Determinisme biologis: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Add 1 book for Wikipedia:Pemastian (20231209)) #IABot (v2.0.9.5) (GreenC bot
 
(12 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
'''Determinisme biologis''' atau '''determinisme genetik'''<ref>{{Cite journal|last=de Melo‐Martín|first=Inmaculada|date=December 2003|title=When Is Biology Destiny? Biological Determinism and Social Responsibility|url=https://www.jstor.org/stable/pdf/10.1086/377399.pdf|journal=Philosophy of Science|volume=70|issue=5|pages=1184–1194|doi=10.1086/377399|quote=Di sini saya menggunakan 'biologi' dan 'genetika' ... secara bergantian ... karena ini adalah cara yang mereka gunakan di sebagian besar literatur yang saya analisis di sini ... Beberapa kritik menuduh mereka yang menggunakan biologi untuk menjelaskan setiap sifat manusia yang mungkin dengan mengandaikan kebenaran determinisme biologis atau genetik.}}</ref> adalah keyakinan bahwa perilaku manusia dikendalikan oleh suatu [[gen]] individu atau beberapa komponen fisiologi yang dimilikinya, yang pada umumnya mengabaikan peran lingkungan, baik dalam perkembangan embrio atau dalam pembelajaran.<ref>''Feminist Frontiers'', Ninth Edition, by Taylor, Whittier, and Rupp; ''How Societies Work'', Fourth Edition, by Joanne Naiman</ref> Topik ini dikaitkan dengan gerakan di dalam sains dan masyarakat yang diantaranya adalah [[eugenika]], [[rasisme saintifik]], dugaan [[heritabilitas IQ]], dugaan [[pendasaran biologis atas peran gender]], dan perdebatan [[sosiobiologi]].
'''Determinisme biologis''' atau '''determinisme genetik'''<ref>{{Cite journal|last=de Melo‐Martín|first=Inmaculada|date=December 2003|title=When Is Biology Destiny? Biological Determinism and Social Responsibility|url=https://www.jstor.org/stable/pdf/10.1086/377399.pdf|journal=Philosophy of Science|volume=70|issue=5|pages=1184–1194|doi=10.1086/377399|quote=Di sini saya menggunakan 'biologi' dan 'genetika' ... secara bergantian ... karena ini adalah cara yang mereka gunakan di sebagian besar literatur yang saya analisis di sini ... Beberapa kritik menuduh mereka yang menggunakan biologi untuk menjelaskan setiap sifat manusia yang mungkin dengan mengandaikan kebenaran determinisme biologis atau genetik.}}</ref> adalah keyakinan bahwa perilaku manusia dikendalikan oleh suatu [[gen]] individu atau beberapa komponen fisiologi yang dimilikinya, yang pada umumnya mengabaikan peran lingkungan, baik dalam perkembangan embrio atau dalam pembelajaran.<ref>''Feminist Frontiers'', Ninth Edition, by Taylor, Whittier, and Rupp; ''How Societies Work'', Fourth Edition, by Joanne Naiman</ref> Topik ini dikaitkan dengan gerakan di dalam sains dan masyarakat yang diantaranya adalah [[eugenika]], [[rasisme saintifik]], dugaan [[heritabilitas IQ]], dugaan [[pendasaran biologis atas peran gender]], dan perdebatan [[sosiobiologi]].


Di tahun 1892 [[Agustus Weismann]] mengusulkan bahwa informasi yang diwariskan hanya dapat diturunkan melalui [[sel nutfah]], yang menurutnya mengandung suatu determinan (gen). [[Francis Galton]] berpendapat bahwa sifat-sifat yang tidak diinginkan seperti [[kaki pekuk]] dan [[Kriminalitas|kriminalitas]] dapat diwariskan, dengan berdasarkan pada [[eugenika]], yang bertujuan dalam pencegahan orang yang dianggap cacat akibat perkembangbiakan. [[Samuel George Morton]] dan [[Paul Broca]] berusaha menghubungkan kapasitas tengkorak kranial (volume tengkorak internal) dengan warna kulit, dengan tujuan untuk menunjukkan bahwa orang kulit putih lebih unggul. Para peneliti lainnya seperti [[Alfred Binet]], [[H. H. Goddard]], dan [[Robert Yerkes]] berusaha [[Kecerdasan intelektual|mengukur kecerdasan manusia]] dan menunjukkan bahwa skor yang dihasilkan dapat diwariskan; yang lagi-lagi bertujuan untuk menunjukkan superioritas orang-orang dengan kulit putih.
Pada tahun 1892 [[Agustus Weismann]] mengusulkan bahwa informasi yang diwariskan hanya dapat diturunkan melalui [[sel nutfah]], yang menurutnya mengandung suatu determinan (gen). [[Francis Galton]] berpendapat bahwa sifat-sifat yang tidak diinginkan seperti [[kaki pekuk]] dan [[kriminalitas]] dapat diwariskan, dengan berdasarkan pada [[eugenika]], yang bertujuan dalam pencegahan orang yang dianggap cacat akibat perkembangbiakan. [[Samuel George Morton]] dan [[Paul Broca]] berusaha menghubungkan kapasitas tengkorak kranial (volume tengkorak internal) dengan warna kulit, dengan tujuan untuk menunjukkan bahwa orang kulit putih lebih unggul. Para peneliti lainnya seperti [[Alfred Binet]], [[H. H. Goddard]], dan [[Robert Yerkes]] berusaha [[Kecerdasan intelektual|mengukur kecerdasan manusia]] dan menunjukkan bahwa skor yang dihasilkan dapat diwariskan; yang lagi-lagi bertujuan untuk menunjukkan superioritas orang-orang dengan kulit putih.


