Ibrahim bin al-Asytar
Ibrahim bin al-Asytar | |
---|---|
Gubernur Mosul | |
Masa jabatan 687–691 | |
Informasi pribadi | |
Meninggal | Oktober 691 Dair al-Jatsaliq |
Hubungan | Abdurrahman bin Abdullah an-Nakha'i (saudara seibu) |
Anak | An-Nu'man Malik |
Orang tua | Malik al-Asytar |
Karier militer | |
Pihak | Kekhalifahan Rasyidin (656–661) Al-Mukhtar ats-Tsaqafi (685–687) Abdullah bin az-Zubair (687–kematian) |
Pertempuran/perang |
|
Sunting kotak info • L • B |
Ibrahim bin Malik al-Asytar bin al-Harits an-Nakha'i (Arab: إبراهيم بن مالك الأشتر بن الحارث النخعي , wafat Oktober 691) adalah seorang panglima semasa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib (656–661), dan pada masa Perang Saudara Islam II di bawah faksi Al-Mukhtar ats-Tsaqafi yang mendirikan negara tandingan pro-keturunan Ali. Ia memimpin pasukan Al-Mukhtar melawan pasukan Umayyah dalam kemenangan penting di Pertempuran Khazir (686). Ia sendiri membunuh panglima Umayyah Ubaidullah bin Ziyad. Setelah Al-Mukhtar terbunuh pada 687, ia berpindah ke kubu kekhalifahan Abdullah bin az-Zubair.
Keluarga dan kehidupan awal[sunting | sunting sumber]
Ibrahim adalah putra Malik al-Asytar bin al-Harits an-Nakha'i, seorang panglima tentara Rasyidin dan pendukung Khalifah Ali bin Abi Thalib (berkuasa 656–661).[1] Keluarga mereka berasal dari kabilah Bani Nakha', dan karenanya gelar mereka adalah an-Nakha'i.[2] Bani Nakha' adalah cabang dari kabilah Bani Madzhij yang lebih besar.[2] Ibrahim memiliki saudara laki-laki dari ibu yang sama tetapi ayah yang berbeda yang bernama Abdurrahman bin Abdullah an-Nakha'i, yang juga seorang pejuang.[2] Seperti ayahnya, Ibrahim juga dikatakan telah berperang bersama Ali melawan Bani Umayyah di Pertempuran Shiffin pada 657.[1]
Karier[sunting | sunting sumber]
Ibnu al-Asytar semakin terkenal setelah ia bergabung dengan pemimpin faksi pro-keturunan Ali yang anti-Umayyah Al-Mukhtar ats-Tsaqafi.[1] Setelah Al-Mukhtar menguasai Kufah pada 685/86, ia segera dihadapkan dengan menyerang pasukan Umayyah dari Suriah di bawah pimpinan Ubaidullah bin Ziyad. Al-Mukhtar mengangkat Ibnu al-Asytar sebagai panglima pasukan yang sebagian besar terdiri dari mawali Persia dari Kufah untuk mencegah kemajuan pasukan Umayyah ke Irak.[1] Ibnu al-Asytar bergerak ke utara dengan pasukannya dan melawan Bani Umayyah di Pertempuran Khazir di timur Mosul.[1] Pertempuran tersebut menyebabkan kekalahan besar pada pasukan Umayyah. Ia bahkan yang membunuh Ubaidullah, sementara panglima Umayyah lainnya, seperti Al-Hushain bin Numair As-Sakuni, juga terbunuh.[1] Ia kemudian mengirim kepala mereka kepada Al-Mukhtar, yang selanjutnya mengirim mereka kepada khalifah anti-Umayyah di Madinah dan Irak, Abdullah bin az-Zubair.[1]
Setelah kekalahan pasukan Umayyah di Khazir, Al-Mukhtar mengangkat Ibnu al-Asytar sebagai gubernur Mosul yang masuk di wilayah kekuasaannya pada 687.[1] Pada tahun yang sama, Al-Mukhtar bersama pendukungnya dikepung di Kufah oleh Mush'ab bin az-Zubair adik dari Ibnu az-Zubair, dan Al-Mukhtar selanjutnya terbunuh selama pengepungan.[1] Setelah itu, Ibnu al-Asytar berpindah kubu ke kekhalifahan Ibnu az-Zubair, meskipun khalifah Umayyah Abdul Malik bin Marwan telah berusaha untuk mengajaknya bergabung ke kubu Umayyah.[1] Dalam Pertempuran Maskin bulan Oktober 691, Ibnu al-Asytar terbunuh dalam pertempuran bersama Mush'ab yang menjadi kesuksesan Bani Umayyah mengalahkan pendukung Ibnu az-Zubair dan berhasil menaklukkan Irak.[1] Setelah pertempuran selesai, tubuh Ibnu al-Asytar diambil dan dibakar oleh pasukan Umayyah.[1] Putranya, An-Nu'man menjabat sebagai panglima kontingen kabilah Bani Madzhij dan Bani Asad dari pasukan Kufah selama pemberontakan yang dipimpin oleh Yazid bin Al-Muhallab melawan Bani Umayyah pada tahun 720.[3] Putra lainnya, Malik bin Ibrahim adalah seorang perawi hadis yang dinyatakan dapat diterima (مقبول).[4]
Penilaian[sunting | sunting sumber]
Sejarawan Hugh N. Kennedy menggambarkan Ibnu al-Asytar sebagai "panglima dari Kufah yang paling berbakat selama periode Marwaniyah" (684–750).[5]
Referensi[sunting | sunting sumber]
- ^ a b c d e f g h i j k l The Encyclopaedia of Islam, 1971 hlm. 987.
- ^ a b c Al-Tabari, ed. Hawting, hlm. 197.
- ^ Powers 1989, hlm. 129–130
- ^ "Malik bin Ibrahim bin al-Asytar bin Malik bin al-Harits - Musawa'ah al-Hadith". hadith.islam-db.com (dalam bahasa Arab). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-10. Diakses tanggal 2022-09-10.
- ^ Kennedy 2001, hlm. 23.
Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]
- Hawting, G.R., ed. (1989). The History of al-Ṭabarī, Volume XX: The Collapse of Sufyānid Authority and the Coming of the Marwānids: The Caliphates of Muʿāwiyah II and Marwān I and the Beginning of the Caliphate of ʿAbd al-Malik, A.D. 683–685/A.H. 64–66. Seri SUNY dalam Studi Timur Dekat. Albany, New York: State University of New York Press. ISBN 978-0-88706-855-3.
- Kennedy, Hugh (2001). The Armies of the Caliphs: Military and Society in the Early Islamic State. Routledge. ISBN 0-415-25092-7.
- Lewis, B.; Ménage, V. L.; Pellat, Ch.; Schacht, J., ed. (1971). "Ibrāhīm b. al-Ashtar". Encyclopaedia of Islam. Volume III: H–Iram (edisi ke-2). Leiden: E. J. Brill. hlm. 987. OCLC 495469525.
- Powers, Stephan, ed. (1989). The History of al-Ṭabarī, Volume XXIV: The Empire in Transition: The Caliphates of Sulaymān, ʿUmar, and Yazīd, A.D. 715–724/A.H. 96–105. Seri SUNY dalam Studi Timur Dekat. Albany, New York: State University of New York Press. ISBN 978-0-7914-0072-2.