Herman Willem Daendels: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Arya1711 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Taylorbot (bicara | kontrib)
satu cukup (creator/artist/age) | t=731 su=64 in=109 at=64 -- only 243 edits left of totally 308 possible edits | edr=000-0000 ovr=010-1111 aft=000-0000
 
(45 revisi perantara oleh 31 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox Officeholder
{{Tambah rujukan}}{{Infobox Officeholder
|name = Herman Willem Daendels
| name = Herman Willem Dandles
|image = Herman Willem Daendels.gif
| image = Posthuum portret van Herman Willem Daendels (1762-1818). Gouverneur-generaal (1808-10), SK-A-3790.jpg
|office = Gubernur Jenderal Pantai Emas Belanda
| office = [[Gubernur Jenderal Hindia Belanda]] ke-36
|term_start = [[9 Desember]] [[1815]]
| term_start = 5 Januari 1808
|term_end = [[30 Januari]] [[1818]]
| term_end = 15 Mei 1811
|predecessor = Abraham de Veer
| predecessor = [[Albertus Wiese|Albertus Henricus Wiese]]
|successor = Frans Christiaan Eberhard Oldenburg
| successor = [[Jan Willem Janssens]]
|office2 = [[Gubernur Jenderal Hindia Belanda]] ke-36
| office2 = Gubernur Jenderal [[Pantai Emas Belanda]]
|term_start2 = 5 Januari 1808
| term_start2 = 9 Desember 1815
|term_end2 = 15 Mei 1811
| term_end2 = 30 Januari 1818
|predecessor2 = [[Albertus Wiese]]
| predecessor2 = Abraham floress Veer
|successor2 = [[Jan Willem Janssens]]
| successor2 = Frans Christiaan Eberhard Oldenburg
|birth_date = {{birth date|df=yes|1762|10|21}}
| birth_date = {{birth date|df=yes|1762|10|21}}
|birth_place = [[Hattem]], [[Gelderland]], [[Republik Belanda]]
| birth_place = [[Hattem]], [[Gelderland]], [[Republik Belanda]]
|death_date = {{death date and age|df=yes|1818|5|2|1762|10|21}}
| death_date = {{death date and age|df=yes|1818|5|2|1762|10|21}}
|death_place = [[Elmina]], Pantai Emas Belanda
| death_place = [[Elmina]], [[Pantai Emas Belanda]]
|caption = Potret H. W. Daendels (* 1762, † 1818), oleh E. Maaskamp / J. Wiseman.
| caption = Potret anumerta Herman Willem Daendels {{Circa|1838}}
|spouse =
| spouse =
|religion =
}}
}}
'''''[[Meester in de Rechten]]''''' '''Herman Willem Daendels''' ({{lahirmati|[[Hattem]], [[Republik Belanda]]|21|10|1762|Elmina, Pantai Emas Belanda|2|5|1818}}), adalah seorang [[politikus]] [[Belanda]] yang merupakan [[Gubernur-Jenderal]] [[Hindia Belanda]] yang ke-36. Ia memerintah antara tahun [[1808]] – [[1811]]. Masa itu [[Belanda]] sedang dikuasai oleh [[Perancis]].
'''Herman Willem Daendels''' ({{lahirmati|[[Hattem]], [[Republik Belanda]]|21|10|1762|[[Elmina]], [[Pantai Emas Belanda]]|2|5|1818}}), adalah seorang [[politikus]] dan jenderal [[Belanda]] yang menjadi [[Gubernur-Jenderal]] [[Hindia Belanda]] yang ke-36. Ia memerintah antara tahun [[1808]] – [[1811]]. Masa itu [[Belanda]] sedang dikuasai oleh [[Prancis]].


== Masa muda ==
== Masa muda ==
Pada tahun [[1780]] dan [[1787]] ia ikut para kumpulan pemberontak di Belanda dan kemudian melarikan diri ke [[Perancis]]. Di sana ia menyaksikan dari dekat [[Revolusi Perancis]] dan lalu menggabungkan diri dengan pasukan Batavia yang republikan. Akhirnya ia mencapai pangkat [[Jenderal]] dan pada tahun [[1795]] ia masuk [[Belanda]] dan masuk tentara [[Republik Batavia]] dengan pangkat Letnan-Jenderal. Sebagai kepala kaum Unitaris, ia ikut mengurusi disusunnya Undang-Undang Dasar Belanda yang pertama. Bahkan ia mengintervensi secara militer selama dua kali. Tetapi invasi orang [[Britania Raya|Inggris]] dan [[Rusia]] di provinsi [[Noord-Holland]] berakibat buruk baginya. Ia dianggap kurang tanggap dan diserang oleh berbagai pihak. Akhirnya ia kecewa dan mengundurkan diri dari tentara pada tahun [[1800]]. Ia memutuskan pindah ke [[Heerde]], [[Gelderland]].
Pada tahun [[1780]] dan [[1787]], ia ikut para kumpulan pemberontak di Belanda dan kemudian melarikan diri ke [[Prancis]]. Di sana ia menyaksikan dari dekat [[Revolusi Prancis]] dan lalu menggabungkan diri dengan pasukan Batavia yang republikan. Akhirnya, ia mencapai pangkat [[Jenderal]] dan pada tahun [[1795]], ia masuk [[Belanda]] dan masuk tentara [[Republik Batavia]] dengan pangkat Letnan-Jenderal. Sebagai kepala kaum Unitaris, ia ikut mengurusi disusunnya Undang-Undang Dasar Belanda yang pertama. Bahkan ia mengintervensi secara militer selama dua kali. Tetapi invasi orang [[Britania Raya|Inggris]] dan [[Rusia]] di provinsi [[Noord-Holland]] berakibat buruk baginya. Ia dianggap kurang tanggap dan diserang oleh berbagai pihak. Akhirnya, ia kecewa dan mengundurkan diri dari tentara pada tahun [[1800]]. Ia memutuskan pindah ke [[Heerde]], [[Gelderland]].


