John Wesley

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

John Wesley
Lahir28 Juni [K.J.: 17 Juni] 1703
Epworth, Lincolnshire, Inggris
Meninggal2 Maret 1791(1791-03-02) (umur 87)
London, Inggris, Britania Raya
KebangsaanBritania (Inggris sampai 1707)
PendidikanChrist Church, Oxford
Pekerjaan
  • Klerikus
  • Teolog
  • Penulis
Suami/istriMary Vazeille
GerejaGereja Inggris
Ditahbiskan1725
Jabatan
Tanda tangan

John Wesley (/ˈɒn ˈwɛsli/ atau /ˈɒn ˈwɛzli/;[1] 28 Juni 1703 – 2 Maret 1791) adalah seorang teolog dan klerikus (pendeta) Anglikan dari Inggris yang mengawali Metodisme bersama dengan Charles saudaranya dan George Whitefield sesamanya klerikus.

Wesley menempuh pendidikan di Charterhouse School dan Christ Church, Oxford, kemudian pada 1726 terpilih sebagai salah seorang fellow di Lincoln College, Oxford, serta ditahbiskan sebagai seorang imam dua tahun kemudian. Ia memimpin "Holy Club", suatu organisasi yang dibentuk untuk tujuan studi dan pencarian akan suatu kehidupan Kristen yang saleh. Organisasi tersebut didirikan oleh Charles saudaranya, dan George Whitefield termasuk di antara para anggotanya. Setelah suatu kegagalan dalam dua tahun karya pelayanannya di Savannah, Koloni Georgia, Wesley kembali ke London dan bergabung dengan suatu komunitas religius yang dipimpin oleh kalangan Kristen Moravia. Pada 24 Mei 1738, ia mengalami apa yang kelak disebut sebagai konversi injilinya, ketika ia merasa "hati[nya] hangat dengan anehnya". Ia kemudian melepaskan diri dari kalangan Moravia untuk memulai karya pelayanannya sendiri.

Satu langkah penting dalam pengembangan karya pelayanan Wesley adalah melakukan perjalanan keliling dan berkhotbah di tempat terbuka, sama seperti yang dilakukan Whitefield. Berbeda dengan Whitefield yang berhaluan Calvinisme, Wesley merangkul doktrin-doktrin Arminian yang mendominasi Gereja Inggris kala itu. Wesley menempuh perjalanan menyusuri Britania Raya dan Irlandia, membantu pembentukan dan pengorganisasian kelompok-kelompok Kristen kecil yang mengembangkan akuntabilitas personal dan intensif, pemuridan, juga pengajaran religi. Langkahnya yang dianggap paling penting adalah penunjukan para penginjil keliling yang tidak ditahbiskan untuk melakukan perjalanan keliling dan berkhotbah sebagaimana yang ia lakukan serta untuk membantu perkembangan kelompok-kelompok tersebut. Di bawah arahan Wesley, kaum Metodis menjadi para pemuka dalam banyak isu sosial masa itu, seperti reformasi penjara dan penghapusan perbudakan.

Kendati bukan seorang teolog sistematik, Wesley memperjuangkan gagasan kesempurnaan Kristen serta menentang paham Calvinisme—dan utamanya ia menentang doktrin predestinasi Calvinis. Ia berpendapat bahwa dalam kehidupan ini umat Kristen dapat mencapai suatu keadaan sempurna, ketika kasih Allah "meraja di dalam hati mereka", memberi mereka kekudusan yang tampak dari luar. Paham injilinya, yang didasarkan secara kukuh pada teologi sakramental, mempertahankan ajaran bahwa sarana rahmat atau kasih karunia adalah cara yang digunakan Allah untuk menguduskan dan mentransformasi umat, menggerakkan orang untuk mengalami Yesus Kristus secara pribadi.