Galton mempopulerkan frasa '[[Alamiah dan pengasuhan]]', yang kemudian seringkali digunakan untuk mengkarakterisasi perdebatan panas tentang apakah gen atau lingkungan yang menentukan perilaku manusia. Para ilmuwan seperti ahli ekologi<ref>{{Cite journal|last=Normile, Dennis|date=February 2016|title=Nature From Nurture|journal=[[Science (journal)|Science]]|volume=351|issue=6276|pages=908–910|doi=10.1126/science.351.6276.908|subscription=yes}}</ref> dan ahli genetika perilaku<ref>{{Cite journal|last=Powledge, Tabitha M.|date=August 2011|title=Behavioral Epigenetics: How Nurture Shapes Nature|journal=[[BioScience]]|volume=61|issue=8|pages=588–592|doi=10.1525/bio.2011.61.8.4}}</ref> kini melihatnya dengan jelas bahwa kedua faktor tersebut memang penting, dan keduanya memang saling terkait.<ref>{{Cite book|title=The Dependent Gene: The Fallacy of Nature Vs. Nurture|last=Moore, David S.|publisher=Henry Holt|year=2003|isbn=978-0805072808}}</ref>
Galton mempopulerkan frasa '[[Alamiah dan pengasuhan]]', yang kemudian sering kali digunakan untuk mengkarakterisasi perdebatan panas tentang apakah gen atau lingkungan yang menentukan perilaku manusia. Para ilmuwan seperti ahli ekologi<ref>{{Cite journal|last=Normile, Dennis|date=February 2016|title=Nature From Nurture|journal=[[Science (journal)|Science]]|volume=351|issue=6276|pages=908–910|doi=10.1126/science.351.6276.908|subscription=yes}}</ref> dan ahli genetika perilaku<ref>{{Cite journal|last=Powledge, Tabitha M.|date=August 2011|title=Behavioral Epigenetics: How Nurture Shapes Nature|url=https://archive.org/details/sim_bioscience_2011-08_61_8/page/588|journal=[[BioScience]]|volume=61|issue=8|pages=588–592|doi=10.1525/bio.2011.61.8.4}}</ref> kini melihatnya dengan jelas bahwa kedua faktor tersebut memang penting, dan keduanya memang saling terkait.<ref>{{Cite book|title=The Dependent Gene: The Fallacy of Nature Vs. Nurture|url=https://archive.org/details/isbn_9780805072808|last=Moore, David S.|publisher=Henry Holt|year=2003|isbn=978-0805072808}}</ref>


Di akhir abad ke-20, [[determinisme atas peran gender]] juga diperdebatkan oleh para ahli genetika dan dan ahli lainnya. Ahli biologi seperti [[John Money]] dan [[Anke Ehrhardt]] berusaha menggambarkan feminitas dan homoseksualitas yang berdasarkan pada standar-standar sosial yang berlaku saat itu; di mana berlawanan dengan hal ini, ahli biologi evolusi [[Richard Lewontin]] dan ahli lainnya berpendapat bahwa pakaian dan preferensi lain juga bervariasi di dalam suatu masyarakat yang berbeda. Ahli biologi [[E. O. Wilson]] mendirikan suatu disiplin sosiobiologi, yang didasarkan pada pengamatan hewan seperti [[serangga sosial]], yang secara kontroversial menunjukkan bahwa penjelasannya tentang perilaku sosial mungkin berlaku juga bagi manusia.
Di akhir abad ke-20, [[determinisme atas peran gender]] juga diperdebatkan oleh para ahli genetika dan dan ahli lainnya. Ahli biologi seperti [[John Money]] dan [[Anke Ehrhardt]] berusaha menggambarkan feminitas dan homoseksualitas yang berdasarkan pada standar-standar sosial yang berlaku saat itu; di mana berlawanan dengan hal ini, ahli biologi evolusi [[Richard Lewontin]] dan ahli lainnya berpendapat bahwa pakaian dan preferensi lain juga bervariasi di dalam suatu masyarakat yang berbeda. Ahli biologi [[E. O. Wilson]] mendirikan suatu disiplin sosiobiologi, yang didasarkan pada pengamatan hewan seperti [[serangga sosial]], yang secara kontroversial menunjukkan bahwa penjelasannya tentang perilaku sosial mungkin berlaku juga bagi manusia.


== Sejarah ==
== Sejarah ==
[[Berkas:August_Weismann.jpg|jmpl|[[August Weismann]] menerbitkan teorinya tentang [[plasma nutfah]] yang membawa semua informasi yang diwariskan di tahun 1892.]]
[[Berkas:August_Weismann.jpg|jmpl|[[August Weismann]] menerbitkan teorinya tentang [[plasma nutfah]] yang membawa semua informasi yang diwariskan pada tahun 1892.]]


=== Plasma nutfah ===
=== Plasma nutfah ===
Di tahun 1892, ahli biologi Austria [[August Weismann]] mengusulkan bahwa organisme multiseluler yang terdiri dari dua jenis sel terpisah, yaitu [[sel somatik]] yang menjalankan fungsi normal tubuh, dan sel nutfah yang mentransmisikan informasi yang diwariskan. Dia menyebut materi pembawa informasi, yang kini diidentifikasi sebagai [[Asam deoksiribonukleat|DNA]], [[plasma nutfah]], serta komponen-komponen individualnya, yang kini disebut [[gen]], yaitu materi determinan.<ref>{{Cite book|url=http://www.esp.org/books/weismann/germ-plasm/facsimile/|title=Das Keimplasma: eine Theorie der Vererbung|last=Weismann, August|publisher=Fischer|year=1892|location=Jena|language=German|trans-title=The Germ Plasm: A Theory of Inheritance|author-link=August Weismann}} CS1 maint: Unrecognized language ([[:Kategori:CS1 maint: Unrecognized language|link]])
Pada tahun 1892, ahli biologi Austria [[August Weismann]] mengusulkan bahwa organisme multiseluler yang terdiri dari dua jenis sel terpisah, yaitu [[sel somatik]] yang menjalankan fungsi normal tubuh, dan sel nutfah yang mentransmisikan informasi yang diwariskan. Dia menyebut materi pembawa informasi, yang kini diidentifikasi sebagai [[Asam deoksiribonukleat|DNA]], [[plasma nutfah]], serta komponen-komponen individualnya, yang kini disebut [[gen]], yaitu materi determinan.<ref>{{Cite book|url=http://www.esp.org/books/weismann/germ-plasm/facsimile/|title=Das Keimplasma: eine Theorie der Vererbung|last=Weismann, August|publisher=Fischer|year=1892|location=Jena|language=German|trans-title=The Germ Plasm: A Theory of Inheritance|author-link=August Weismann}} CS1 maint: Unrecognized language ([[:Kategori:CS1 maint: Unrecognized language|link]])
[[Kategori:CS1 maint: Unrecognized language]]</ref> Weismann berpendapat bahwa terdapat transfer informasi satu arah dari sel-sel nutfah ke sel-sel somatik, sehingga tidak ada yang dapat diperoleh oleh tubuh selama kehidupan organisme yang dapat mempengaruhi plasma nutfah dan generasi berikutnya. Hal ini secara efektif menyangkal [[teori Lamarck]] ([[pemerolehan karakteristik pewarisan]]) yang merupakan kemungkinan suatu mekanisme evolusi.<ref>{{Cite book|title=Evolution, the modern synthesis|last=Huxley, Julian|publisher=Allen and Unwin|year=1942|page=17|author-link=Julian Huxley}}</ref> Penjelasan modern yang sama dengan teori ini, dinyatakan pada tingkat molekuler dan bukan seluler, merupakan [[doktrin sentral biologi molekuler]].<ref>{{Cite book|url=https://books.google.com/books?id=naQm1_Lutq4C&pg=PA192|title=Biology's Second Law: Homeostasis, Purpose, and Desire|last=Turner, J. Scott|work=Beyond Mechanism: Putting Life Back Into Biology|publisher=Rowman and Littlefield|year=2013|isbn=978-0-7391-7436-4|editor-last=Henning, Brian G.|page=192|quote=Di mana Weismann akan mengatakan bahwa tidak mungkin perubahan diperoleh seumur hidup organisme untuk memberi umpan kembali pada sifat yang dapat ditularkan di garis nutfah, CDMB kini menambahkan bahwa tidak mungkin informasi dapat dikodekan dalam protein untuk memberi umpan kembali serta mempengaruhi informasi genetik dalam bentuk apapun. yang pada dasarnya adalah pengulangan molekuler dari pembatasan Weismann.|editor-last2=Scarfe, Adam Christian}}</ref>
</ref> Weismann berpendapat bahwa terdapat transfer informasi satu arah dari sel-sel nutfah ke sel-sel somatik, sehingga tidak ada yang dapat diperoleh oleh tubuh selama kehidupan organisme yang dapat mempengaruhi plasma nutfah dan generasi berikutnya. Hal ini secara efektif menyangkal [[teori Lamarck]] ([[pemerolehan karakteristik pewarisan]]) yang merupakan kemungkinan suatu mekanisme evolusi.<ref>{{Cite book|title=Evolution, the modern synthesis|last=Huxley, Julian|publisher=Allen and Unwin|year=1942|page=17|author-link=Julian Huxley}}</ref> Penjelasan modern yang sama dengan teori ini, dinyatakan pada tingkat molekuler dan bukan seluler, merupakan [[doktrin sentral biologi molekuler]].<ref>{{Cite book|url=https://books.google.com/books?id=naQm1_Lutq4C&pg=PA192|title=Biology's Second Law: Homeostasis, Purpose, and Desire|last=Turner, J. Scott|work=Beyond Mechanism: Putting Life Back Into Biology|publisher=Rowman and Littlefield|year=2013|isbn=978-0-7391-7436-4|editor-last=Henning, Brian G.|page=192|quote=Di mana Weismann akan mengatakan bahwa tidak mungkin perubahan diperoleh seumur hidup organisme untuk memberi umpan kembali pada sifat yang dapat ditularkan di garis nutfah, CDMB kini menambahkan bahwa tidak mungkin informasi dapat dikodekan dalam protein untuk memberi umpan kembali serta mempengaruhi informasi genetik dalam bentuk apapun. yang pada dasarnya adalah pengulangan molekuler dari pembatasan Weismann.|editor-last2=Scarfe, Adam Christian}}</ref>