== Karier ==
== Karier ==
Pada tahun [[1806]] ia dipanggil oleh Raja Belanda, Raja Louis (''Koning Lodewijk'') untuk berbakti kembali di tentara Belanda. Ia ditugasi untuk mempertahankan [[provinsi]] [[Friesland]] dan [[Groningen]] dari serangan [[Prusia]]. Lalu setelah sukses, pada tanggal [[28 Januari]] [[1807]] atas saran [[Kaisar]] [[Napoleon Bonaparte]], ia dikirim ke [[Hindia Belanda]] sebagai [[Gubernur-Jenderal]].
Pada tahun [[1806]], ia dipanggil oleh Raja Belanda, Raja Louis (''Koning Lodewijk'') untuk berbakti kembali di tentara Belanda. Ia ditugasi untuk mempertahankan [[provinsi]] [[Friesland]] dan [[Groningen]] dari serangan [[Prusia]]. Lalu setelah sukses, pada tanggal [[28 Januari]] [[1807]] atas saran [[Kaisar]] [[Napoleon Bonaparte]], ia dikirim ke [[Hindia Belanda]] sebagai [[Gubernur-Jenderal]].


== Pengangkatan sebagai Gubernur-Jenderal ==
== Daendels di Hindia Belanda ==
Daendels tiba di [[Batavia]] pada 5 Januari 1808 menggantikan [[Gubernur Jenderal Hindia Belanda|Gubernur-Jenderal Albertus Wiese]]. Daendels mengemban tugas yang diberikan oleh Raja Louis dari Hollandia untuk melakukan reformasi pemerintahan yang korup peninggalan [[Perusahaan Hindia Timur Belanda|VOC]]. Ia juga diberi pangkat militer tertinggi sebagai marsekal Hollandia —yang diberikan setahun sebelumnya— pada 28 Januari 1807 untuk mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris. Pangkat ini mulai berlaku ketika ia tiba di Jawa. Pengangkatan Daendels sebagai Marsekal Hollandia memunculkan rasa tidak senang dari [[Napoleon Bonaparte|Napoleon]]. Ia menganggap bahwa bangsa Belanda bukanllah bangsa yang bisa berperang dan tidak layak memiliki perwira dengan pangkat setinggi itu. Pada akhirnya ia menegur adiknya, [[Louis Bonaparte]], yang pada saat itu menjadi Raja Hollandia.<ref name=":0">{{Cite book|last=Carey|first=P. B. R.|last2=A. Noor|first2=Farish|date=2022|url=https://www.worldcat.org/oclc/1348391104|title=Ras, kuasa, dan kekerasan kolonial di Hindia Belanda, 1808-1830|location=Jakarta|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia|isbn=978-602-481-656-8|edition=|pages=33-39|others=|oclc=1348391104|url-status=live}}</ref>
[[Berkas:Posthumous Portrait of Herman Willem Daendels, Governor-General of the Dutch East Indies - Rd Saleh.jpg|200px|kiri|jmpl|Potret anumerta Herman Willem Daendels, Gubernur Jenderal Hindia Belanda 1808-1810, berdasarkan miniatur tanggal 1816 oleh seniman Perancis SJ Rochard. Bagian dari seri Gubernur Jenderal.]]
Maka setelah perjalanan yang panjang melalui [[Kepulauan Canaria]], Daendels tiba di [[Batavia]] pada tanggal [[5 Januari]] [[1808]] dan menggantikan Gubernur-Jenderal [[Albertus Wiese]]. Daendels diserahi tugas terutama untuk melindungi pulau [[Jawa]] dari serangan tentara [[Inggris]]. Jawa adalah satu-satunya daerah koloni Belanda-Perancis yang belum jatuh ke tangan Inggris setelah [[Isle de France]] dan [[Mauritius]] pada tahun [[1807]]. Namun beberapa kali armada Inggris telah muncul di perairan utara laut Jawa bahkan di dekat [[Batavia]]. Pada tahun [[1800]], armada Inggris telah memblokade Batavia dan menghancurkan galangan kapal Belanda di [[Pulau Onrust]] sehingga tidak berfungsi lagi. Pada tahun [[1806]], armada kecil Inggris di bawah [[laksamana Pellew]] muncul di [[Gresik]]. Setelah blokade singkat, pimpinan militer Belanda, [[Von Franquemont]] memutuskan untuk tidak mau menyerah kepada Pellew. Ultimatum Pellew untuk mendarat di [[Surabaya]] tidak terwujud, tetapi sebelum meninggalkan Jawa Pellew menuntut Belanda agar membongkar semua pertahanan meriam di Gresik dan dikabulkan. Ketika mendengar hal ini, Daendels menyadari bahwa kekuatan Perancis-Belanda yang ada di Jawa tidak akan mampu menghadapi kekuatan armada Inggris. Maka iapun melaksanakan tugasnya dengan segera.
Tentara Belanda diisinya dengan orang-orang [[pribumi]], ia membangun [[rumah sakit]]-rumah sakit dan tangsi-[[tangsi]] militer baru. Di [[Surabaya]] ia membangun sebuah pabrik senjata, di [[Semarang]] ia membangun pabrik meriam dan di [[Batavia]] ia membangun [[sekolah militer]]. Kastil di [[Batavia]] dihancurkannya dan diganti dengan benteng di [[Meester Cornelis]] (kini [[Jatinegara]]). Di Surabaya dibangunnya [[Benteng Lodewijk]]. Proyek utamanya, yaitu [[Jalan Raya Pos]], sebenarnya dibangunnya juga karena manfaat militernya, yaitu untuk mengusahakan tentara-tentaranya bergerak dengan cepat.


