Antiplatelet: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Muhammad Anas Sidik (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Muhammad Anas Sidik (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 41: Baris 41:
==Manajemen gigi pasien yang menggunakan obat antiplatelet==
==Manajemen gigi pasien yang menggunakan obat antiplatelet==
==Toksisitas Obat==
==Toksisitas Obat==
Efek obat antiplatelet mungkin dipengaruhi oleh pengobatan pasien, kondisi medis saat ini, makanan dan suplemen yang dikonsumsi. Efek obat antiplatelet dapat meningkat atau menurun. Peningkatan efek antiplatelet akan meningkatkan risiko perdarahan dan dapat menyebabkan perdarahan yang berkepanjangan atau berlebihan. Penurunan efek antiplatelet akan mengurangi risiko perdarahan, namun meningkatkan risiko tromboemboli.<ref name=":0" /> Toksisitas obat dapat meningkat bila beberapa obat antiplatelet digunakan. Pendarahan gastrointestinal adalah efek samping yang umum terjadi pada banyak pasien.<ref>{{cite journal | vauthors = Shehab N, Sperling LS, Kegler SR, Budnitz DS | title = National estimates of emergency department visits for hemorrhage-related adverse events from clopidogrel plus aspirin and from warfarin | journal = Archives of Internal Medicine | volume = 170 | issue = 21 | pages = 1926–1933 | date = November 2010 | pmid = 21098354 | doi = 10.1001/archinternmed.2010.407 | doi-access = free }}</ref>

===Obat-obatan===
Obat yang dapat meningkatkan efek obat antiplatelet:<ref name=":0" />
*Obat sitotoksik atau obat yang berhubungan dengan penekanan sumsum tulang (misalnya: leflunomide, hydroxychloroquine, adalimumab, infliximab, etanercept, sulfasalazine, penicillamine, gold, methotrexate, azathioprine, mycophenolate)
*Obat-obatan yang mempengaruhi sistem saraf (misalnya: Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI))
*OAINS (misalnya: aspirin, ibuprofen, diklofenak, naproxen)
*Antikoagulan atau obat antiplatelet lainnya

Pengobatan yang dapat menurunkan efek obat antiplatelet:<ref name=":0" />
*Karbamazepin
*Eritromisin
*Flukonazol
*Omeprazol

Penggunaan OAINS sebagai bagian dari penatalaksanaan gigi pada pasien dengan penyakit pembuluh darah harus dihindari karena NSAID mempunyai efek antiplatelet. Sebaliknya, analgesik sederhana seperti parasetamol atau co-codamol harus menjadi pilihan pertama. Jika NSAID diperlukan, risiko perdarahan meningkat seiring dengan lamanya perawatan gigi.<ref name=":0" />

===Kondisi medis===
Kondisi medis yang dapat meningkatkan efek obat antiplatelet meliputi:<ref name=":0" /> Gagal ginjal kronis, penyakit hati, keganasan hematologi, kemoterapi yang baru atau sedang berlangsung, gagal jantung lanjut, kelainan perdarahan bawaan ringan (misalnya hemofilia, penyakit Von Willebrand) dan purpura trombositopenik idiopatik.
===Makanan dan suplemen===
Makanan dan suplemen yang dapat meningkatkan efek obat antiplatelet:<ref name=":0" /> John's wort, ginkgo biloba, dan bawang putih


==Referensi==
==Referensi==

Revisi per 28 April 2024 22.49

Obat antiplatelet atau antiagregan, juga dikenal sebagai penghambat aglutinasi trombosit atau penghambat agregasi trombosit, adalah anggota dari kelas obat-obatan yang menurunkan agregasi keping darah[1] dan menghambat pembentukan trombus. Obat ini efektif dalam sirkulasi arteri di mana antikoagulan antagonis vitamin K klasik mempunyai efek minimal.[2]

Obat antiplatelet banyak digunakan dalam pencegahan primer dan sekunder penyakit trombotik, terutama infark miokard dan strok iskemik.[1]

Terapi antiplatelet dengan satu atau lebih obat ini menurunkan kemampuan pembentukan bekuan darah dengan mengganggu proses aktivasi trombosit pada hemostasis primer. Obat antiplatelet dapat menghambat proses aktivasi trombosit secara reversibel atau ireversibel sehingga mengakibatkan penurunan kecenderungan trombosit untuk menempel satu sama lain dan merusak endotel pembuluh darah.[3]