=== Eugenika ===
=== Eugenika ===
[[Berkas:Francis_Galton_1850s.jpg|jmpl|Ahli eugenika awal, [[Francis Galton]], yang pertama kali menemukan istilah [[eugenika]] serta mempopulerkan frasa '[[alamiah dan pengasuhan|sifat alamiah dan pengasuhan']].<ref>{{Cite journal|last=Galton, Francis|author-link=Francis Galton|date=1874|title=On men of science, their nature and their nurture|url=https://books.google.com/?id=_uE-bpGo2N4C&pg=PA227#v=onepage&q&f=false|journal=Proceedings of the Royal Institution of Great Britain|volume=7|pages=227–236}}</ref>]]
[[Berkas:Francis_Galton_1850s.jpg|jmpl|Ahli eugenika awal, [[Francis Galton]], yang pertama kali menemukan istilah [[eugenika]] serta mempopulerkan frasa '[[alamiah dan pengasuhan|sifat alamiah dan pengasuhan']].<ref>{{Cite journal|last=Galton, Francis|author-link=Francis Galton|date=1874|title=On men of science, their nature and their nurture|url=https://books.google.com/?id=_uE-bpGo2N4C&pg=PA227#v=onepage&q&f=false|journal=Proceedings of the Royal Institution of Great Britain|volume=7|pages=227–236}}</ref>]]
Gagasan awal determinisme biologis berpusat pada pewarisan sifat yang tidak diinginkan, baik bentuk fisik seperti [[kaki pekuk]] atau lelangit sumbing, atau sifat psikologis seperti [[alkoholisme]], [[gangguan bipolar]] dan [[kriminalitas]]. Keyakinan tentang pewarisan sifat-sifat tersebut menyebabkan hasrat pemecahan masalah melalui gerakan [[eugenika]], yang dipimpin oleh para pengikut [[Darwin]], seperti [[Francis Galton]] (1822-1911), yang secara paksa mengurangi perkembangbiakan orang-orang yang dianggap cacat. Di tahun 1920-an, banyak negara bagian Amerika Serikat menerapkan undang-undang tentang kewajiban [[sterilisasi (kedokteran)|sterilisasi]] bagi orang-orang yang dianggap tidak layak secara genetika, termasuk bagi [[Penjara|tahanan penjara]] dan [[Rumah sakit jiwa|pasien rumah sakit jiwa]]. Hal ini diikuti oleh Jerman dengan hukum serupa di 1930-an.<ref name="EB">{{Cite web|url=https://www.britannica.com/topic/biological-determinism|title=Biological determinism|last=Allen|first=Garland Edward|date=9 December 2015|publisher=Encyclopædia Britannica}}</ref><ref name="AllenReview">{{Cite journal|last=Allen|first=Garland E.|date=1984|title=The Roots of Biological Determinism: review of The Mismeasure of Man by Stephen Jay Gould|journal=Journal of the History of Biology|volume=17|issue=1|pages=141–145|doi=10.1007/bf00397505|jstor=4330882}}</ref><ref name="Mismeasure">{{Cite book|title=The Mismeasure of Man|last=Gould|first=Stephen Jay|date=1981|publisher=W. W. Norton|author-link=Stephen Jay Gould}}</ref>
Gagasan awal determinisme biologis berpusat pada pewarisan sifat yang tidak diinginkan, baik bentuk fisik seperti [[kaki pekuk]] atau lelangit sumbing, atau sifat psikologis seperti [[alkoholisme]], [[gangguan bipolar]] dan [[kriminalitas]]. Keyakinan tentang pewarisan sifat-sifat tersebut menyebabkan hasrat pemecahan masalah melalui gerakan [[eugenika]], yang dipimpin oleh para pengikut [[Darwin]], seperti [[Francis Galton]] (1822-1911), yang secara paksa mengurangi perkembangbiakan orang-orang yang dianggap cacat. Pada tahun 1920-an, banyak negara bagian Amerika Serikat menerapkan undang-undang tentang kewajiban [[sterilisasi (kedokteran)|sterilisasi]] bagi orang-orang yang dianggap tidak layak secara genetika, termasuk bagi [[Penjara|tahanan penjara]] dan [[Rumah sakit jiwa|pasien rumah sakit jiwa]]. Hal ini diikuti oleh Jerman dengan hukum serupa di 1930-an.<ref name="EB">{{Cite web|url=https://www.britannica.com/topic/biological-determinism|title=Biological determinism|last=Allen|first=Garland Edward|date=9 December 2015|publisher=Encyclopædia Britannica}}</ref><ref name="AllenReview">{{Cite journal|last=Allen|first=Garland E.|date=1984|title=The Roots of Biological Determinism: review of The Mismeasure of Man by Stephen Jay Gould|journal=Journal of the History of Biology|volume=17|issue=1|pages=141–145|doi=10.1007/bf00397505|jstor=4330882}}</ref><ref name="Mismeasure">{{Cite book|title=The Mismeasure of Man|url=https://archive.org/details/mismeasureofman00goul|last=Gould|first=Stephen Jay|date=1981|publisher=W. W. Norton|author-link=Stephen Jay Gould}}</ref>