Sepanjang hidupnya Wesley tetap berada dalam Gereja Inggris, satu-satunya gereja resmi di Inggris ketika itu, menegaskan bahwa gerakan Metodis berpadu dengan baik di dalam tradisinya.[2] Dalam karya pelayanan awalnya, Wesley dilarang berkhotbah di banyak paroki dalam Gereja Inggris dan kaum Metodis mengalami penganiayaan; kelak ia menjadi figur yang sangat dihormati, dan pada akhir hidupnya ia telah dideskripsikan sebagai "orang yang paling dicintai di Inggris".[3] Pada 2002, ia ditempatkan pada nomor 50 dalam 100 Greatest Britons, berdasarkan suatu jajak pendapat yang dilangsungkan BBC.[4]

Kehidupan awal

John Wesley lahir pada tahun 1703 di Epworth, 23 mil (37 km) sebelah barat laut Lincoln, sebagai anak ke-15 dari pasangan Samuel Wesley dan Susanna Wesley (née Annesley).[5][6] Samuel Wesley adalah seorang lulusan University of Oxford dan penyair yang sejak tahun 1696 menjadi rektor (pastor kepala paroki) Epworth. Pada 1689, ia menikahi Susanna, anak ke-25 dari Samuel Annesley, seorang pastor pembangkang dari Gereja Inggris. Ia kemudian melahirkan 19 anak, 9 di antaranya meninggal ketika masih kanak-kanak. Sebagai orang-orang dewasa muda, ia dan Samuel Wesley telah menjadi anggota Gereja Inggris.[butuh rujukan]

Sebagaimana halnya banyak keluarga kala itu, orang tua Wesley memberi anak-anak mereka pendidikan awal. Setiap anak, termasuk anak-anak perempuan, diajari membaca begitu mereka dapat berjalan dan berbicara. Mereka diharapkan memperoleh kecakapan dalam bahasa Latin dan Yunani serta mempelajari bagian-bagian utama Perjanjian Baru dengan hati. Susanna Wesley menguji setiap anak sebelum waktu makan siang dan sebelum doa malam. Semua anak tidak diperbolehkan makan di sela-sela waktu makan dan secara khusus diinterviu oleh ibu mereka pada suatu malam setiap minggunya demi pengajaran rohani secara intensif. Pada 1714, saat usianya 11 tahun, Wesley dimasukkan ke Charterhouse School di London (di bawah kepemimpinan John King sejak 1715), tempat ia untuk sementara waktu menjalani kehidupan religius yang metodis dan sungguh-sungguh, yang telah biasa ia jalani di rumah.[butuh rujukan]

Penyelamatan John Wesley muda dari pastoran yang terbakar. Mezzotint karya Samuel William Reynolds.

Terlepas dari didikan disiplin yang diterimanya, kobaran api yang membakar pastoran yang ditinggalinya ketika Wesley berusia 5 tahun, yang terjadi pada 9 Februari 1709, meninggalkan suatu impresi yang tak terhapuskan. Sekitar pukul 11 malam, atap pastoran tersebut terbakar. Percikan api berjatuhan di semua ranjang anak-anak dan teriakan-teriakan "api" dari jalan membangunkan keluarga Wesley yang berhasil memandu semua anak mereka keluar rumah, kecuali John yang tertinggal di lantai atas.[7] Dengan tangga yang menyala terbakar dan atap yang hampir roboh, Wesley diangkat keluar dari suatu jendela oleh seorang umat paroki yang berdiri di atas bahu orang lainnya. Wesley kelak memanfaatkan frasa "puntung yang telah ditarik dari api", dengan mengutip Zakharia 3:2, untuk menggambarkan kejadian tersebut.[7] Kejadian pembebasan masa kecil tersebut kemudian menjadi bagian dari legenda Wesley, disebut sebagai penegasan takdir khusus dan karya luar biasanya.

Pendidikan

Christ Church, katedral Keuskupan Oxford, kapel kolese dan tempat penahbisan Wesley.

Pada Juni 1720, Wesley memasuki Christ Church, Oxford. Pada 1724, ia lulus sebagai seorang Bachelor of Arts dan memutuskan untuk mengejar gelar Master of Arts. Ia ditahbiskan sebagai seorang diaken (diakon) pada 25 September 1725; jenjang tahbisan yang dimasukinya menjadi satu langkah penting baginya untuk menjadi seorang fellow dan tutor di universitas itu.

