Dharmakirti: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
←Membuat halaman berisi '[[Berkas:Atisha.jpg|frame|220x300px|Gambar ini merupakan potret dari Atisha yang berasal dari biara Kadampa di Tibet dan diberikan kepada The Metropolitan Museum of Art, ...'
 
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 2: Baris 2:
Y.M. Serlingpa Dharmakirti atau yang dikenal juga dengan sebutan Suvarnadvipi Dharmakirti adalah seorang pangeran dari silsilah [[Sri-Vijayendra-Raja]] yang masih termasuk dalam silsilah [[Dinasti Syailendra]]. Beliau juga dikenal sebagai guru besar [[Buddhis]] di [[Sumatera]] pada abad ke-10. Dalam sejarahnya, Serlingpa Dharmakirti pernah menjadi guru dari [[Y.M. Atisha]], seorang yang nantinya berperan penting dalam membangun gelombang kedua [[Buddhisme]] di [[Tibet]]. Salah satu hasil karya penting yang beliau hasilkan adalah ’[[Wheel of Sharp Weapons]]’(Tib. blo-sbyong mtshon-cha 'khor-lo), yang merupakan catatan penting bagi aliran [[Mahayana]].
Y.M. Serlingpa Dharmakirti atau yang dikenal juga dengan sebutan Suvarnadvipi Dharmakirti adalah seorang pangeran dari silsilah [[Sri-Vijayendra-Raja]] yang masih termasuk dalam silsilah [[Dinasti Syailendra]]. Beliau juga dikenal sebagai guru besar [[Buddhis]] di [[Sumatera]] pada abad ke-10. Dalam sejarahnya, Serlingpa Dharmakirti pernah menjadi guru dari [[Y.M. Atisha]], seorang yang nantinya berperan penting dalam membangun gelombang kedua [[Buddhisme]] di [[Tibet]]. Salah satu hasil karya penting yang beliau hasilkan adalah ’[[Wheel of Sharp Weapons]]’(Tib. blo-sbyong mtshon-cha 'khor-lo), yang merupakan catatan penting bagi aliran [[Mahayana]].


=== Y.M. Atisha (Murid Serlingpa Dharmakirti) ===
== Y.M. Atisha (Murid Serlingpa Dharmakirti) ==
Y.M. Atisha lahir sekitar [[980]] M sebagai seorang pangeran di [[Bengali]] Timur. Beliau mempelajari semua jenis kitab suci, baik kitab suci aliran Mahayana maupun [[Hinayana]], di bawah bimbingan Guru Besar bernama [[Rahula]]. Setelah menjadi seorang Guru Besar, beliau masih ragu akan jalan terbaik mana yang dapat membawanya dengan cepat menuju [[Pencerahan Agung]]. Hingga akhirnya, ketika beliau bepradaksina di [[Bodhi Gaya]], ia tersadarkan dari keraguannya. Beliau menyadari bahwa [[Bodhicitta]] adalah jalan terbaik yang selama ini beliau cari. Kemudian, beliau pun mencari Guru Besar terbaik pada masa itu, yaitu Y.M. Serlingpa Dharmakirti di [[Sriwijaya]], [[Sumatera]], [[Indonesia]]. Selama kurang lebih 12 tahun beliau belajar di bawah bimbingan Y.M. Serlingpa, hingga beliau mendapat [[Lojung]], suatu metode untuk mengembangkan Bodhicitta dengan cara melatih pikiran menyamakan dan menukar diri sendiri dengan makhluk yang lain; juga menerima dan memberi [[Tonglen|Tong-Len]], yaitu berlatih secara sukarela menerima beban kesengsaraan dan penderitaan dari makhluk lain dan memberikan kepada yang lain segala kesehatan dan kebahagiaan. Beliau merupakan pandita Buddhis terbesar di abad ke-11 Masehi, juga Pemimpin [[Universitas Vikramasila]] ( Pusat pendidikan Buddhis besar terakhir di [[India]]). Setelahnya, beliau menghabiskan 12 tahun terakhirnya, untuk mengajar dan menyebarkan [[Buddha Dharma]] di Tibet.
Y.M. Atisha lahir sekitar [[980]] M sebagai seorang pangeran di [[Bengali]] Timur. Beliau mempelajari semua jenis kitab suci, baik kitab suci aliran Mahayana maupun [[Hinayana]], di bawah bimbingan Guru Besar bernama [[Rahula]]. Setelah menjadi seorang Guru Besar, beliau masih ragu akan jalan terbaik mana yang dapat membawanya dengan cepat menuju [[Pencerahan Agung]]. Hingga akhirnya, ketika beliau bepradaksina di [[Bodhi Gaya]], ia tersadarkan dari keraguannya. Beliau menyadari bahwa [[Bodhicitta]] adalah jalan terbaik yang selama ini beliau cari. Kemudian, beliau pun mencari Guru Besar terbaik pada masa itu, yaitu Y.M. Serlingpa Dharmakirti di [[Sriwijaya]], [[Sumatera]], [[Indonesia]]. Selama kurang lebih 12 tahun beliau belajar di bawah bimbingan Y.M. Serlingpa, hingga beliau mendapat [[Lojung]], suatu metode untuk mengembangkan Bodhicitta dengan cara melatih pikiran menyamakan dan menukar diri sendiri dengan makhluk yang lain; juga menerima dan memberi [[Tonglen|Tong-Len]], yaitu berlatih secara sukarela menerima beban kesengsaraan dan penderitaan dari makhluk lain dan memberikan kepada yang lain segala kesehatan dan kebahagiaan. Beliau merupakan pandita Buddhis terbesar di abad ke-11 Masehi, juga Pemimpin [[Universitas Vikramasila]] ( Pusat pendidikan Buddhis besar terakhir di [[India]]). Setelahnya, beliau menghabiskan 12 tahun terakhirnya, untuk mengajar dan menyebarkan [[Buddha Dharma]] di Tibet.