=== Rasisme ilmiah ===
=== Rasisme ilmiah ===
Di bawah pengaruh keyakinan determinis, [[Antropometri|ahli kraniologi]] Amerika, [[Samuel George Morton]] (1799–1851), kemudian antropolog Perancis [[Paul Broca]] (1824–1880), berusaha mengukur kapasitas tengkorak kranial  (volume tengkorak internal) berdasarkan orang-orang dengan warna kulit berbeda, dengan maksud untuk menunjukkan bahwa kulit putih lebih unggul daripada kulit lainnya, dengan volume otak yang lebih besar. Semua bukti yang diharapkan dari studi tersebut tidak valid akibat kekurangan metodologis. Hasilnya digunakan dalam pembenaran atas [[perbudakan]], serta untuk menentang [[hak suara perempuan]].
Di bawah pengaruh keyakinan determinis, [[Antropometri|ahli kraniologi]] Amerika, [[Samuel George Morton]] (1799–1851), kemudian antropolog Prancis [[Paul Broca]] (1824–1880), berusaha mengukur kapasitas tengkorak kranial (volume tengkorak internal) berdasarkan orang-orang dengan warna kulit berbeda, dengan maksud untuk menunjukkan bahwa kulit putih lebih unggul daripada kulit lainnya, dengan volume otak yang lebih besar. Semua bukti yang diharapkan dari studi tersebut tidak valid akibat kekurangan metodologis. Hasilnya digunakan dalam pembenaran atas [[perbudakan]], serta untuk menentang [[hak suara perempuan]].


=== Heritabilitas IQ ===
=== Heritabilitas IQ ===
Baris 25: Baris 25:


=== Peran gender manusia ===
=== Peran gender manusia ===
Di tahun 1992, Lynda Birke berpendapat di dalam bukunya, ''In Pursuit of Difference'', bahwa biologi menjelaskan perbedaan jenis kelamin yang berdasarkan pada mekanisme kromosom, genetika, dan pewarisan.<ref>''In Pursuit of Difference'' by Lynda Birke, 1992</ref> Namun, perbedaan hormon tidaklah mutlak,<ref>{{Citation|last=Laurie|first=Timothy|title=Bigotry or biology: the hard choice for an opponent of marriage equality|date=3 June 2015|url=http://www.abc.net.au/news/2015-06-03/laurie-bigotry-or-biology/6514156|publisher=The Drum}}</ref> dan orang dapat dilahirkan dengan karakteristik interseks, misalnya sebagai mosaik genetik.<ref name="isna.org">[http://www.isna.org Intersex Society of North America]</ref> [[Homoseksualitas]] dapat dikaitkan pada [[Biologi dan orientasi seksual|penyebab biologis dan sosial]].<ref>{{Cite book|title=Sexual Nature/Sexual Culture|publisher=University Of Chicago Press|year=1995|isbn=0226001822|editor-last=[[Paul R. Abramson]]|edition=1|page=4}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Brookey|first=Robert Alan|year=2001|title=Bio-Rhetoric, Background Beliefs, and the Biology of Homosexuality|journal=[[Argumentation and Advocacy]]|volume=37|issue=4}}</ref> [[Dean Hamer]] telah mempelajari apa yang disebut dengan istilah "[[gen gay]]". Neurosaintis [[Simon LeVay]] di tahun 1991 telah mempelajari perbedaan [[Hipotalamus|struktur-struktur hipotalamus]] antara pria homoseksual dan heteroseksual, dan menemukan bahwa [[INAH 3|INAH-3]] merupakan penyebab parsial atas homoseksualitas.<ref>{{Cite journal|last=Spanier|first=Bonnie|year=1995|title=Biological Determinism and Homosexuality|journal=[[NWSA Journal]]|volume=7|issue=1|pages=54–71}}</ref><ref>{{Cite web|url=http://discovermagazine.com/1994/mar/sexandthebrain346/?searchterm=levay#.UpLnSGRDuqw|title=Sex and the Brain|last=Nimmons|first=David|date=March 1994|website=[[Discover Magazine]]}}</ref> Buku [[Richard Lewontin]], [[Steven Rose]], dan [[Leon Kamin]] yang berjudul ''[[Not in Our Genes]]'' membahas sebuah studi tentang gadis-gadis yang secara relatif telah di-"[[Maskulinitas|maskulinisasi]]". Ahli biologi, [[John Money]], dan [[Anke Ehrhardt]] mencari cara untuk mendeskripsikan feminitas yang sesuai dengan standar sosial mereka sendiri, seperti preferensi pakaian atau penggunaan riasan. Percobaan tersebut, dalam istilah Lewontin, "pengabaian keberadaan masyarakat di mana wanita mengenakan celana, atau di mana pria memakai rok, atau di mana pria menikmati dan menggunakan perhiasan yang sesuai untuk diri mereka sendiri." Perbedaan gender di dalam pekerjaan menjadi kurang jelas, serta menunjukkan bahwa perkara ini ditanamkan oleh masyarakat.<ref>[//en.wiki-indonesia.club/wiki/Richard_Lewontin Lewontin, Richard], Steven Rose, and Leon Kamin. ''Not in Our Genes: Biology, Ideology and Human Nature''. New York: Pantheon Books, 1984. "The Determined Patriarchy", Chapter 6, pp. 131–163</ref> Sebaliknya, [[Anne Fausto-Sterling|model standar jenis kelamin dan gender]] menunjukkan dikotomi yang jelas antara laki-laki dan perempuan, tanpa tumpang tindih, di mana model budaya yang diikuti oleh para profesional seperti dokter ketika mereka berurusan dengan penempatan berdasarkan gender.<ref>Fausto-Sterling, Anne, "Of Gender and Genitals" in ''Sexing the Body, Of Gender and Genitals'', Basic Books, 2000, pp. 44–77</ref>
Pada tahun 1992, Lynda Birke berpendapat di dalam bukunya, ''In Pursuit of Difference'', bahwa biologi menjelaskan perbedaan jenis kelamin yang berdasarkan pada mekanisme kromosom, genetika, dan pewarisan.<ref>''In Pursuit of Difference'' by Lynda Birke, 1992</ref> Namun, perbedaan hormon tidaklah mutlak,<ref>{{Citation|last=Laurie|first=Timothy|title=Bigotry or biology: the hard choice for an opponent of marriage equality|date=3 June 2015|url=http://www.abc.net.au/news/2015-06-03/laurie-bigotry-or-biology/6514156|publisher=The Drum}}</ref> dan orang dapat dilahirkan dengan karakteristik interseks, misalnya sebagai mosaik genetik.<ref name="isna.org">[http://www.isna.org Intersex Society of North America]</ref> [[Homoseksualitas]] dapat dikaitkan pada [[Biologi dan orientasi seksual|penyebab biologis dan sosial]].<ref>{{Cite book|title=Sexual Nature/Sexual Culture|publisher=University Of Chicago Press|year=1995|isbn=0226001822|editor-last=[[Paul R. Abramson]]|edition=1|page=4}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Brookey|first=Robert Alan|year=2001|title=Bio-Rhetoric, Background Beliefs, and the Biology of Homosexuality|journal=[[Argumentation and Advocacy]]|volume=37|issue=4}}</ref> [[Dean Hamer]] telah mempelajari apa yang disebut dengan istilah "[[gen gay]]". Neurosaintis [[Simon LeVay]] pada tahun 1991 telah mempelajari perbedaan [[Hipotalamus|struktur-struktur hipotalamus]] antara pria homoseksual dan heteroseksual, dan menemukan bahwa [[INAH 3|INAH-3]] merupakan penyebab parsial atas homoseksualitas.<ref>{{Cite journal|last=Spanier|first=Bonnie|year=1995|title=Biological Determinism and Homosexuality|journal=[[NWSA Journal]]|volume=7|issue=1|pages=54–71}}</ref><ref>{{Cite web|url=http://discovermagazine.com/1994/mar/sexandthebrain346/?searchterm=levay#.UpLnSGRDuqw|title=Sex and the Brain|last=Nimmons|first=David|date=March 1994|website=[[Discover Magazine]]}}</ref> Buku [[Richard Lewontin]], [[Steven Rose]], dan [[Leon Kamin]] yang berjudul ''[[Not in Our Genes]]'' membahas sebuah studi tentang gadis-gadis yang secara relatif telah di-"[[Maskulinitas|maskulinisasi]]". Ahli biologi, [[John Money]], dan [[Anke Ehrhardt]] mencari cara untuk mendeskripsikan feminitas yang sesuai dengan standar sosial mereka sendiri, seperti preferensi pakaian atau penggunaan riasan. Percobaan tersebut, dalam istilah Lewontin, "pengabaian keberadaan masyarakat di mana wanita mengenakan celana, atau di mana pria memakai rok, atau di mana pria menikmati dan menggunakan perhiasan yang sesuai untuk diri mereka sendiri." Perbedaan gender di dalam pekerjaan menjadi kurang jelas, serta menunjukkan bahwa perkara ini ditanamkan oleh masyarakat.<ref>[//en.wiki-indonesia.club/wiki/Richard_Lewontin Lewontin, Richard], Steven Rose, and Leon Kamin. ''Not in Our Genes: Biology, Ideology and Human Nature''. New York: Pantheon Books, 1984. "The Determined Patriarchy", Chapter 6, pp. 131–163</ref> Sebaliknya, [[Anne Fausto-Sterling|model standar jenis kelamin dan gender]] menunjukkan dikotomi yang jelas antara laki-laki dan perempuan, tanpa tumpang tindih, di mana model budaya yang diikuti oleh para profesional seperti dokter ketika mereka berurusan dengan penempatan berdasarkan gender.<ref>Fausto-Sterling, Anne, "Of Gender and Genitals" in ''Sexing the Body, Of Gender and Genitals'', Basic Books, 2000, pp. 44–77</ref>


