Fatima (film 1938): Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k →‎Kutipan: minor cosmetic change
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 2 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.5
 
(5 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 6: Baris 6:
|alt =
|alt =
|caption = Iklan koran
|caption = Iklan koran
|director = {{plain list|
|director = Joshua Wong, Othniel Wong
*[[Wong Bersaudara|Joshua Wong]]
*[[Wong Bersaudara|Othniel Wong]]
}}
|producer = Tan Khoen Yauw
|producer = Tan Khoen Yauw
|writer = [[Saeroen]]
|writer = [[Saeroen]]
Baris 22: Baris 19:
}}
}}
|music = Lief Java
|music = Lief Java
|cinematography = {{plain list|
|cinematography = Joshua Wong, Othniel Wong
*Joshua Wong
*Othniel Wong
}}
|editing =
|editing =
|studio = [[Tan's Film]]
|studio = [[Tan's Film]]
Baris 38: Baris 32:
'''''Fatima''''' adalah film [[Hindia Belanda]] (sekarang Indonesia) tahun 1938 yang disutradarai [[Wong Bersaudara|Othniel dan Joshua Wong]]. Film ini ditulis oleh [[Saeroen]] dan dibintangi [[Roekiah]], [[Rd Mochtar]], dan ET Effendi. Film ini berkisah tentang sepasang kekasih yang diganggu oleh seorang pemuda kaya. ''Fatima'' menggunakan formula produksi yang sama seperti ''[[Terang Boelan]]'' (1937) dan berhasil sukses di dalam negeri. Ini adalah satu dari tiga film yang disebut [[Misbach Yusa Biran]] berhasil membangkitkan industri perfilman dalam negeri.
'''''Fatima''''' adalah film [[Hindia Belanda]] (sekarang Indonesia) tahun 1938 yang disutradarai [[Wong Bersaudara|Othniel dan Joshua Wong]]. Film ini ditulis oleh [[Saeroen]] dan dibintangi [[Roekiah]], [[Rd Mochtar]], dan ET Effendi. Film ini berkisah tentang sepasang kekasih yang diganggu oleh seorang pemuda kaya. ''Fatima'' menggunakan formula produksi yang sama seperti ''[[Terang Boelan]]'' (1937) dan berhasil sukses di dalam negeri. Ini adalah satu dari tiga film yang disebut [[Misbach Yusa Biran]] berhasil membangkitkan industri perfilman dalam negeri.


==Alur==
== Alur ==
Fatima ([[Roekiah]]) jatuh cinta dengan Idris ([[Rd Mochtar]]), putra seorang nelayan miskin di pulau Motaro. Suatu hari, pemuda kaya Ali (ET Effendi) datang ke pulau tersebut dan mencoba merebut hati Fatima. Sayangnya ia enggan menerima Ali dan memberikan hadiah dari Ali ke Idris agar bisa dijual. Ternyata Ali adalah ketua geng dan polisi melacaknya dari cincin curian yang ia berikan kepada Fatima sebelumnya.{{sfn|Filmindonesia.or.id, Fatima}}
Fatima ([[Roekiah]]) jatuh cinta dengan Idris ([[Rd Mochtar]]), putra seorang nelayan miskin di pulau Motaro. Suatu hari, pemuda kaya Ali (ET Effendi) datang ke pulau tersebut dan mencoba merebut hati Fatima. Sayangnya ia enggan menerima Ali dan memberikan hadiah dari Ali ke Idris agar bisa dijual. Ternyata Ali adalah ketua geng dan polisi melacaknya dari cincin curian yang ia berikan kepada Fatima sebelumnya.{{sfn|Filmindonesia.or.id, Fatima}}