=== Y.M. Dagpo Rinpoche Lobsang Jhampel Jhampo Gyatso (Reinkarnasi Serlingpa Dharmakirti) ===
== Y.M. Dagpo Rinpoche Lobsang Jhampel Jhampo Gyatso (Reinkarnasi Serlingpa Dharmakirti) ==
[[Berkas:DagpoRinpoche.jpg|frame|2400x3450px|Dagpo Rinpoche, juga dikenal dengan nama Bamchoe Rinpoche, lahir pada tahun 1932 di wilayah bagian KOngpo, di tenggara Tibet.]]
[[Berkas:DagpoRinpoche.jpg|frame|2400x3450px|Dagpo Rinpoche, juga dikenal dengan nama Bamchoe Rinpoche, lahir pada tahun 1932 di wilayah bagian KOngpo, di tenggara Tibet.]]
Beliau lahir di Tibet pada tahun [[1932]], diyakini dan dikukuhkan oleh H.H [[Dalai Lama ke-13]] sebagai reinkarnasi dari Suvarnadvipi Dharmakirti. Beliau tumbuh dalam tradisi keviharaan yang ketat, dibawah bimbingan Guru-guru Besar seperti [[Kyabje Trijang Rinpoche]], [[Kyabje Ling Rinpoche]], H.H [[Dalai Lama ke-14]]. Beliau menyelesaikan pelajaran lima teks besar, yaitu [[Pramana]], [[Paramita]], [[Madyamika]], [[Abhi dharma]], [[Vinaya]], serta [[Tantra]] dan [[Lamrim]]. Saat ini di Tibet, Dagpo Rinpoche dikenal dengan nama lama Serlingpa dan merupakan pemegang tunggal silsilah ajaran Bodhicitta yang otentik terutama tentang Tujuh instruksi menukar diri dengan makhluk lain. Beliau mengunjungi Indonesia pada tahun 1988, dan sejak saat itu beliau datang ke Indonesia setiap tahunnya untuk mengajarkan Dharma.
Beliau lahir di Tibet pada tahun [[1932]], diyakini dan dikukuhkan oleh H.H [[Dalai Lama ke-13]] sebagai reinkarnasi dari Suvarnadvipi Dharmakirti. Beliau tumbuh dalam tradisi keviharaan yang ketat, dibawah bimbingan Guru-guru Besar seperti [[Kyabje Trijang Rinpoche]], [[Kyabje Ling Rinpoche]], H.H [[Dalai Lama ke-14]]. Beliau menyelesaikan pelajaran lima teks besar, yaitu [[Pramana]], [[Paramita]], [[Madyamika]], [[Abhi dharma]], [[Vinaya]], serta [[Tantra]] dan [[Lamrim]]. Saat ini di Tibet, Dagpo Rinpoche dikenal dengan nama lama Serlingpa dan merupakan pemegang tunggal silsilah ajaran Bodhicitta yang otentik terutama tentang Tujuh instruksi menukar diri dengan makhluk lain. Beliau mengunjungi Indonesia pada tahun 1988, dan sejak saat itu beliau datang ke Indonesia setiap tahunnya untuk mengajarkan Dharma.