=== Sosiobiologi ===
=== Sosiobiologi ===
[[Berkas:Plos_wilson.jpg|jmpl|[[E. O. Wilson]] menghidupkan kembali perdebatan tentang determinisme biologis di dalam bukunya yang terbit di tahun 1975, dengan judul ''[[Sociobiology: The New Synthesis]].'']]
[[Berkas:Plos_wilson.jpg|jmpl|[[E. O. Wilson]] menghidupkan kembali perdebatan tentang determinisme biologis di dalam bukunya yang terbit pada tahun 1975, dengan judul ''[[Sociobiology: The New Synthesis]].'']]
[[Sosiobiologi]] tampil dengan buku yang terbit di tahun 1975 dari E. O. Wilson dengan judul ''[[Sociobiology: The New Synthesis]]''. Adanya dugaan gen [[altruisme]] telah diperdebatkan. [[Kaplan]] dan [[Rogers]] mengklaim bahwa "Kebanyakan ahli sosiobiologi setuju bahwa tidak ada gen yang dapat eksis begitu lama dalam sebuah populasi, karena gen ini akan segera hilang akibat kalah bersaing melawan gen-gen 'egois', dan berpendapat bahwa "Gen-gen dan lingkungan tidak terpisah secara berlawanan; keduanya sama-sama merupakan aspek terintegrasi dari proses perkembangan." Akibatnya, gen-gen tidak dapat menjadi "egois", karena "gen-gen diekspresikan sebagai proses biokimia; perilaku diekspresikan oleh seluruh organisme."<ref>Gisela Kaplan & Lesley J. Rogers, ''Race and Gender Fallacies'', Routledge, 2001 {{Page needed|date=April 2017}}</ref>
[[Sosiobiologi]] tampil dengan buku yang terbit pada tahun 1975 dari E. O. Wilson dengan judul ''[[Sociobiology: The New Synthesis]]''. Adanya dugaan gen [[altruisme]] telah diperdebatkan. [[Kaplan]] dan [[Rogers]] mengklaim bahwa "Kebanyakan ahli sosiobiologi setuju bahwa tidak ada gen yang dapat eksis begitu lama dalam sebuah populasi, karena gen ini akan segera hilang akibat kalah bersaing melawan gen-gen 'egois', dan berpendapat bahwa "Gen-gen dan lingkungan tidak terpisah secara berlawanan; keduanya sama-sama merupakan aspek terintegrasi dari proses perkembangan." Akibatnya, gen-gen tidak dapat menjadi "egois", karena "gen-gen diekspresikan sebagai proses biokimia; perilaku diekspresikan oleh seluruh organisme."<ref>Gisela Kaplan & Lesley J. Rogers, ''Race and Gender Fallacies'', Routledge, 2001 {{Page needed|date=April 2017}}</ref>


