Lompat ke isi

Henoteisme

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Tuhan yang dipercaya sebagai satu-satunya penguasa dan pencipta di bumi

Henoteisme adalah suatu pemahaman bahwa hanya ada satu dewa yang berkuasa di dalam dunia tanpa memungkiri akan keberadaan dewa-dewa lainnya.[1][2] Henoteisme juga dipahami sebuah tahap keagamaan yang berada di antara politeisme ke monoteisme.[3] Tahap keagamaan yang dimaksud adalah Tahap perubahan keyakinan dari keyakinan bahwa ada banyak dewa yang berkuasa (politeisme] sampai keyakinan bahwa hanya ada satu dewa berkuasa (monoteisme).[3] Henoteisme mempunyai sinonim yaitu monolatrisme.[3][3] Dalam kaitannya dengan ibadah atau penyembahan, henoteisme dilihat sebagai suatu ibadah yang secara temporal dilakukan terhadap satu dewa yang dianggap berkuasa.[3] Namun, dewa yang dianggap berkuasa tersebut menyerap dewa-dewa lainnya.[3]

Deskripsi

[sunting | sunting sumber]

Henoteisme mempunyai secara sederhana dipahami sebagai pemahaman yang tentang satu dewa yang berkuasa, tetapi tetap mengakui keberadaan dewa-dewa lain.[3] Namun, ada banyak sudut pandang tentang pengertian henoteisme.[1] Salah satunya adalah sudut pandang yang melihat bahwa henoteisme adalah sebuah pemahaman yang menyatakan bahwa ada satu dewa yang berkuasa di dunia ini.[1] Akan tetapi, penguasa di satu tempat berbeda dengan penguasa di tempat lain.[1] Ada yang sudut pandang yang melihat bahwa henoteisme adalah sebuah pemahaman yang menyatakan bahwa hanya ada satu dewa yang berkuasa di dunia, tetapi dewa itu hanya berlaku pada masa tertentu.[1] Pada masa yang lain, dewa lain yang akan berkuasa.[1]

Asal Mula

[sunting | sunting sumber]
Friedrich Schelling

Pada mulanya, istilah henoteisme digunakan untuk melihat sistem kepercayaan di Mesir dan Israel.[4] Mesir dan Israel memperlihatkan sistem kepercayaan kepada satu dewa.[4] Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana melihat perbedaan dari sistem kepercayaan tersebut.[4] Pertanyaan ini menuntut sebuah jawaban yang didasarkan pada pertimbangan yang matang.[4] Istilah henoteisme merupakan sebuah usaha untuk merangkul perbedaan dari sistem kepercayaan tersebut.[4] Dalam dunia akademis, istilah ini muncul dalam diskusi agama-agama.[4] Istilah henoteisme muncul pada abad 19 oleh seorang yang bernama F. Max Muller.[4] Tokoh lain yang memakai istilah henoteisme sebelum F. Max Muller adalah Friedrich Schelling.[4]F. Max Muller menggunakan istilah henoteisme untuk memahami bahwa ada satu dewa yang berkuasa di atas dewa-dewa lain.[4] Kuasa ini yang memungkinkan dewa ini memiliki posisi di atas dewa-dewa lainnya.[4][5] ide tentang henoteisme ini muncul saat Muller membaca kitab Weda.[4] Selain F. Max Muller, tokoh lain yang juga memakai istilah henoteisme adalah Henk S. Versnel.[4] Versnel memakai istilah henoteisme untuk membaca sistem kepercayaan di Romawi.[4] Bagi Versnel, istilah henoteisme cocok dengan sistem kepercayaan di Romawi.[4]

Lingkup kepercayaan

[sunting | sunting sumber]

Henoteisme merupakan jenis kepercayaan yang bersifat kesukuan atau kebangsaan. Dewa agung hanya dimiliki oleh satu dewa saja bagi satu suku atau satu bangsa. Perannya sebagai kekuasaan tertinggi di antara dewa-dewa yang lainnya. Satu dewa agung hanya dipercaya oleh suatu suku atau bangsa tertentu. Sementara suku lainnya tidak memuja dewa tersebut.[6]

Reference

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d e f (Indonesia) Antonius Atosokhi Gea. 2004. Character Building III Relasi Dengan Tuhan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
  2. ^ J.S.Badudu. 2003. Kamus kata-kata serapan asing dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbut Buku Kompas. hlm 133.
  3. ^ a b c d e f g (English) Natan Macdonald. 2012. Deuteronomy and the Meaning of "Monotheism": 2nd Edition. Tubingen: Mohr Siebeck.Hlm 54.
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m n (English) Mark S. Smith. 2008. God in Translation: Cross Cultural Recognition of Deity in Biblical World. Tubingen: Mohr Siebeck.
  5. ^ Mariasusai Davamhony. 1995. Fenomenologi Agama. Yogyakarta:Kanisius. Hlm 124.
  6. ^ Kasno (2018). Salsabila, Intan, ed. Filsafat Agama (PDF). Surabaya: Alpha. hlm. 38. ISBN 978-602-6681-18-8. 

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]