Revisi per 15 April 2011 11.05

Gambar ini merupakan potret dari Atisha yang berasal dari biara Kadampa di Tibet dan diberikan kepada The Metropolitan Museum of Art, New York pada tahun 1933 oleh Kronos Collections.

Y.M. Serlingpa Dharmakirti atau yang dikenal juga dengan sebutan Suvarnadvipi Dharmakirti adalah seorang pangeran dari silsilah Sri-Vijayendra-Raja yang masih termasuk dalam silsilah Dinasti Syailendra. Beliau juga dikenal sebagai guru besar Buddhis di Sumatera pada abad ke-10. Dalam sejarahnya, Serlingpa Dharmakirti pernah menjadi guru dari Y.M. Atisha, seorang yang nantinya berperan penting dalam membangun gelombang kedua Buddhisme di Tibet. Salah satu hasil karya penting yang beliau hasilkan adalah ’Wheel of Sharp Weapons’(Tib. blo-sbyong mtshon-cha 'khor-lo), yang merupakan catatan penting bagi aliran Mahayana.

Y.M. Atisha (Murid Serlingpa Dharmakirti)

Y.M. Atisha lahir sekitar 980 M sebagai seorang pangeran di Bengali Timur. Beliau mempelajari semua jenis kitab suci, baik kitab suci aliran Mahayana maupun Hinayana, di bawah bimbingan Guru Besar bernama Rahula. Setelah menjadi seorang Guru Besar, beliau masih ragu akan jalan terbaik mana yang dapat membawanya dengan cepat menuju Pencerahan Agung. Hingga akhirnya, ketika beliau bepradaksina di Bodhi Gaya, ia tersadarkan dari keraguannya. Beliau menyadari bahwa Bodhicitta adalah jalan terbaik yang selama ini beliau cari. Kemudian, beliau pun mencari Guru Besar terbaik pada masa itu, yaitu Y.M. Serlingpa Dharmakirti di Sriwijaya, Sumatera, Indonesia. Selama kurang lebih 12 tahun beliau belajar di bawah bimbingan Y.M. Serlingpa, hingga beliau mendapat Lojung, suatu metode untuk mengembangkan Bodhicitta dengan cara melatih pikiran menyamakan dan menukar diri sendiri dengan makhluk yang lain; juga menerima dan memberi Tong-Len, yaitu berlatih secara sukarela menerima beban kesengsaraan dan penderitaan dari makhluk lain dan memberikan kepada yang lain segala kesehatan dan kebahagiaan. Beliau merupakan pandita Buddhis terbesar di abad ke-11 Masehi, juga Pemimpin Universitas Vikramasila ( Pusat pendidikan Buddhis besar terakhir di India). Setelahnya, beliau menghabiskan 12 tahun terakhirnya, untuk mengajar dan menyebarkan Buddha Dharma di Tibet.

Y.M. Dagpo Rinpoche Lobsang Jhampel Jhampo Gyatso (Reinkarnasi Serlingpa Dharmakirti)

Dagpo Rinpoche, juga dikenal dengan nama Bamchoe Rinpoche, lahir pada tahun 1932 di wilayah bagian KOngpo, di tenggara Tibet.

Beliau lahir di Tibet pada tahun 1932, diyakini dan dikukuhkan oleh H.H Dalai Lama ke-13 sebagai reinkarnasi dari Suvarnadvipi Dharmakirti. Beliau tumbuh dalam tradisi keviharaan yang ketat, dibawah bimbingan Guru-guru Besar seperti Kyabje Trijang Rinpoche, Kyabje Ling Rinpoche, H.H Dalai Lama ke-14. Beliau menyelesaikan pelajaran lima teks besar, yaitu Pramana, Paramita, Madyamika, Abhi dharma, Vinaya, serta Tantra dan Lamrim. Saat ini di Tibet, Dagpo Rinpoche dikenal dengan nama lama Serlingpa dan merupakan pemegang tunggal silsilah ajaran Bodhicitta yang otentik terutama tentang Tujuh instruksi menukar diri dengan makhluk lain. Beliau mengunjungi Indonesia pada tahun 1988, dan sejak saat itu beliau datang ke Indonesia setiap tahunnya untuk mengajarkan Dharma.

Referensi