== Perdebatan 'sifat alamiah versus pengasuhan' ==
== Perdebatan 'sifat alamiah versus pengasuhan' ==
Keyakinan pada teori determinisme biologis telah diimbangi oleh penolakan pada [[tabula rasa]] terhadap kemungkinan pengaruh gen-gen pada perilaku manusia, yang menyebabkan [[Alamiah dan pengasuhan|perdebatan panjang dan panas tentang "sifat alamiah dan pengasuhan".]] Pada abad 21, terdapat banyak ilmuwan mulai merasa bahwa dikotomi tersebut tidak masuk akal. Mereka mencatat bahwa gen-gen diekspresikan dalam suatu lingkungan, khususnya [[Prenatal development|perkembangan pranatal]], dan bahwa gen-gen terus menerus dikendalikan oleh lingkungan melalui mekanisme seperti [[epigenetika]].<ref>{{Cite book|title=Nature via Nurture: Genes, Experience, & What Makes Us Human|last=Ridley, M.|date=2003|publisher=Harper Collins|isbn=0-002-00663-4|author-link=Matt Ridley}}</ref><ref>{{Cite book|title=The Developing Genome: An Introduction to Behavioral Epigenetics|last=Moore, David S.|date=2015|publisher=Oxford University Press|isbn=978-0-199-92234-5|edition=1st}}</ref><ref>{{Cite news|url=https://www.wsj.com/articles/time-to-retire-the-simplicity-of-nature-vs-nurture-1390610295|title=Time to Retire The Simplicity of Nature vs. Nurture|last=Gutiérrez, Luci|date=January 24, 2014|work=Wall Street Journal|newspaper=Wall Street Journal}}More than one of <code style="color:inherit; border:inherit; padding:inherit;">&#x7C;work=</code> dan <code style="color:inherit; border:inherit; padding:inherit;">&#x7C;newspaper=</code> specified ([[Bantuan:CS1 errors#redundant parameters|bantuan]])
Keyakinan pada teori determinisme biologis telah diimbangi oleh penolakan pada [[tabula rasa]] terhadap kemungkinan pengaruh gen-gen pada perilaku manusia, yang menyebabkan [[Alamiah dan pengasuhan|perdebatan panjang dan panas tentang "sifat alamiah dan pengasuhan".]] Pada abad 21, terdapat banyak ilmuwan mulai merasa bahwa dikotomi tersebut tidak masuk akal. Mereka mencatat bahwa gen-gen diekspresikan dalam suatu lingkungan, khususnya [[Prenatal development|perkembangan pranatal]], dan bahwa gen-gen terus menerus dikendalikan oleh lingkungan melalui mekanisme seperti [[epigenetika]].<ref>{{Cite book|title=Nature via Nurture: Genes, Experience, & What Makes Us Human|url=https://archive.org/details/naturevianurture0000ridl_s4p0|last=Ridley, M.|date=2003|publisher=Harper Collins|isbn=0-002-00663-4|author-link=Matt Ridley}}</ref><ref>{{Cite book|title=The Developing Genome: An Introduction to Behavioral Epigenetics|last=Moore, David S.|date=2015|publisher=Oxford University Press|isbn=978-0-199-92234-5|edition=1st}}</ref><ref>{{Cite news|url=https://www.wsj.com/articles/time-to-retire-the-simplicity-of-nature-vs-nurture-1390610295|title=Time to Retire The Simplicity of Nature vs. Nurture|last=Gutiérrez, Luci|date=January 24, 2014|work=Wall Street Journal|newspaper=Wall Street Journal}}More than one of <code style="color:inherit; border:inherit; padding:inherit;">&#x7C;work=</code> dan <code style="color:inherit; border:inherit; padding:inherit;">&#x7C;newspaper=</code> specified ([[Bantuan:CS1 errors#redundant parameters|bantuan]])
</ref>
[[Kategori:Halaman dengan rujukan yang memiliki parameter duplikat]]</ref>


== Lihat pula ==
== Lihat pula ==
Baris 45: Baris 45:
== Referensi ==
== Referensi ==
{{reflist|30em}}
{{reflist|30em}}
{{Authority control}}

[[Kategori:Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui]]
[[Kategori:Halaman dengan rujukan yang memiliki parameter duplikat]]
[[Kategori:Filsafat ilmu]]
[[Kategori:Filsafat ilmu]]

Revisi terkini sejak 10 Desember 2023 02.22

Determinisme biologis atau determinisme genetik[1] adalah keyakinan bahwa perilaku manusia dikendalikan oleh suatu gen individu atau beberapa komponen fisiologi yang dimilikinya, yang pada umumnya mengabaikan peran lingkungan, baik dalam perkembangan embrio atau dalam pembelajaran.[2] Topik ini dikaitkan dengan gerakan di dalam sains dan masyarakat yang diantaranya adalah eugenika, rasisme saintifik, dugaan heritabilitas IQ, dugaan pendasaran biologis atas peran gender, dan perdebatan sosiobiologi.

Pada tahun 1892 Agustus Weismann mengusulkan bahwa informasi yang diwariskan hanya dapat diturunkan melalui sel nutfah, yang menurutnya mengandung suatu determinan (gen). Francis Galton berpendapat bahwa sifat-sifat yang tidak diinginkan seperti kaki pekuk dan kriminalitas dapat diwariskan, dengan berdasarkan pada eugenika, yang bertujuan dalam pencegahan orang yang dianggap cacat akibat perkembangbiakan. Samuel George Morton dan Paul Broca berusaha menghubungkan kapasitas tengkorak kranial (volume tengkorak internal) dengan warna kulit, dengan tujuan untuk menunjukkan bahwa orang kulit putih lebih unggul. Para peneliti lainnya seperti Alfred Binet, H. H. Goddard, dan Robert Yerkes berusaha mengukur kecerdasan manusia dan menunjukkan bahwa skor yang dihasilkan dapat diwariskan; yang lagi-lagi bertujuan untuk menunjukkan superioritas orang-orang dengan kulit putih.

Galton mempopulerkan frasa 'Alamiah dan pengasuhan', yang kemudian sering kali digunakan untuk mengkarakterisasi perdebatan panas tentang apakah gen atau lingkungan yang menentukan perilaku manusia. Para ilmuwan seperti ahli ekologi[3] dan ahli genetika perilaku[4] kini melihatnya dengan jelas bahwa kedua faktor tersebut memang penting, dan keduanya memang saling terkait.[5]

Di akhir abad ke-20, determinisme atas peran gender juga diperdebatkan oleh para ahli genetika dan dan ahli lainnya. Ahli biologi seperti John Money dan Anke Ehrhardt berusaha menggambarkan feminitas dan homoseksualitas yang berdasarkan pada standar-standar sosial yang berlaku saat itu; di mana berlawanan dengan hal ini, ahli biologi evolusi Richard Lewontin dan ahli lainnya berpendapat bahwa pakaian dan preferensi lain juga bervariasi di dalam suatu masyarakat yang berbeda. Ahli biologi E. O. Wilson mendirikan suatu disiplin sosiobiologi, yang didasarkan pada pengamatan hewan seperti serangga sosial, yang secara kontroversial menunjukkan bahwa penjelasannya tentang perilaku sosial mungkin berlaku juga bagi manusia.