Pemilihan

Obat antiplatelet adalah salah satu rekomendasi utama untuk pengobatan penyakit jantung koroner stabil dan tidak stabil.[4][5] Umumnya, aspirin digunakan sebagai obat tunggal pada kasus angina pektoris stabil tanpa komplikasi, dan pada beberapa kasus angina pektoris tidak stabil. Jika pasien tidak dapat mentoleransi aspirin, penghambat ADP/P2Y dapat digunakan sebagai terapi obat tunggal. Kasus yang lebih parah dan rumit diobati dengan terapi antiplatelet ganda, atau dalam beberapa kasus terapi tiga kali lipat yang mencakup antikoagulan oral langsung.[6] Dokter harus membuat pilihan yang menyeimbangkan risiko pasien dengan peningkatan risiko perdarahan yang terkait dengan terapi kombinasi.[4][5]

Terapi Antiplatelet Ganda

Seringkali kombinasi aspirin ditambah penghambat ADP/P2Y[7] (seperti klopidogrel, prasugrel, tikagrelor, atau lainnya) digunakan untuk mendapatkan efektivitas yang lebih besar dibandingkan dengan salah satu agen saja. Hal ini dikenal sebagai "terapi antiplatelet ganda" (atau DAPT). DAPT digunakan pada pasien yang memiliki, atau berisiko tinggi terkena angina tidak stabil, infark miokard NSTEMI, dan kondisi trombotik risiko tinggi lainnya.[5] Terapi antiplatelet ganda terbukti secara signifikan mengurangi tingkat serangan jantung, strok, dan kematian kardiovaskular secara keseluruhan, namun tidak digunakan pada pasien berisiko rendah karena secara signifikan meningkatkan risiko perdarahan besar.[8]

Klasifikasi

Golongan obat antiplatelet antara lain:

  • Penghambat reseptor adenosin difosfat (ADP).
  • Penghambat reuptake adenosin
  • Penghambat glikoprotein IIB/IIIA (hanya penggunaan intravena)
    • Absiksimab
    • Eptifibatida
    • Tirofiban
  • Penghambat siklooksigenase ireversibel
  • Penghambat fosfodiesterase
    • Silostazol
  • Antagonis reseptor-1 yang diaktifkan protease (yang menghambat reseptor yang diaktifkan protease 1 alias PAR-1) **Vorapaksar
  • Penghambat tromboksan
    • Antagonis reseptor tromboksan
      • terutroban
    • Penghambat sintase tromboksan

Penggunaan

Penatalaksanaan pada periode perioperatif

Manajemen gigi pasien yang menggunakan obat antiplatelet

Toksisitas Obat

Efek obat antiplatelet mungkin dipengaruhi oleh pengobatan pasien, kondisi medis saat ini, makanan dan suplemen yang dikonsumsi. Efek obat antiplatelet dapat meningkat atau menurun. Peningkatan efek antiplatelet akan meningkatkan risiko perdarahan dan dapat menyebabkan perdarahan yang berkepanjangan atau berlebihan. Penurunan efek antiplatelet akan mengurangi risiko perdarahan, namun meningkatkan risiko tromboemboli.[3] Toksisitas obat dapat meningkat bila beberapa obat antiplatelet digunakan. Pendarahan gastrointestinal adalah efek samping yang umum terjadi pada banyak pasien.[9]

Obat-obatan

Obat yang dapat meningkatkan efek obat antiplatelet:[3]

  • Obat sitotoksik atau obat yang berhubungan dengan penekanan sumsum tulang (misalnya: leflunomide, hydroxychloroquine, adalimumab, infliximab, etanercept, sulfasalazine, penicillamine, gold, methotrexate, azathioprine, mycophenolate)
  • Obat-obatan yang mempengaruhi sistem saraf (misalnya: Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI))
  • OAINS (misalnya: aspirin, ibuprofen, diklofenak, naproxen)
  • Antikoagulan atau obat antiplatelet lainnya

Pengobatan yang dapat menurunkan efek obat antiplatelet:[3]

  • Karbamazepin
  • Eritromisin
  • Flukonazol
  • Omeprazol

Penggunaan OAINS sebagai bagian dari penatalaksanaan gigi pada pasien dengan penyakit pembuluh darah harus dihindari karena NSAID mempunyai efek antiplatelet. Sebaliknya, analgesik sederhana seperti parasetamol atau co-codamol harus menjadi pilihan pertama. Jika NSAID diperlukan, risiko perdarahan meningkat seiring dengan lamanya perawatan gigi.[3]

Kondisi medis

Kondisi medis yang dapat meningkatkan efek obat antiplatelet meliputi:[3] Gagal ginjal kronis, penyakit hati, keganasan hematologi, kemoterapi yang baru atau sedang berlangsung, gagal jantung lanjut, kelainan perdarahan bawaan ringan (misalnya hemofilia, penyakit Von Willebrand) dan purpura trombositopenik idiopatik.