== Gaya pemerintahan ==
Terhadap raja-raja di Jawa, ia bertindak keras, tetapi kurang strategis sehingga mereka menyimpan dendam kepadanya. Di mata Daendels, semua raja pribumi harus mengakui raja Belanda sebagai junjungannya dan minta perlindungan kepadanya. Bertolak dari konsep ini, Daendels mengubah jabatan pejabat Belanda di kraton Solo dan kraton Yogya dari residen menjadi minister. Minister tidak lagi bertindak sebagai pejabat Belanda melainkan sebagai wakil raja Belanda dan juga wakilnya di kraton Jawa. Oleh karena itu Daendels membuat peraturan tentang perlakuan raja-raja Jawa kepada para Minister di kratonnya. Jika pada zaman VOC para residen Belanda diperlakukan sama seperti para penguasa daerah yang menghadap raja-raja Jawa, dengan duduk di lantai dan mempersembahkan sirih sebagai tanda hormat kepada raja Jawa, Minister tidak layak lagi diperlakukan seperti itu. Minister berhak duduk sejajar dengan raja, memakai payung seperti raja, tidak perlu membuka topi atau mempersembahkan sirih kepada raja, dan harus disambut oleh raja dengan berdiri dari tahtanya ketika Minister datang di kraton. Ketika bertemu di tengah jalan dengan raja, Minister tidak perlu turun dari kereta tetapi cukup membuka jendela kereta dan boleh berpapasan dengan kereta raja. Meskipun di [[Surakarta]] [[Sunan Paku Buwono IV]] menerima ketentuan ini, di [[Yogyakarta]] [[Sultan Hamengku Buwono II]] tidak mau menerimanya. Daendels harus menggunakan tekanan agar Sultan Yogya bersedia melaksanakan aturan itu.Tetapi dalam hati kedua raja itu tetap tidak terima terhadap perlakuan Daendels ini. Jadi ketika orang-orang [[Inggris]] datang, maka mereka bersama-sama dengan para raja "mengkhianati" orang Belanda.
Pemerintahan Daendels di Jawa sangat berbau militeristik. Hal ini dapat dilihat dari caranya berpakaian. Tidak seperti gubernur jenderal sebelumnya pada masa VOC yang menggenakan pakaian elite kerajaan, seragam yang ia pakai adalah seragam marsekal. Selain itu, pemerintahan yang ia dirikan memiliki penjenjangan terstruktur yang terpusat mirip dengan struktur komando pasukan Napoleon. Ia juga membagi Jawa menjadi sembilan daerah administrasi yang masing-masing terdiri dari distrik yang berada di bawah kekuasaan seorang bupati.<ref name=":0" />


[[Ong Hok Ham]] berpendapat mengenai gaya pemerintahan militeristik Daendels:
Berbeda dengan apa yang dipercaya orang selama ini, Daendels selama masa pemerintahannya memang memerintahkan pembangunan jalan di [[Jawa]] tetapi tidak dilakukan dari [[Anyer]] hingga [[Panarukan]]. Jalan antara [[Anyer]] dan [[Batavia]] sudah ada ketika Daendels tiba. Oleh karena itu menurut het [[Plakaatboek van Nederlandsch Indie]] jilid 14, Daendels mulai membangun jalan dari Buitenzorg menuju [[Cisarua]] dan seterusnya sampai ke Sumedang.Pembangunan dimulai bulan Mei 1808. Di Sumedang, proyek pembangunan jalan ini terbentur pada kondisi alam yang sulit karena terdiri atas batuan cadas, akibatnya para pekerja menolak melakukan proyek tersebut dan akhirnya pembangunan jalan macet. Akhirnya Pangeran Kornel turun tangan dan langsung menghadap Daendels untuk meminta pengertian atas penolakan para pekerja. Ketika mengetahui hal ini, Daendels memerintahkan komandan pasukan zeni Brigadir Jenderal von Lutzow untuk mengatasinya. Berkat tembakan artileri, bukit padas berhasil diratakan dan pembangunan diteruskan hingga Karangsambung. Sampai Karangsambung, proyek pembangunan itu dilakukan dengan kerja upah. Para bupati pribumi diperintahkan menyiapkan tenaga kerja dalam jumlah tertentu dan masing-masing setiap hari dibayar 10 sen per orang dan ditambah dengan beras serta jatah garam setiap minggu.
{{Quote|quotetext="Memuliakan militerisasi pemerintahan penjajahan dengan memberikan semua pejabat, baik yang keturunan Eropa maupun Jawa, sebuah pangkat militer. Mungkin ia berharap bahwa ini akan membuahkan disiplin yang lebih tinggi!"}}
Sejak saat itu dimulailah tradisi di antara para pejabat administratif penjajahan Belanda, yang pasca 1816 disebut sebagai Pangreh Praja (''Binnenlands Bestuur'') dan para priyayi pasca [[Perang Diponegoro|Perang Jawa]] mengenakan seragam bergaya militer sebagai tanda status pegawai negeri sipil. Sebuah praktik yang masih dilakukan hingga sekarang.<ref name=":0" />