==Produksi==
== Produksi ==
Kesuksesan ''[[Terang Boelan]]'' karya [[Albert Balink]] tahun 1937, yang dirilis saat industri perfilman dalam negeri masih stagnan, mendorong Tan Bersaudara (Khoen Yauw dan Khoen Hian) mendirikan kembali rumah produksi mereka, [[Tan's Film]].{{sfn|Biran|2009|p=174}} Untuk film pertamanya, Tan Bersaudara meminta bantuan [[Wong Bersaudara]], Othniel dan Joshua, untuk menyutradarai dan menangani aktivitas harian perusahaan.{{sfn|Biran|2009|p=175}} Wong Bersaudara, yang sebelumnya menjadi [[sinematografer]] ''Terang Boelan'' namun menganggur setelah studionya menutup divisi film fitur, menerima tawaran tersebut. Mereka juga menangani sinematografi ''Fatima'' yang direkam menggunakan kamera [[hitam putih]].{{sfn|Biran|2009|pp=172–173}}
Kesuksesan ''[[Terang Boelan]]'' karya [[Albert Balink]] tahun 1937, yang dirilis saat industri perfilman dalam negeri masih stagnan, mendorong Tan Bersaudara (Khoen Yauw dan Khoen Hian) mendirikan kembali rumah produksi mereka, [[Tan's Film]].{{sfn|Biran|2009|p=174}} Untuk film pertamanya, Tan Bersaudara meminta bantuan [[Wong Bersaudara]], Othniel dan Joshua, untuk menyutradarai dan menangani aktivitas harian perusahaan.{{sfn|Biran|2009|p=175}} Wong Bersaudara, yang sebelumnya menjadi [[sinematografer]] ''Terang Boelan'' namun menganggur setelah studionya menutup divisi film fitur, menerima tawaran tersebut. Mereka juga menangani sinematografi ''Fatima'' yang direkam menggunakan kamera [[hitam putih]].{{sfn|Biran|2009|pp=172–173}}


Baris 48: Baris 42:
Musik latar film ini ditangani Lief Java. Mereka memainkan musik [[keroncong]] (musik tradisional yang dipengaruhi [[kolonialisme Portugal di Indonesia|bangsa Portugal]]). Film ini diiringi beberapa lagu yang dinyanyikan Roekiah, Mochtar, Kartolo, Louis Koch, dan Annie Landauw.{{sfn|Filmindonesia.or.id, Fatima}}
Musik latar film ini ditangani Lief Java. Mereka memainkan musik [[keroncong]] (musik tradisional yang dipengaruhi [[kolonialisme Portugal di Indonesia|bangsa Portugal]]). Film ini diiringi beberapa lagu yang dinyanyikan Roekiah, Mochtar, Kartolo, Louis Koch, dan Annie Landauw.{{sfn|Filmindonesia.or.id, Fatima}}


==Rilis dan tanggapan==
== Rilis dan tanggapan ==
''Fatima'' dirilis tanggal 24 April 1938. Pemasarannya ditangani Tan Bersaudara.{{sfn|Bataviaasch Nieuwsblad 1938, Filmaankondiging Cinema}} Film ini sukses di pasaran dan menghasilkan 200.000 gulden, padahal anggaran pembuatannya hanya 7.000 gulden.{{sfn|Biran|2009|p=175}} Kebanyakan penontonnya adalah orang pribumi, tetapi ada juga sejumlah penonton Belanda. Ulasan di harian ''[[Bataviaasch Nieuwsblad]]'' menyebutkan bahwa meski film ini tidak dapat dinilai dengan standar Eropa, pemeranan Roekiah sangat menarik dan industri perfilman dalam negeri tampaknya "kembali ke jalan yang benar".{{efn|Teks asli: "... ''zich toch op den goeden weg schijnt te bevinden.''}}{{sfn|Bataviaasch Nieuwsblad 1938, Filmaankondiging Cinema}}
''Fatima'' dirilis tanggal 24 April 1938. Pemasarannya ditangani Tan Bersaudara.{{sfn|Bataviaasch Nieuwsblad 1938, Filmaankondiging Cinema}} Film ini sukses di pasaran dan menghasilkan 200.000 gulden, padahal anggaran pembuatannya hanya 7.000 gulden.{{sfn|Biran|2009|p=175}} Kebanyakan penontonnya adalah orang pribumi, tetapi ada juga sejumlah penonton Belanda. Ulasan di harian ''[[Bataviaasch Nieuwsblad]]'' menyebutkan bahwa meski film ini tidak dapat dinilai dengan standar Eropa, pemeranan Roekiah sangat menarik dan industri perfilman dalam negeri tampaknya "kembali ke jalan yang benar".{{efn|Teks asli: "... ''zich toch op den goeden weg schijnt te bevinden.''}}{{sfn|Bataviaasch Nieuwsblad 1938, Filmaankondiging Cinema}}


