jawa.

Dalam bahasa Inggris dan dipergunakan secara internasional, istilah Masehi disebut menggunakan bahasa Latin Anno Domini / AD (Tahun Tuhan kita) dan Sebelum Masehi disebut sebagai Before Christ / BC (Sebelum Kristus). Sistem ini mulai dirancang tahun 525, tetapi tidak begitu luas digunakan hingga abad ke-11 hingga ke-14. Pada tahun 1422, Portugis menjadi negara Eropa terakhir yang menerapkan sistem penanggalan ini. Setelah itu, seluruh negara di dunia mengakui dan menggunakan konvensi ini untuk mempermudah komunikasi.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ the Elder, Pliny (77). Natural History. Kekaisaran Romawi. hlm. 210-2012. 
  2. ^ Doggett. (1992). "Calendars" (Ch. 12), in P. Kenneth Seidelmann (Ed.) Explanatory supplement to the astronomical almanac. Sausalito, CA: University Science Books, 579