== Reformasi administrasi pemerintahan dan peradilan ==
Setibanya di Karangsambung pada bulan Juni 1808, dana tiga puluh ribu [[gulden]] yang disediakan Daendels untuk membayar tenaga kerja ini habis dan di luar dugaannya, tidak ada lagi dana untuk membiayai proyek pembangunan jalan tersebut. Ketika Daendels berkunjung ke Semarang pada pertengahan Juli 1808, ia mengundang semua bupati di pantai utara Jawa. Dalam pertemuan itu Daendels menyampaikan bahwa proyek pembangunan jalan harus diteruskan karena kepentingan mensejahterakan rakyat (H.W. Daendels, Staat van Nederlandsch Indische Bezittingen onder bestuur van Gouverneur Generaal en Marschalk H.W. Daendels 1808-1811, 's Gravenhage, 1814). Para bupati diperintahkan menyediakan tenaga kerja dengan konsekuensi para pekerja ini dibebaskan dari kewajiban kerja bagi para bupati tetapi mencurahkan tenaganya untuk membangun jalan. Sementara itu para bupati harus menyediakan kebutuhan pangan bagi mereka. Semua proyek ini akan diawasi oleh para prefect yang merupakan kepala daerah pengganti residen VOC. Dari hasil kesepakatan itu, proyek pembangunan jalan diteruskan dari Karangsambung ke Cirebon. Pada bulan Agustus 1808 jalan telah sampai di Pekalongan. Sebenarnya jalan yang menghubungkan [[Pekalongan]] hingga [[Surabaya]] telah ada, karena pada tahun 1806 Gubernur Pantai Timur Laut Jawa [[Nicolaas Engelhard]] telah menggunakannya untuk membawa pasukan Madura dalam rangka menumpas pemberontakan [[Bagus Rangin]] di Cirebon (Indische Tijdschrift, 1850). Jadi Daendels hanya melebarkannya. Tetapi ia memang memerintahkan pembukaan jalan dari Surabaya sampai Panarukan sebagai pelabuhan ekspor paling ujung di [[Jawa Timur]] saat itu.
Salah satu tindakan yang diambil oleh Daendels adalah reformasi total administrasi. Daendels mengangkat semua bupati Jawa menjadi pejabat pemerintah Belanda dengan alasan agar terhindar dari beban pemerasan dan perlakuan menghina dari pejabat Eropa. Perubahan status ini menimbulkan konsekuensi yaitu kehilangan prestise dan kebebasan bertindak terhadap rakyat mereka.<ref name=":1">{{Cite book|last=H. M.|first=Bernard|date=2022|title=Nusantara, Sejarah Indonesia|location=Jakarta|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia|isbn=978-602-6208-06-4|pages=230-236|url-status=live}}</ref>


Daendels mengkritik sistem peradilan Batavia yang ia anggap tidak bisa menangani banyak kasus yang masuk dan penyalahgunaan kekuasaan peradilan yang makin lama makin tak tertahankan. Akibatnya ia melakukan perombakan terhadap sistem peradilan. Ia melakukan pemisahan pengadilan menjadi dua kelompok, pengadilan untuk orang Jawa dan pengadilan untuk orang Eropa, Cina, dan Arab. Untuk pengadilan pertama akan menggunakan peradilan menurut hukum dan adat istiadat Jawa. Sedangkan untuk kelompok kedua menurut peraturan perundang-undangan Hindia Belanda. Perubahan ini menimbulkan kekacauan yurisdiksi di antara pengadilan-pengadilan yang berbeda. Hukum dan adat istiadat penduduk asli mungkin masih bisa diterima atau ditolak oleh pengadilan.<ref name=":1" />
Kontroversi terjadi tentang pembangunan jalan ini. Pada masa Daendels banyak pejabat Belanda yang dalam hatinya tidak menyukai Perancis tetapi tetap setia kepada dinasti Oranje yang melarikan diri ke Inggris. Namun mereka tidak bisa berbuat banyak karena penentangan terhadap Daendels berarti pemecatan dan penahanan dirinya. Hal itu menerima beberapa orang pejabat seperti Prediger (Residen Manado), Nicolaas Engelhard (Gubernur Pantai Timur Laut Jawa) dan Nederburgh (bekas pimpinan Hooge Regeering). Mereka yang dipecat ini kemudian kembali ke Eropa dan melalui informasi yang dikirim dari para pejabat lain yang diam-diam menentang Daendels (seperti Peter Engelhard Minister Yogya, F. Waterloo Prefect Cirebon, F. Rothenbuhler, Gubernur Ujung Timur Jawa), mereka menulis keburukan Daendels. Di antara tulisan mereka terdapat proyek pembangunan jalan raya yang dilakukan dengan kerja rodi dan meminta banyak korban jiwa. Sebenarnya mereka sendiri tidak berada di Jawa ketika proyek pembangunan jalan ini dibuat. Ini terbukti dari penyebutan pembangunan jalan antara Anyer dan Panarukan, padahal Daendels membuatnya dimulai dari Buitenzorg. Sayang sekali arsip-arsip mereka lebih banyak ditemukan dan disimpan di arsip Belanda, sementara data-data yang dilaporkan oleh Daendels atau para pejabat yang setia kepadanya (seperti J.A. van Braam, Minister Surakarta) tidak ditemukan kecuali tersimpan di Perancis karena Daendels melaporkan semua pelaksanaan tugasnya kepada Napoleon setelah penghapusan Kerajaan Belanda pada tahun 1810. Sejarawan Indonesia yang banyak mengandalkan informasi dari arsip Belanda ikut berbuat kesalahan dengan menerima kenyataan pembangunan jalan antara Anyer-Panarukan melalui kerja rodi.