Baris 57: Baris 51:
''Fatima'' bisa jadi tergolong [[film hilang]]. Antropolog visual Amerika Serikat [[Karl G. Heider]] menulis bahwa semua film Indonesia yang dibuat sebelum 1950 tidak diketahui lagi keberadaan salinannya.{{sfn|Heider|1991|p=14}} Akan tetapi, ''Katalog Film Indonesia'' yang disusun JB Kristanto menyebutkan beberapa film masih disimpan di [[Sinematek Indonesia]] dan Biran menulis bahwa sejumlah film propaganda Jepang masih ada di [[Dinas Informasi Pemerintah Belanda]].{{sfn|Biran|2009|p=351}}
''Fatima'' bisa jadi tergolong [[film hilang]]. Antropolog visual Amerika Serikat [[Karl G. Heider]] menulis bahwa semua film Indonesia yang dibuat sebelum 1950 tidak diketahui lagi keberadaan salinannya.{{sfn|Heider|1991|p=14}} Akan tetapi, ''Katalog Film Indonesia'' yang disusun JB Kristanto menyebutkan beberapa film masih disimpan di [[Sinematek Indonesia]] dan Biran menulis bahwa sejumlah film propaganda Jepang masih ada di [[Dinas Informasi Pemerintah Belanda]].{{sfn|Biran|2009|p=351}}


==Catatan kaki==
== Catatan kaki ==
{{notelist|40em}}
{{notelist|40em}}


==Referensi==
== Referensi ==
{{reflist|30em}}
{{reflist|30em}}


==Kutipan==
== Kutipan ==
{{refbegin|40em}}
{{refbegin|40em}}
*{{cite book
* {{cite book
|title=[[Sejarah Film 1900–1950|Sejarah Film 1900–1950: Bikin Film di Jawa]]
|title=[[Sejarah Film 1900–1950|Sejarah Film 1900–1950: Bikin Film di Jawa]]
|trans_title=History of Film 1900–1950: Making Films in Java
|trans_title=History of Film 1900–1950: Making Films in Java
Baris 77: Baris 71:
|ref=harv
|ref=harv
}}
}}
*{{cite web
* {{cite web
| title = Fatima
| title = Fatima
| language = Indonesian
| language = Indonesian
Baris 85: Baris 79:
| location = Jakarta
| location = Jakarta
| accessdate = 24 July 2012
| accessdate = 24 July 2012
| archiveurl = http://www.webcitation.org/69OPnL4MG
| archiveurl = https://www.webcitation.org/69OPnL4MG?url=http://filmindonesia.or.id/movie/title/lf-f006-38-574433_fatima
| archivedate = 24 July 2012
| archivedate = 2012-07-24
| ref = {{sfnRef|Filmindonesia.or.id, Fatima}}
| ref = {{sfnRef|Filmindonesia.or.id, Fatima}}
| dead-url = no
}}
}}
*{{cite news
* {{cite news
|title=Filmaankondiging Cinema: Fatima
|title=Filmaankondiging Cinema: Fatima
|trans_title=Film Announcement: Fatima
|trans_title=Film Announcement: Fatima
Baris 101: Baris 96:
|accessdate=22 January 2013
|accessdate=22 January 2013
|ref={{sfnRef|Bataviaasch Nieuwsblad 1938, Filmaankondiging Cinema}}
|ref={{sfnRef|Bataviaasch Nieuwsblad 1938, Filmaankondiging Cinema}}
}}{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
}}
*{{cite book
* {{cite book
|url=http://books.google.ca/books?id=m4DVrBo91lEC
|url=http://books.google.ca/books?id=m4DVrBo91lEC
|title=Indonesian Cinema: National Culture on Screen
|title=Indonesian Cinema: National Culture on Screen
Baris 112: Baris 107:
|location=Honolulu
|location=Honolulu
|ref=harv
|ref=harv
|access-date=2013-04-29
|archive-date=2023-07-18
|archive-url=https://web.archive.org/web/20230718040133/https://books.google.ca/books?id=m4DVrBo91lEC&hl=en
|dead-url=no
}}
}}
*{{cite book
* {{cite book
|url=http://books.google.ca/books?id=sl92GYNaKJIC
|url=http://books.google.ca/books?id=sl92GYNaKJIC
|title=A to Z about Indonesian Film
|title=A to Z about Indonesian Film
Baris 124: Baris 123:
|location=Bandung
|location=Bandung
|year=2006
|year=2006
|access-date=2013-04-29
|archive-date=2022-10-20
|archive-url=https://web.archive.org/web/20221020161435/https://books.google.ca/books?id=sl92GYNaKJIC&hl=en
|dead-url=no
}}
}}
*{{cite web
* {{cite web
|title=Othniel Wong
|title=Othniel Wong
|url=http://filmindonesia.or.id/movie/name/nmp4b99bd523f3ef_Othniel-Wong
|url=http://filmindonesia.or.id/movie/name/nmp4b99bd523f3ef_Othniel-Wong
Baris 132: Baris 135:
|location=Jakarta
|location=Jakarta
|accessdate=29 August 2012
|accessdate=29 August 2012
|archiveurl=http://www.webcitation.org/6AHIOJqsm
|archiveurl=https://www.webcitation.org/6AHIOJqsm?url=http://filmindonesia.or.id/movie/name/nmp4b99bd523f3ef_Othniel-Wong
|archivedate=29 August 2012
|archivedate=2012-08-29
|ref={{sfnRef|Filmindonesia.or.id, Othniel Wong}}
|ref={{sfnRef|Filmindonesia.or.id, Othniel Wong}}
|dead-url=no
}}
}}
{{refend}}
{{refend}}


