Ibrahim Adjie: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 30: Baris 30:
Pada saat DI/TII masih mengacau, pada tahun [[1960]] Ibrahim Adjie menjadi Panglima [[Kodam III/Siliwangi]] dan banyak Prestasi yang dihasilkannya, Ia menangkap Gembong DI/TII, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo pada [[1962]].
Pada saat DI/TII masih mengacau, pada tahun [[1960]] Ibrahim Adjie menjadi Panglima [[Kodam III/Siliwangi]] dan banyak Prestasi yang dihasilkannya, Ia menangkap Gembong DI/TII, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo pada [[1962]].


Namanya pernah Tercantum dalam [[Dewan Jenderal]] yang akan menjatuhkan Presiden [[Soekarno]], Namanya tercantum sebagai [[Kepala Staf Angkatan Darat|Menteri/Panglima Angkatan Darat]] menggantikan [[Letnan Jenderal]] [[Ahmad Yani]] yang menjadi Wakil Perdana Menteri/Menteri Luar Negeri menurut isu Dewan Jenderal tersebut.
Namanya tercantum sebagai [[Kepala Staf Angkatan Darat|Menteri/Panglima Angkatan Darat]] menggantikan [[Letnan Jenderal]] [[Ahmad Yani]] yang menjadi Wakil Perdana Menteri/Menteri Luar Negeri menurut isu Dewan Jenderal tersebut.


Pada tahun 1965 – 1966 tepatnya karena pergolakan politik yang disebabkan oleh [[Gerakan 30 September]]/[[PKI]] yang gagal. Maka, oleh Bung Karno ia diperintahkan untuk menjaga anak – anak Bung Karno dari ancaman [[teror]] saat pergolakan politik tersebut. Karena loyal kepada Soekarno, maka tahun 1966, Soeharto menggantinya dengan [[Mayor Jenderal]] [[H.R Dharsono]] atau Pak Ton.
Pada tahun 1965 – 1966 tepatnya karena pergolakan politik yang disebabkan oleh [[Gerakan 30 September]]/[[PKI]] yang gagal. Maka, oleh Bung Karno ia diperintahkan untuk menjaga anak – anak Bung Karno dari ancaman [[teror]] saat pergolakan politik tersebut. Karena loyal kepada Soekarno, maka tahun 1966, Soeharto menggantinya dengan [[Mayor Jenderal]] [[H.R Dharsono]] atau Pak Ton.

Revisi per 13 Juni 2018 13.43

Ibrahim Adjie
Panglima Kodam III/Siliwangi
Masa jabatan
1960 – 1966
Sebelum
Pendahulu
R.A Kosasih
Pengganti
H.R Dharsono
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir(1924-02-00)0 Februari 1924 invalid day
Bogor, Hindia Belanda
Meninggal25 Juli 1999(1999-07-25) (umur 75) invalid day
Singapura Singapura
KebangsaanIndonesia
ProfesiTentara
Karier militer
Pihak Indonesia
Dinas/cabang TNI Angkatan Darat
Pangkat Letnan Jenderal TNI
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Letnan Jenderal Ibrahim Adjie (0 Februari 1924 – 25 Juli 1999). adalah seorang sosok Perwira Tinggi Indonesia, Ia adalah pemimpin pasukan Siliwangi yang menangkap Gembong DI/TII, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo. Ia adalah Militer yang Soekarnois.

Pada Masa Revolusi Fisik, Ia menjadi anggota pasukan Siliwangi yang melakukan long march karena Perjanjian Renville yang mengecilkan wilayah Indonesia tahun 1948. Pasukan Siliwangi kembali ke Jawa Barat pada tahun 1949, namun tak seindah yang diharapkan pada masa itu terjadi Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil, Darul Islam/Tentara Islam Indonesia, dan lainnya. Pada saat DI/TII masih mengacau, pada tahun 1960 Ibrahim Adjie menjadi Panglima Kodam III/Siliwangi dan banyak Prestasi yang dihasilkannya, Ia menangkap Gembong DI/TII, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo pada 1962.

Namanya tercantum sebagai Menteri/Panglima Angkatan Darat menggantikan Letnan Jenderal Ahmad Yani yang menjadi Wakil Perdana Menteri/Menteri Luar Negeri menurut isu Dewan Jenderal tersebut.

Pada tahun 1965 – 1966 tepatnya karena pergolakan politik yang disebabkan oleh Gerakan 30 September/PKI yang gagal. Maka, oleh Bung Karno ia diperintahkan untuk menjaga anak – anak Bung Karno dari ancaman teror saat pergolakan politik tersebut. Karena loyal kepada Soekarno, maka tahun 1966, Soeharto menggantinya dengan Mayor Jenderal H.R Dharsono atau Pak Ton.

Saat Bung Karno lengser, maka, Soeharto menjinakannya dengan menjadikan Ia sebagai Duta Besar Indonesia untuk Inggris pada 19661970. Setelah melepaskan jabatan Duta Besar untuk Inggris Marsekal Madya Rusmin Nurjadin, bekas Menteri/Panglima Angkatan Udara, ia aktif di bidang industri. Ia mendirikan PT. KDA dan telah membuat beberapa jalan dan jalan paling terkenal diantaranya jalan Trans Barelang sepanjang 54 km yang di dalamnya terdapat enam jembatan antarpulau yang dikerjakan pihak Otoritas Batam sehingga ia sangat terkenal oleh Masyarakat Batam.

Ia wafat di Rumah Sakit Mount Elizabeth di Singapura pada 1999. Ia mengidap stroke hingga akhir hayatnya.