== Pemindahan pusat Kota Batavia ==
Kontroversi lain yang menyangkut pembangunan jalan ini adalah tidak pernah disebutkannya manfaat yang diperoleh dari jalan tersebut oleh para sejarawan dan lawan-lawan Daendels. Setelah proyek pembuatan jalan itu selesai, hasil produk kopi dari pedalaman [[Priangan]] semakin banyak yang diangkut ke pelabuhan [[Cirebon]] dan [[Indramayu]] padahal sebelumnya tidak terjadi dan produk itu membusuk di gudang-gudang kopi [[Sumedang]], [[Limbangan]], [[Cisarua]] dan [[Sukabumi]]. Begitu juga dengan adanya jalan ini, jarak antara Surabaya-Batavia yang sebelumnya ditempuh 40 hari bisa disingkat menjadi 7 hari. Ini sangat bermanfaat bagi pengiriman surat yang oleh Daendels kemudian dikelola dalam dinas [[pos]].
Daendels tahu bahwa [[Batavia]] tidak akan pernah bisa dipakai sebagai pusat utama pertahanan Pulau Jawa. Istana tuanya, dengan tembok-tembok yang rapuh dapat dihancurkan dari laut. Iklimnya bisa membunuh serdadu garnisun bahkan sebelum musuh menyentuh pantai. Instruksi kepada Daendels memberinya hak untuk memindahkan pusat kota ke daerah yang lebih sehat dan [[Daftar Gubernur-Jenderal Hindia Belanda|Gubernur Jenderal pendahulunya, Van Overstraten,]] telah membuat rencana untuk memindahkan kedudukan pemerintahan ke pedalaman Jawa Tengah, tempat kekuatan gabungan Belanda dan raja-raja Jawa dapat melawan kekuatan yang berjumlah lebih besar dalam jangka waktu yang lebih lama. Daendels berpikir untuk memindahkan kota ke [[Kota Surabaya|Surabaya]] namun ia urung melakukan rencana tersebut karena kesulitan memindahkan seluruh permukiman Batavia, gudang-gudangnya, dan kapal-kapal dengan barang dagangan yang berharga.<ref name=":1" />


Ia memutuskan untuk memindahkan perumahan tersebut ke pedalaman yang kala itu disebut dengan [[Weltevreden]], yang sebelumnya merupakan salah satu lahan milik [[Cornelis Chastelein|Chastelein]]. Bahan bangunan disediakan dengan menghancurkan sejumlah rumah dan [[Kastel Batavia|kastil kuno Coen]]. Di selatan Weltevreden, satu perkampungan berbenteng dibangun dengan tujuan sebagai pusat pertahanan utama jika [[Britania Raya|Britania]] menyerbu.<ref name=":1" />
Di sisi lain dikatakan bahwa Daendels mebuat [[birokrasi]] menjadi lebih efisien dan mengurangi [[korupsi]]. Tetapi ia sendiri dituduh korupsi dan memperkaya diri sendiri. Akhirnya ia dipanggil pulang oleh [[Perancis]] dan kekuasaan harus diserahkan kepada [[Jan Willem Janssens]], seperti diputuskan oleh [[Napoleon Bonaparte]].Pemanggilan pulang ini dipertimbangkan oleh Napoleon sendiri. Dalam rangka penyerbuan ke Rusia, Napoleon memerlukan seorang jenderal yang handal dan pilihannya jatuh kepada Daendels. Dalam korps tentara kebanggaan Perancis (Grande Armee), ada kesatuan Legiun Asing (Legion Estranger) yang terdiri atas kesatuan bantuan dari raja-raja sekutu Perancis. Di antaranya adalah pasukan dari Duke of Wurtemberg yang terdiri atas tiga divisi (kira-kira 30 ribu tentara). Tentara Wurtemberg ini sangat terkenal sebagai pasukan yang berani, pandai bertempur tetapi sulit dikontrol karena latar belakang mereka sebagai tentara bayaran pada masa sebelum penaklukan oleh Perancis. Napoleon mempercayakan kesatuan ini kepada Daendels dan dianugerahi pangkat Kolonel Jenderal.