Makanan dan suplemen

Makanan dan suplemen yang dapat meningkatkan efek obat antiplatelet:[3] John's wort, ginkgo biloba, dan bawang putih

Referensi

  1. ^ a b Born G, Patrono C (January 2006). "Antiplatelet drugs". British Journal of Pharmacology. 147 Suppl 1 (Suppl 1): S241–S251. doi:10.1038/sj.bjp.0706401. PMC 1760725alt=Dapat diakses gratis. PMID 16402110. 
  2. ^ García-Ropero Á, Vargas-Delgado AP, Santos-Gallego CG, Badimon JJ (April 2020). "Direct Oral Anticoagulants and Coronary Artery Disease: The Debacle of the Aspirin Era?". Journal of Cardiovascular Pharmacology. 75 (4): 269–275. doi:10.1097/FJC.0000000000000795. PMID 31923049. 
  3. ^ a b c d e f g "SDCEP Anticoagulants and Antiplatelets" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2017-03-28. Diakses tanggal 2016-03-09. 
  4. ^ a b Fihn SD, Gardin JM, Abrams J, Berra K, Blankenship JC, Dallas AP, et al. (American College of Cardiology Foundation/American Heart Association task force on practice guidelines, and the American College of Physicians, American Association for Thoracic Surgery, Preventive Cardiovascular Nurses Association, Society for Cardiovascular Angiography and Interventions, and Society of Thoracic Surgeons) (December 2012). "2012 ACCF/AHA/ACP/AATS/PCNA/SCAI/STS guideline for the diagnosis and management of patients with stable ischemic heart diseasem". Circulation. 126 (25): e354–e471. doi:10.1161/CIR.0b013e318277d6a0alt=Dapat diakses gratis. PMID 23166211. 
  5. ^ a b c Wright RS, Anderson JL, Adams CD, Bridges CR, Casey DE, Ettinger SM, et al. (American College of Cardiology Foundation/American Heart Association Task Force on Practice Guidelines developed in collaboration with the American College of Emergency Physicians, Society for Cardiovascular Angiography and Interventions, and Society of Thoracic Surgeons) (May 2011). "2011 ACCF/AHA focused update of the Guidelines for the Management of Patients with Unstable Angina/Non-ST-Elevation Myocardial Infarction (updating the 2007 guideline)". Journal of the American College of Cardiology. 57 (19): 1920–1959. doi:10.1016/j.jacc.2011.02.009alt=Dapat diakses gratis. PMID 21450428. 
  6. ^ Gurbel PA, Fox KA, Tantry US, Ten Cate H, Weitz JI (April 2019). "Combination Antiplatelet and Oral Anticoagulant Therapy in Patients With Coronary and Peripheral Artery Disease". Circulation. 139 (18): 2170–2185. doi:10.1161/CIRCULATIONAHA.118.033580alt=Dapat diakses gratis. PMID 31034291. 
  7. ^ Lange, RA; Hillis, LD (2013), "The duel between dual antiplatelet therapies", N Engl J Med, 368 (14): 1356–1357, doi:10.1056/NEJMe1302504, PMID 23473370. 
  8. ^ Udell JA, Bonaca MP, Collet JP, Lincoff AM, Kereiakes DJ, Costa F, et al. (January 2016). "Long-term dual antiplatelet therapy for secondary prevention of cardiovascular events in the subgroup of patients with previous myocardial infarction: a collaborative meta-analysis of randomized trials". European Heart Journal. 37 (4): 390–399. doi:10.1093/eurheartj/ehv443alt=Dapat diakses gratis. PMID 26324537. 
  9. ^ Shehab N, Sperling LS, Kegler SR, Budnitz DS (November 2010). "National estimates of emergency department visits for hemorrhage-related adverse events from clopidogrel plus aspirin and from warfarin". Archives of Internal Medicine. 170 (21): 1926–1933. doi:10.1001/archinternmed.2010.407alt=Dapat diakses gratis. PMID 21098354.