Folklor: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1: | Baris 1: | ||
[[Berkas:Diablo puneño.jpg|200px|ka|jmpl|[[Supay]] dalam tarian [[diablada]]. Supay merupakan dewa atau iblis kematian dalam folklor [[Inka]].]] |
[[Berkas:Diablo puneño.jpg|200px|ka|jmpl|[[Supay]] dalam tarian [[diablada]]. Supay merupakan dewa atau iblis kematian dalam folklor [[Inka]].]] |
||
'''Folklor''' meliputi legenda, [[musik]], [[sejarah lisan]], [[pepatah]], [[lelucon]], [[takhayul]], [[dongeng]], dan kebiasaan yang menjadi [[tradisi]] dalam suatu budaya, [[subkultur]], atau [[kelompok (sosiologi)|kelompok]]. Folklor juga merupakan serangkaian praktik yang menjadi sarana penyebaran berbagai tradisi budaya. Bidang studi yang mempelajari folklor disebut [[folkloristika]]. Istilah filklor berasal dari [[bahasa Inggris]], ''folklore'', yang pertama kali dikemukakan oleh sejarawan Inggris [[William Thoms]] dalam sebuah surat yang diterbitkan oleh London Journal pada tahun 1846.<ref>George, Robert A., Michael Owens Jones, "Folkloristics: An Introduction," [[Indiana University Press]], 1995.</ref> Folklor berkaitan erat dengan [[mitologi]]. |
'''Folklor''' meliputi legenda, [[musik]], [[sejarah lisan]], [[pepatah]], [[lelucon]], [[takhayul]], [[dongeng]], dan kebiasaan yang menjadi [[tradisi]] dalam suatu budaya, [[subkultur]], atau [[kelompok (sosiologi)|kelompok]]. Folklor juga merupakan serangkaian praktik yang menjadi sarana penyebaran berbagai tradisi budaya. Bidang studi yang mempelajari folklor disebut [[folkloristika]]. Istilah filklor berasal dari [[bahasa Inggris]], ''folklore'', yang pertama kali dikemukakan oleh sejarawan Inggris [[William Thoms]] dalam sebuah surat yang diterbitkan oleh London Journal pada tahun 1846.<ref>George, Robert A., Michael Owens Jones, "Folkloristics: An Introduction," [[Indiana University Press]], 1995.</ref> Folklor berkaitan erat dengan [[mitologi]]. |
||
== Ciri-ciri Folklor == |
|||
Ciri-ciri folklor, dimaksudkan untuk mengetahui folklor dengan kebudayaan laiinya. Folklor memiliki ciri-ciri sebagai berikut.<ref name=":0">{{Cite web|url=https://www.sridianti.com/jenis-dan-fungsi-folklor.html|title=Pengertian, Jenis-jenis dan Fungsi Folklor – Sridianti.com|website=www.sridianti.com|access-date=2019-02-28}}</ref> |
|||
# Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan, yaitu melalui tutur kata dari mulut ke mulut dari satu generasi ke generasi selanjutnya.<ref name=":0" /> |
|||
# Bersifat tradisional, yaitu disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau dalam bentuk standar.<ref name=":0" /> |
|||
# Berkembang dalam versi yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan penyebarannya secara lisan sehingga folklor mudah mengalami perubahan. Akan tetapi, bentuk dasarnya tetap bertahan.<ref name=":0" /> |
|||
# Bersifat anonim, artinya pembuatnya sudah tidak diketahui lagi orangnya.<ref name=":0" /> |
|||
# Biasanya mempunyai bentuk berpola. Kata-kata pembukanya misalnya. Menurut sahibil hikayat (menurut yang empunya cerita) atau dalam bahasa Jawa misalnya dimulai dengan kalimat anuju sawijing dina (pada suatu hari).<ref name=":0" /> |
|||
# Mempunyai manfaat dalam kehidupan kolektif. Cerita rakyat misalnya berguna sebagai alat pendidikan, pelipur lara, protes sosial, dan cerminan keinginan terpendam.<ref name=":0" /> |
|||
# Bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika umum. Ciri ini terutama berlaku bagi folklor lisan dan sebagian lisan.<ref name=":0" /> |
|||
# Menjadi milik bersama (colective) dari masyarakat tertentu.<ref name=":0" /> |
|||
# Pada umumnya bersifat lugu atau polos sehingga seringkali kelihatannya kasar atau terlalu sopan. Hal itu disebabkan banyak folklor merupakan proyeksi (cerminan) emosi manusia yang jujur.<ref name=":0" /> |
|||
== Catatan kaki == |
== Catatan kaki == |
Revisi per 28 Februari 2019 07.40
Folklor meliputi legenda, musik, sejarah lisan, pepatah, lelucon, takhayul, dongeng, dan kebiasaan yang menjadi tradisi dalam suatu budaya, subkultur, atau kelompok. Folklor juga merupakan serangkaian praktik yang menjadi sarana penyebaran berbagai tradisi budaya. Bidang studi yang mempelajari folklor disebut folkloristika. Istilah filklor berasal dari bahasa Inggris, folklore, yang pertama kali dikemukakan oleh sejarawan Inggris William Thoms dalam sebuah surat yang diterbitkan oleh London Journal pada tahun 1846.[1] Folklor berkaitan erat dengan mitologi.
Ciri-ciri Folklor
Ciri-ciri folklor, dimaksudkan untuk mengetahui folklor dengan kebudayaan laiinya. Folklor memiliki ciri-ciri sebagai berikut.[2]
- Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan, yaitu melalui tutur kata dari mulut ke mulut dari satu generasi ke generasi selanjutnya.[2]
- Bersifat tradisional, yaitu disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau dalam bentuk standar.[2]
- Berkembang dalam versi yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan penyebarannya secara lisan sehingga folklor mudah mengalami perubahan. Akan tetapi, bentuk dasarnya tetap bertahan.[2]
- Bersifat anonim, artinya pembuatnya sudah tidak diketahui lagi orangnya.[2]
- Biasanya mempunyai bentuk berpola. Kata-kata pembukanya misalnya. Menurut sahibil hikayat (menurut yang empunya cerita) atau dalam bahasa Jawa misalnya dimulai dengan kalimat anuju sawijing dina (pada suatu hari).[2]
- Mempunyai manfaat dalam kehidupan kolektif. Cerita rakyat misalnya berguna sebagai alat pendidikan, pelipur lara, protes sosial, dan cerminan keinginan terpendam.[2]
- Bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika umum. Ciri ini terutama berlaku bagi folklor lisan dan sebagian lisan.[2]
- Menjadi milik bersama (colective) dari masyarakat tertentu.[2]
- Pada umumnya bersifat lugu atau polos sehingga seringkali kelihatannya kasar atau terlalu sopan. Hal itu disebabkan banyak folklor merupakan proyeksi (cerminan) emosi manusia yang jujur.[2]
Catatan kaki
Bacaan lanjutan
- Adrienne Mayor, "Bibliography of Classical Folklore Scholarship: Myths, Legends, and Popular Beliefs of Ancient Greece and Rome", from Folklore (April 2000)
- Coffin, Tristram P.; Cohen, Hennig, (editors), Folklore in America; tales, songs, superstitions, proverbs, riddles, games, folk drama and folk festivals, Garden City, New York: Doubleday, 1966. Selections from the Journal of American folklore.