== Membangun Jalan Raya Pos ==
Ketika tiba di [[Paris]] dari perjalanannya di Batavia, Daendels disambut sendiri oleh Napoleon di istana [[Tuiliries]] dengan permadani merah. Di sana ia diberi instruksi untuk memimpin kesatuan Wurtemberg dan terlibat dalam penyerbuan ke Rusia pada tanggal 22 Juni 1812.
{{Lihatpula|Jalan Raya Pos}}
Selain melakukan reformasi pemerintahan dengan gaya pemerintahan yang militeristik, Daendels juga menjadi pencetus pembangunan [[Jalan Raya Pos]] yang membentang dari barat hingga timur Pulau Jawa. Pembangunan jalan ini dilakukan dengan melihat kondisi Pulau Jawa pada saat itu yang sedang diblokade oleh Inggris di bawah pimpinan Laksamana Muda Sir Edward Pellew. Blokade yang dilakukan sepanjang pesisir utara Jawa ini mengakibatkan tidak satu pun kapal yang berlayar di pesisir utara Jawa bebas dari pengawasan armada kapal Inggris. Daendels tak kehabisan akal, ia menggunakan bubuk mesiu untuk membuka jalur yang melintasi Pegunungan Priangan melalui Puncak ([[Megamendung, Bogor|Megamendung]]), [[Kota Bandung|Bandung]], dan [[Kabupaten Cianjur|Cianjur]].<ref name=":0" />


== Kembali ke Eropa ==
== Kembali ke Eropa ==
Sekembali Daendels di [[Eropa]], Daendels kembali bertugas di tentara [[Perancis]]. Dia juga ikut tentara Napoleon berperang ke [[Rusia]]. Setelah Napoleon dikalahkan di [[Waterloo]] dan [[Belanda]] [[merdeka]] kembali, Daendels menawarkan dirinya kepada Raja [[Willem I dari Belanda|Willem I]], tetapi Raja Belanda ini tidak terlalu suka terhadap mantan Patriot dan tokoh revolusioner ini. Tetapi biar bagaimanapun juga, pada tahun [[1815]] ia ditawari pekerjaan menjadi Gubernur-Jenderal di [[Ghana]]. Ia meninggal dunia di sana akibat [[malaria]] pada tanggal [[8 Mei]]{{fact}} [[1818]].
Sekembali Daendels di [[Eropa]], Daendels kembali bertugas di tentara [[Prancis]]. Dia juga ikut tentara Napoleon berperang ke [[Rusia]]. Setelah Napoleon dikalahkan di [[Waterloo]] dan [[Belanda]] [[merdeka]] kembali, Daendels menawarkan dirinya kepada Raja [[Willem I dari Belanda|Willem I]], tetapi Raja Belanda ini tidak terlalu suka terhadap mantan patriot dan tokoh revolusioner ini. Akan tetapi, pada tahun [[1815]] ia diangkat menjadi Gubernur Jenderal di [[Pantai Emas Belanda]], [[Ghana]] dan meninggal di sana pada tanggal 2 Mei 1818<ref>{{Cite web|title=Herman Willem Daendels|url=https://www.britannica.com/biography/Herman-Willem-Daendels|website=Encyclopedia Britannica|language=en|access-date=18 Mei 2021}}</ref> Ia meninggal dunia akibat penyakit [[malaria]].<ref>{{Cite web|title=Herman Willem Daendels - Historical figures - Rijksstudio|url=https://www.rijksmuseum.nl/en/rijksstudio/historical-figures/herman-willem-daendels|website=Rijksmuseum|language=en|access-date=18 Mei 2021}}</ref>

== Referensi ==
<references />


== Lihat pula ==
== Lihat pula ==
Baris 57: Baris 64:
== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
* [http://www.britannica.com/eb/article-9028510/Herman-Willem-Daendels Encyclopaedia Britannica, Herman Willem Daendels]
* [http://www.britannica.com/eb/article-9028510/Herman-Willem-Daendels Encyclopaedia Britannica, Herman Willem Daendels]
* [https://www.rijksmuseum.nl/nl/ontdek-de-collectie/historische-personen/herman-willem-daendels Herman Willem Daendels - Rijksmuseum, Amsterdam]
* [https://www.rijksmuseum.nl/nl/ontdek-de-collectie/historische-personen/herman-willem-daendels Herman Willem Daendels - Rijksmuseum, Amsterdam] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20151117031259/https://www.rijksmuseum.nl/nl/ontdek-de-collectie/historische-personen/herman-willem-daendels |date=2015-11-17 }}

== Bacaan lanjutan ==


* {{Cite book|last=Tim Historia|date=2019|title=Daendels: Napoleon Kecil di Tanah Jawa|location=Jakarta|publisher=Kompas Media Nusantara|isbn=978-602-412-458-8|editor-last=Isnaeni|editor-first=H. F.|url-status=live}}
{{kotak mulai}}
{{kotak mulai}}
{{s-gov}}
{{s-gov}}