==Pranala luar==
== Pranala luar ==
*{{IMDb title|1848884|Fatima}}
* {{IMDb title|1848884|Fatima}}


[[Kategori:Film Hindia Belanda]]
[[Kategori:Film Hindia Belanda tahun 1938]]
[[Kategori:Film yang disutradarai Wong Bersaudara]]
[[Kategori:Film romantis]]
[[Kategori:Film romansa tahun 1930-an]]

Revisi terkini sejak 18 Juli 2023 04.01

Fatima
Iklan koran
SutradaraJoshua Wong, Othniel Wong
ProduserTan Khoen Yauw
Ditulis olehSaeroen
Pemeran
Penata musikLief Java
SinematograferJoshua Wong, Othniel Wong
Perusahaan
produksi
Tanggal rilis
  • 24 April 1938 (1938-04-24) (Hindia Belanda)
NegaraHindia Belanda
BahasaIndonesia

Fatima adalah film Hindia Belanda (sekarang Indonesia) tahun 1938 yang disutradarai Othniel dan Joshua Wong. Film ini ditulis oleh Saeroen dan dibintangi Roekiah, Rd Mochtar, dan ET Effendi. Film ini berkisah tentang sepasang kekasih yang diganggu oleh seorang pemuda kaya. Fatima menggunakan formula produksi yang sama seperti Terang Boelan (1937) dan berhasil sukses di dalam negeri. Ini adalah satu dari tiga film yang disebut Misbach Yusa Biran berhasil membangkitkan industri perfilman dalam negeri.

Alur[sunting | sunting sumber]

Fatima (Roekiah) jatuh cinta dengan Idris (Rd Mochtar), putra seorang nelayan miskin di pulau Motaro. Suatu hari, pemuda kaya Ali (ET Effendi) datang ke pulau tersebut dan mencoba merebut hati Fatima. Sayangnya ia enggan menerima Ali dan memberikan hadiah dari Ali ke Idris agar bisa dijual. Ternyata Ali adalah ketua geng dan polisi melacaknya dari cincin curian yang ia berikan kepada Fatima sebelumnya.[1]

Produksi[sunting | sunting sumber]

Kesuksesan Terang Boelan karya Albert Balink tahun 1937, yang dirilis saat industri perfilman dalam negeri masih stagnan, mendorong Tan Bersaudara (Khoen Yauw dan Khoen Hian) mendirikan kembali rumah produksi mereka, Tan's Film.[2] Untuk film pertamanya, Tan Bersaudara meminta bantuan Wong Bersaudara, Othniel dan Joshua, untuk menyutradarai dan menangani aktivitas harian perusahaan.[3] Wong Bersaudara, yang sebelumnya menjadi sinematografer Terang Boelan namun menganggur setelah studionya menutup divisi film fitur, menerima tawaran tersebut. Mereka juga menangani sinematografi Fatima yang direkam menggunakan kamera hitam putih.[4]