Sejarah[sunting | sunting sumber]

August Weismann menerbitkan teorinya tentang plasma nutfah yang membawa semua informasi yang diwariskan pada tahun 1892.

Plasma nutfah[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1892, ahli biologi Austria August Weismann mengusulkan bahwa organisme multiseluler yang terdiri dari dua jenis sel terpisah, yaitu sel somatik yang menjalankan fungsi normal tubuh, dan sel nutfah yang mentransmisikan informasi yang diwariskan. Dia menyebut materi pembawa informasi, yang kini diidentifikasi sebagai DNA, plasma nutfah, serta komponen-komponen individualnya, yang kini disebut gen, yaitu materi determinan.[6] Weismann berpendapat bahwa terdapat transfer informasi satu arah dari sel-sel nutfah ke sel-sel somatik, sehingga tidak ada yang dapat diperoleh oleh tubuh selama kehidupan organisme yang dapat mempengaruhi plasma nutfah dan generasi berikutnya. Hal ini secara efektif menyangkal teori Lamarck (pemerolehan karakteristik pewarisan) yang merupakan kemungkinan suatu mekanisme evolusi.[7] Penjelasan modern yang sama dengan teori ini, dinyatakan pada tingkat molekuler dan bukan seluler, merupakan doktrin sentral biologi molekuler.[8]

Eugenika[sunting | sunting sumber]

Ahli eugenika awal, Francis Galton, yang pertama kali menemukan istilah eugenika serta mempopulerkan frasa 'sifat alamiah dan pengasuhan'.[9]

Gagasan awal determinisme biologis berpusat pada pewarisan sifat yang tidak diinginkan, baik bentuk fisik seperti kaki pekuk atau lelangit sumbing, atau sifat psikologis seperti alkoholisme, gangguan bipolar dan kriminalitas. Keyakinan tentang pewarisan sifat-sifat tersebut menyebabkan hasrat pemecahan masalah melalui gerakan eugenika, yang dipimpin oleh para pengikut Darwin, seperti Francis Galton (1822-1911), yang secara paksa mengurangi perkembangbiakan orang-orang yang dianggap cacat. Pada tahun 1920-an, banyak negara bagian Amerika Serikat menerapkan undang-undang tentang kewajiban sterilisasi bagi orang-orang yang dianggap tidak layak secara genetika, termasuk bagi tahanan penjara dan pasien rumah sakit jiwa. Hal ini diikuti oleh Jerman dengan hukum serupa di 1930-an.[10][11][12]

Rasisme ilmiah[sunting | sunting sumber]

Di bawah pengaruh keyakinan determinis, ahli kraniologi Amerika, Samuel George Morton (1799–1851), kemudian antropolog Prancis Paul Broca (1824–1880), berusaha mengukur kapasitas tengkorak kranial (volume tengkorak internal) berdasarkan orang-orang dengan warna kulit berbeda, dengan maksud untuk menunjukkan bahwa kulit putih lebih unggul daripada kulit lainnya, dengan volume otak yang lebih besar. Semua bukti yang diharapkan dari studi tersebut tidak valid akibat kekurangan metodologis. Hasilnya digunakan dalam pembenaran atas perbudakan, serta untuk menentang hak suara perempuan.

Heritabilitas IQ[sunting | sunting sumber]

Dari akhir abad ke-19, pekerja seperti Alfred Binet (1857–1911), HH Goddard (1866–1957), Lewis Terman (1877–1956), dan Robert Yerkes (1876–1956) berusaha mengukur kecerdasan masnusia dengan menggunakan tes IQ, untuk menunjukkan bahwa skor yang dihasilkan dapat diwariskan, dan untuk menyimpulkan bahwa orang-orang dengan kulit putih lebih unggul dibandingkan dengan kulit lainnya. Hal ini terbukti tidak mungkin dilakukan dalam merancang tes dengan dualitas budaya-independen serta melakukan pengujian atasnya dengan cara adil; mengingat orang-orang berasal dari latar belakang yang berbeda, atau para imigran yang mungkin baru saja tiba, atau orang-orang dengan buta huruf. Hasil pengujian ini digunakan untuk menentang imigrasi orang-orang dari Eropa selatan dan timur ke Amerika.

Peran gender manusia[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1992, Lynda Birke berpendapat di dalam bukunya, In Pursuit of Difference, bahwa biologi menjelaskan perbedaan jenis kelamin yang berdasarkan pada mekanisme kromosom, genetika, dan pewarisan.[13] Namun, perbedaan hormon tidaklah mutlak,[14] dan orang dapat dilahirkan dengan karakteristik interseks, misalnya sebagai mosaik genetik.[15] Homoseksualitas dapat dikaitkan pada penyebab biologis dan sosial.[16][17] Dean Hamer telah mempelajari apa yang disebut dengan istilah "gen gay". Neurosaintis Simon LeVay pada tahun 1991 telah mempelajari perbedaan struktur-struktur hipotalamus antara pria homoseksual dan heteroseksual, dan menemukan bahwa INAH-3 merupakan penyebab parsial atas homoseksualitas.[18][19] Buku Richard Lewontin, Steven Rose, dan Leon Kamin yang berjudul Not in Our Genes membahas sebuah studi tentang gadis-gadis yang secara relatif telah di-"maskulinisasi". Ahli biologi, John Money, dan Anke Ehrhardt mencari cara untuk mendeskripsikan feminitas yang sesuai dengan standar sosial mereka sendiri, seperti preferensi pakaian atau penggunaan riasan. Percobaan tersebut, dalam istilah Lewontin, "pengabaian keberadaan masyarakat di mana wanita mengenakan celana, atau di mana pria memakai rok, atau di mana pria menikmati dan menggunakan perhiasan yang sesuai untuk diri mereka sendiri." Perbedaan gender di dalam pekerjaan menjadi kurang jelas, serta menunjukkan bahwa perkara ini ditanamkan oleh masyarakat.[20] Sebaliknya, model standar jenis kelamin dan gender menunjukkan dikotomi yang jelas antara laki-laki dan perempuan, tanpa tumpang tindih, di mana model budaya yang diikuti oleh para profesional seperti dokter ketika mereka berurusan dengan penempatan berdasarkan gender.[21]

Sosiobiologi[sunting | sunting sumber]

E. O. Wilson menghidupkan kembali perdebatan tentang determinisme biologis di dalam bukunya yang terbit pada tahun 1975, dengan judul Sociobiology: The New Synthesis.