Revisi terkini sejak 19 November 2023 01.38

Herman Willem Dandles
Potret anumerta Herman Willem Daendels c. 1838
Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-36
Masa jabatan
5 Januari 1808 – 15 Mei 1811
Gubernur Jenderal Pantai Emas Belanda
Masa jabatan
9 Desember 1815 – 30 Januari 1818
Sebelum
Pendahulu
Abraham floress Veer
Pengganti
Frans Christiaan Eberhard Oldenburg
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir(1762-10-21)21 Oktober 1762
Hattem, Gelderland, Republik Belanda
Meninggal2 Mei 1818(1818-05-02) (umur 55)
Elmina, Pantai Emas Belanda
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Herman Willem Daendels (21 Oktober 1762 – 2 Mei 1818), adalah seorang politikus dan jenderal Belanda yang menjadi Gubernur-Jenderal Hindia Belanda yang ke-36. Ia memerintah antara tahun 18081811. Masa itu Belanda sedang dikuasai oleh Prancis.

Masa muda[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1780 dan 1787, ia ikut para kumpulan pemberontak di Belanda dan kemudian melarikan diri ke Prancis. Di sana ia menyaksikan dari dekat Revolusi Prancis dan lalu menggabungkan diri dengan pasukan Batavia yang republikan. Akhirnya, ia mencapai pangkat Jenderal dan pada tahun 1795, ia masuk Belanda dan masuk tentara Republik Batavia dengan pangkat Letnan-Jenderal. Sebagai kepala kaum Unitaris, ia ikut mengurusi disusunnya Undang-Undang Dasar Belanda yang pertama. Bahkan ia mengintervensi secara militer selama dua kali. Tetapi invasi orang Inggris dan Rusia di provinsi Noord-Holland berakibat buruk baginya. Ia dianggap kurang tanggap dan diserang oleh berbagai pihak. Akhirnya, ia kecewa dan mengundurkan diri dari tentara pada tahun 1800. Ia memutuskan pindah ke Heerde, Gelderland.

Karier[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1806, ia dipanggil oleh Raja Belanda, Raja Louis (Koning Lodewijk) untuk berbakti kembali di tentara Belanda. Ia ditugasi untuk mempertahankan provinsi Friesland dan Groningen dari serangan Prusia. Lalu setelah sukses, pada tanggal 28 Januari 1807 atas saran Kaisar Napoleon Bonaparte, ia dikirim ke Hindia Belanda sebagai Gubernur-Jenderal.

Pengangkatan sebagai Gubernur-Jenderal[sunting | sunting sumber]

Daendels tiba di Batavia pada 5 Januari 1808 menggantikan Gubernur-Jenderal Albertus Wiese. Daendels mengemban tugas yang diberikan oleh Raja Louis dari Hollandia untuk melakukan reformasi pemerintahan yang korup peninggalan VOC. Ia juga diberi pangkat militer tertinggi sebagai marsekal Hollandia —yang diberikan setahun sebelumnya— pada 28 Januari 1807 untuk mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris. Pangkat ini mulai berlaku ketika ia tiba di Jawa. Pengangkatan Daendels sebagai Marsekal Hollandia memunculkan rasa tidak senang dari Napoleon. Ia menganggap bahwa bangsa Belanda bukanllah bangsa yang bisa berperang dan tidak layak memiliki perwira dengan pangkat setinggi itu. Pada akhirnya ia menegur adiknya, Louis Bonaparte, yang pada saat itu menjadi Raja Hollandia.[1]

Gaya pemerintahan[sunting | sunting sumber]

Pemerintahan Daendels di Jawa sangat berbau militeristik. Hal ini dapat dilihat dari caranya berpakaian. Tidak seperti gubernur jenderal sebelumnya pada masa VOC yang menggenakan pakaian elite kerajaan, seragam yang ia pakai adalah seragam marsekal. Selain itu, pemerintahan yang ia dirikan memiliki penjenjangan terstruktur yang terpusat mirip dengan struktur komando pasukan Napoleon. Ia juga membagi Jawa menjadi sembilan daerah administrasi yang masing-masing terdiri dari distrik yang berada di bawah kekuasaan seorang bupati.[1]

Ong Hok Ham berpendapat mengenai gaya pemerintahan militeristik Daendels:

"Memuliakan militerisasi pemerintahan penjajahan dengan memberikan semua pejabat, baik yang keturunan Eropa maupun Jawa, sebuah pangkat militer. Mungkin ia berharap bahwa ini akan membuahkan disiplin yang lebih tinggi!"

Sejak saat itu dimulailah tradisi di antara para pejabat administratif penjajahan Belanda, yang pasca 1816 disebut sebagai Pangreh Praja (Binnenlands Bestuur) dan para priyayi pasca Perang Jawa mengenakan seragam bergaya militer sebagai tanda status pegawai negeri sipil. Sebuah praktik yang masih dilakukan hingga sekarang.[1]

Reformasi administrasi pemerintahan dan peradilan[sunting | sunting sumber]

Salah satu tindakan yang diambil oleh Daendels adalah reformasi total administrasi. Daendels mengangkat semua bupati Jawa menjadi pejabat pemerintah Belanda dengan alasan agar terhindar dari beban pemerasan dan perlakuan menghina dari pejabat Eropa. Perubahan status ini menimbulkan konsekuensi yaitu kehilangan prestise dan kebebasan bertindak terhadap rakyat mereka.[2]