Wong Bersaudara memanfaatkan pemeran Terang Boelan dan beberapa anggota krunya. Penulis film sebelumnya, Saeroen, penned the story for Fatima, closely following the same formula of romance, good music, and beautiful scenery as his earlier film. Para pemeran utamanya seperti Roekiah, Rd Mochtar, dan ET Effendi, serta aktor tokoh figuran seperti Kartolo (suami Roekiah), juga bergabung.[3] Mereka digaji lebih tinggi ketimbang saat terlibat di Terang Boelan. Roekiah, misalnya, per bulannya digaji 150 gulden, sedangkan Kartolo 50 gulden lebih banyak. Jumlah tersebut dua kali lipat daripada yang ia terima sebelumnya.[5]

Musik latar film ini ditangani Lief Java. Mereka memainkan musik keroncong (musik tradisional yang dipengaruhi bangsa Portugal). Film ini diiringi beberapa lagu yang dinyanyikan Roekiah, Mochtar, Kartolo, Louis Koch, dan Annie Landauw.[1]

Rilis dan tanggapan[sunting | sunting sumber]

Fatima dirilis tanggal 24 April 1938. Pemasarannya ditangani Tan Bersaudara.[6] Film ini sukses di pasaran dan menghasilkan 200.000 gulden, padahal anggaran pembuatannya hanya 7.000 gulden.[3] Kebanyakan penontonnya adalah orang pribumi, tetapi ada juga sejumlah penonton Belanda. Ulasan di harian Bataviaasch Nieuwsblad menyebutkan bahwa meski film ini tidak dapat dinilai dengan standar Eropa, pemeranan Roekiah sangat menarik dan industri perfilman dalam negeri tampaknya "kembali ke jalan yang benar".[a][6]

Tan Bersaudara menikmati kesuksesan Fatima, namun Wong Bersaudara kurang puas dengan pangsa laba yang mereka terima karena dianggap terlalu rendah.[7] Meski begitu, mereka terus bekerja sama dengan Tan Bersaudara sampai 1940,[7] dan pada tahun 1948, Tan dan Wong Bersaudara mendirikan rumah produksi lain.[8] Mocthar dan Roekiah tetap menjadi bintang utama Tan's Film sampai Mochtar meninggalkan perusahaan ini tahun 1940 akibat masalah upah.[9]

Sejarawan film Indonesia Misbach Yusa Biran menyebut kesuksesan Terang Boelan, Fatima, dan Alang-Alang (1939) karya The Teng Chun berhasil membangkitkan industri film lokal.[10] Sebagian besar film dalam negeri yang dibuat sebelum kemerdekaan Indonesia diproduksi antara tahun 1939 dan pendudukan Jepang tahun 1942.[11]

Fatima bisa jadi tergolong film hilang. Antropolog visual Amerika Serikat Karl G. Heider menulis bahwa semua film Indonesia yang dibuat sebelum 1950 tidak diketahui lagi keberadaan salinannya.[12] Akan tetapi, Katalog Film Indonesia yang disusun JB Kristanto menyebutkan beberapa film masih disimpan di Sinematek Indonesia dan Biran menulis bahwa sejumlah film propaganda Jepang masih ada di Dinas Informasi Pemerintah Belanda.[13]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Teks asli: "... zich toch op den goeden weg schijnt te bevinden.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b Filmindonesia.or.id, Fatima.
  2. ^ Biran 2009, hlm. 174.
  3. ^ a b c Biran 2009, hlm. 175.
  4. ^ Biran 2009, hlm. 172–173.
  5. ^ Imanjaya 2006, hlm. 111.
  6. ^ a b Bataviaasch Nieuwsblad 1938, Filmaankondiging Cinema.
  7. ^ a b Biran 2009, hlm. 193.
  8. ^ Filmindonesia.or.id, Othniel Wong.
  9. ^ Biran 2009, hlm. 214.
  10. ^ Biran 2009, hlm. 182.
  11. ^ Biran 2009, hlm. 383–385.
  12. ^ Heider 1991, hlm. 14.
  13. ^ Biran 2009, hlm. 351.

Kutipan[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]