Sosiobiologi tampil dengan buku yang terbit pada tahun 1975 dari E. O. Wilson dengan judul Sociobiology: The New Synthesis. Adanya dugaan gen altruisme telah diperdebatkan. Kaplan dan Rogers mengklaim bahwa "Kebanyakan ahli sosiobiologi setuju bahwa tidak ada gen yang dapat eksis begitu lama dalam sebuah populasi, karena gen ini akan segera hilang akibat kalah bersaing melawan gen-gen 'egois', dan berpendapat bahwa "Gen-gen dan lingkungan tidak terpisah secara berlawanan; keduanya sama-sama merupakan aspek terintegrasi dari proses perkembangan." Akibatnya, gen-gen tidak dapat menjadi "egois", karena "gen-gen diekspresikan sebagai proses biokimia; perilaku diekspresikan oleh seluruh organisme."[22]

Perdebatan 'sifat alamiah versus pengasuhan'[sunting | sunting sumber]

Keyakinan pada teori determinisme biologis telah diimbangi oleh penolakan pada tabula rasa terhadap kemungkinan pengaruh gen-gen pada perilaku manusia, yang menyebabkan perdebatan panjang dan panas tentang "sifat alamiah dan pengasuhan". Pada abad 21, terdapat banyak ilmuwan mulai merasa bahwa dikotomi tersebut tidak masuk akal. Mereka mencatat bahwa gen-gen diekspresikan dalam suatu lingkungan, khususnya perkembangan pranatal, dan bahwa gen-gen terus menerus dikendalikan oleh lingkungan melalui mekanisme seperti epigenetika.[23][24][25]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ de Melo‐Martín, Inmaculada (December 2003). "When Is Biology Destiny? Biological Determinism and Social Responsibility" (PDF). Philosophy of Science. 70 (5): 1184–1194. doi:10.1086/377399. Di sini saya menggunakan 'biologi' dan 'genetika' ... secara bergantian ... karena ini adalah cara yang mereka gunakan di sebagian besar literatur yang saya analisis di sini ... Beberapa kritik menuduh mereka yang menggunakan biologi untuk menjelaskan setiap sifat manusia yang mungkin dengan mengandaikan kebenaran determinisme biologis atau genetik. 
  2. ^ Feminist Frontiers, Ninth Edition, by Taylor, Whittier, and Rupp; How Societies Work, Fourth Edition, by Joanne Naiman
  3. ^ Normile, Dennis (February 2016). "Nature From Nurture". Science. 351 (6276): 908–910. doi:10.1126/science.351.6276.908. ((Perlu berlangganan (help)). 
  4. ^ Powledge, Tabitha M. (August 2011). "Behavioral Epigenetics: How Nurture Shapes Nature". BioScience. 61 (8): 588–592. doi:10.1525/bio.2011.61.8.4. 
  5. ^ Moore, David S. (2003). The Dependent Gene: The Fallacy of Nature Vs. Nurture. Henry Holt. ISBN 978-0805072808. 
  6. ^ Weismann, August (1892). Das Keimplasma: eine Theorie der Vererbung [The Germ Plasm: A Theory of Inheritance] (dalam bahasa German). Jena: Fischer.  CS1 maint: Unrecognized language (link)
  7. ^ Huxley, Julian (1942). Evolution, the modern synthesis. Allen and Unwin. hlm. 17. 
  8. ^ Turner, J. Scott (2013). Henning, Brian G.; Scarfe, Adam Christian, ed. Biology's Second Law: Homeostasis, Purpose, and Desire. Beyond Mechanism: Putting Life Back Into Biology. Rowman and Littlefield. hlm. 192. ISBN 978-0-7391-7436-4. Di mana Weismann akan mengatakan bahwa tidak mungkin perubahan diperoleh seumur hidup organisme untuk memberi umpan kembali pada sifat yang dapat ditularkan di garis nutfah, CDMB kini menambahkan bahwa tidak mungkin informasi dapat dikodekan dalam protein untuk memberi umpan kembali serta mempengaruhi informasi genetik dalam bentuk apapun. yang pada dasarnya adalah pengulangan molekuler dari pembatasan Weismann. 
  9. ^ Galton, Francis (1874). "On men of science, their nature and their nurture". Proceedings of the Royal Institution of Great Britain. 7: 227–236. 
  10. ^ Allen, Garland Edward (9 December 2015). "Biological determinism". Encyclopædia Britannica. 
  11. ^ Allen, Garland E. (1984). "The Roots of Biological Determinism: review of The Mismeasure of Man by Stephen Jay Gould". Journal of the History of Biology. 17 (1): 141–145. doi:10.1007/bf00397505. JSTOR 4330882. 
  12. ^ Gould, Stephen Jay (1981). The Mismeasure of Man. W. W. Norton. 
  13. ^ In Pursuit of Difference by Lynda Birke, 1992
  14. ^ Laurie, Timothy (3 June 2015), Bigotry or biology: the hard choice for an opponent of marriage equality, The Drum 
  15. ^ Intersex Society of North America
  16. ^ Paul R. Abramson, ed. (1995). Sexual Nature/Sexual Culture (edisi ke-1). University Of Chicago Press. hlm. 4. ISBN 0226001822. 
  17. ^ Brookey, Robert Alan (2001). "Bio-Rhetoric, Background Beliefs, and the Biology of Homosexuality". Argumentation and Advocacy. 37 (4). 
  18. ^ Spanier, Bonnie (1995). "Biological Determinism and Homosexuality". NWSA Journal. 7 (1): 54–71. 
  19. ^ Nimmons, David (March 1994). "Sex and the Brain". Discover Magazine. 
  20. ^ Lewontin, Richard, Steven Rose, and Leon Kamin. Not in Our Genes: Biology, Ideology and Human Nature. New York: Pantheon Books, 1984. "The Determined Patriarchy", Chapter 6, pp. 131–163
  21. ^ Fausto-Sterling, Anne, "Of Gender and Genitals" in Sexing the Body, Of Gender and Genitals, Basic Books, 2000, pp. 44–77
  22. ^ Gisela Kaplan & Lesley J. Rogers, Race and Gender Fallacies, Routledge, 2001 [halaman dibutuhkan]
  23. ^ Ridley, M. (2003). Nature via Nurture: Genes, Experience, & What Makes Us Human. Harper Collins. ISBN 0-002-00663-4. 
  24. ^ Moore, David S. (2015). The Developing Genome: An Introduction to Behavioral Epigenetics (edisi ke-1st). Oxford University Press. ISBN 978-0-199-92234-5. 
  25. ^ Gutiérrez, Luci (January 24, 2014). "Time to Retire The Simplicity of Nature vs. Nurture". Wall Street Journal.  More than one of |work= dan |newspaper= specified (bantuan)