Daendels mengkritik sistem peradilan Batavia yang ia anggap tidak bisa menangani banyak kasus yang masuk dan penyalahgunaan kekuasaan peradilan yang makin lama makin tak tertahankan. Akibatnya ia melakukan perombakan terhadap sistem peradilan. Ia melakukan pemisahan pengadilan menjadi dua kelompok, pengadilan untuk orang Jawa dan pengadilan untuk orang Eropa, Cina, dan Arab. Untuk pengadilan pertama akan menggunakan peradilan menurut hukum dan adat istiadat Jawa. Sedangkan untuk kelompok kedua menurut peraturan perundang-undangan Hindia Belanda. Perubahan ini menimbulkan kekacauan yurisdiksi di antara pengadilan-pengadilan yang berbeda. Hukum dan adat istiadat penduduk asli mungkin masih bisa diterima atau ditolak oleh pengadilan.[2]

Pemindahan pusat Kota Batavia[sunting | sunting sumber]

Daendels tahu bahwa Batavia tidak akan pernah bisa dipakai sebagai pusat utama pertahanan Pulau Jawa. Istana tuanya, dengan tembok-tembok yang rapuh dapat dihancurkan dari laut. Iklimnya bisa membunuh serdadu garnisun bahkan sebelum musuh menyentuh pantai. Instruksi kepada Daendels memberinya hak untuk memindahkan pusat kota ke daerah yang lebih sehat dan Gubernur Jenderal pendahulunya, Van Overstraten, telah membuat rencana untuk memindahkan kedudukan pemerintahan ke pedalaman Jawa Tengah, tempat kekuatan gabungan Belanda dan raja-raja Jawa dapat melawan kekuatan yang berjumlah lebih besar dalam jangka waktu yang lebih lama. Daendels berpikir untuk memindahkan kota ke Surabaya namun ia urung melakukan rencana tersebut karena kesulitan memindahkan seluruh permukiman Batavia, gudang-gudangnya, dan kapal-kapal dengan barang dagangan yang berharga.[2]

Ia memutuskan untuk memindahkan perumahan tersebut ke pedalaman yang kala itu disebut dengan Weltevreden, yang sebelumnya merupakan salah satu lahan milik Chastelein. Bahan bangunan disediakan dengan menghancurkan sejumlah rumah dan kastil kuno Coen. Di selatan Weltevreden, satu perkampungan berbenteng dibangun dengan tujuan sebagai pusat pertahanan utama jika Britania menyerbu.[2]

Membangun Jalan Raya Pos[sunting | sunting sumber]

Selain melakukan reformasi pemerintahan dengan gaya pemerintahan yang militeristik, Daendels juga menjadi pencetus pembangunan Jalan Raya Pos yang membentang dari barat hingga timur Pulau Jawa. Pembangunan jalan ini dilakukan dengan melihat kondisi Pulau Jawa pada saat itu yang sedang diblokade oleh Inggris di bawah pimpinan Laksamana Muda Sir Edward Pellew. Blokade yang dilakukan sepanjang pesisir utara Jawa ini mengakibatkan tidak satu pun kapal yang berlayar di pesisir utara Jawa bebas dari pengawasan armada kapal Inggris. Daendels tak kehabisan akal, ia menggunakan bubuk mesiu untuk membuka jalur yang melintasi Pegunungan Priangan melalui Puncak (Megamendung), Bandung, dan Cianjur.[1]

Kembali ke Eropa[sunting | sunting sumber]

Sekembali Daendels di Eropa, Daendels kembali bertugas di tentara Prancis. Dia juga ikut tentara Napoleon berperang ke Rusia. Setelah Napoleon dikalahkan di Waterloo dan Belanda merdeka kembali, Daendels menawarkan dirinya kepada Raja Willem I, tetapi Raja Belanda ini tidak terlalu suka terhadap mantan patriot dan tokoh revolusioner ini. Akan tetapi, pada tahun 1815 ia diangkat menjadi Gubernur Jenderal di Pantai Emas Belanda, Ghana dan meninggal di sana pada tanggal 2 Mei 1818[3] Ia meninggal dunia akibat penyakit malaria.[4]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d Carey, P. B. R.; A. Noor, Farish (2022). Ras, kuasa, dan kekerasan kolonial di Hindia Belanda, 1808-1830. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. hlm. 33–39. ISBN 978-602-481-656-8. OCLC 1348391104. 
  2. ^ a b c d H. M., Bernard (2022). Nusantara, Sejarah Indonesia. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. hlm. 230–236. ISBN 978-602-6208-06-4. 
  3. ^ "Herman Willem Daendels". Encyclopedia Britannica (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 18 Mei 2021. 
  4. ^ "Herman Willem Daendels - Historical figures - Rijksstudio". Rijksmuseum (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 18 Mei 2021. 

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

Bacaan lanjutan[sunting | sunting sumber]

  • Tim Historia (2019). Isnaeni, H. F., ed. Daendels: Napoleon Kecil di Tanah Jawa. Jakarta: Kompas Media Nusantara. ISBN 978-602-412-458-8. 
Jabatan pemerintahan
Didahului oleh:
Albertus Wiese
Gubernur-Jenderal Hindia Belanda
1808-1811
Diteruskan oleh:
Jan Willem Janssens