Pada tahun penahbisannya, ia membaca Thomas à Kempis dan Jeremy Taylor, serta mulai mencari kebenaran-kebenaran religi yang mendasari kebangunan besar abad ke-18. Setelah membaca Christian Perfection dan A Serious Call to a Devout and Holy Life karya William Law, menurutnya, ia menjadi memiliki suatu pandangan yang lebih agung akan hukum Allah; dan ia memutuskan untuk menyimpannya dalam hati maupun melaksanakannya melalui perbuatan, dengan cara yang sesakral mungkin, karena keyakinannya bahwa ia akan menemukan keselamatan di dalam ketaatan.[8] Ia mengejar suatu kehidupan yang ugahari dan metodis secara keras, mempelajari Kitab Suci, menjalankan tugas-tugas keagamaannya dengan tekun, serta melakukan penyangkalan diri sehingga ia merasa wajib menyisihkan sedekah untuk disumbangkan. Ia dikatakan mulai mencari kekudusan hati dan hidup.[8]

Pada Maret 1726, Wesley terpilih dengan suara bulat sebagai salah seorang fellow Lincoln College, Oxford. Posisi ini memberinya hak atas satu ruangan di kolese tersebut dan gaji rutin. Sembari melanjutkan studinya, ia mengajar bahasa Yunani, memberi kuliah tentang Perjanjian Baru, dan memoderatori acara debat harian di universitas tersebut. Namun, suatu panggilan untuk melakukan karya pelayanan mengganggu karier akademisnya. Pada Agustus 1727, setelah memperoleh gelar magisternya, Wesley kembali ke Epworth. Sang ayah meminta bantuan Wesley dalam melakukan karya pastoralnya di Wroot. Ditahbiskan sebagai imam pada 22 September 1728, Wesley bertugas sebagai pastor rekan selama dua tahun. Ia kembali ke Oxford pada November 1729 atas permintaan rektor Lincoln College dan untuk mempertahankan statusnya sebagai fellow junior.

Holy Club

Selama absennya Wesley, Charles (1707–88), adik laki-lakinya, mendaftarkan diri sebagai mahasiswa di Christ Church. Bersama dua rekannya sesama mahasiswa, ia membentuk suatu perkumpulan kecil untuk tujuan belajar dan mengejar suatu kehidupan Kristen yang taat. Sekembalinya Wesley, ia menjadi pemimpin kelompok tersebut yang relatif bertambah jumlahnya dan sangat berkomitmen. Kelompok tersebut bertemu setiap hari dari pukul enam sampai sembilan untuk berdoa, bermazmur, dan membaca Perjanjian Baru berbahasa Yunani. Mereka berdoa setiap bangun tidur selama beberapa menit dan setiap hari agar memperoleh suatu keutamaan atau kebajikan khusus. Meski Gereja Inggris ketika itu menetapkan syarat kehadiran di gereja hanya tiga kali dalam setahun, mereka menerima Sakramen Perjamuan (Ekaristi) setiap Minggu. Mereka berpuasa setiap Rabu dan Jumat sampai jam tiga, sebagaimana lazimnya praktik dalam gereja purba. Pada 1730, kelompok tersebut memulai praktik mengunjungi para tahanan di penjara. Mereka dikabarkan berkhotbah, mendidik, sedapat mungkin meringankan beban orang-orang yang berutang, dan merawat orang-orang sakit.[butuh rujukan]

Mengingat rendahnya tingkat kerohanian di Oxford pada waktu itu, kelompok Wesley memicu suatu reaksi negatif. Mereka dianggap sebagai para penggemar atau pecandu agama, yang dalam konteks zaman itu berarti fanatik agama. Pihak universitas menjuluki mereka "Holy Club", suatu cemoohan. Gelombang penentangan berubah menjadi suatu kekisruhan publik menyusul terjadinya gangguan mental dan meninggalnya seorang anggota kelompok, William Morgan.[9] Menanggapi tuduhan bahwa "puasa yang keras" telah mempercepat meninggalnya Morgan, Wesley mencatat bahwa Morgan telah berhenti berpuasa satu setengah tahun sebelumnya. Dalam surat yang sama yang beredar secara luas, Wesley menyebut nama "Methodist" ("Metodis") yang dengannya "beberapa sesama kita dengan senang hati menyelamati kita".[10] Nama tersebut digunakan oleh seorang penulis anonim dalam sebuah pamflet (1733) yang dipublikasikan, yang mendeskripsikan Wesley dan kelompoknya sebagai "Kaum Metodis Oxford".[11]

Atas segala kesalehannya yang tampak dari luar, Wesley dikatakan berupaya untuk menumbuhkan kekudusan batinnya, atau setidaknya kesungguhannya, sebagai bukti dirinya seorang Kristen sejati. Suatu daftar "Pertanyaan-Pertanyaan Umum" yang ia kembangkan pada 1730 berevolusi menjadi suatu kerangka terperinci yang di dalamnya ia mencatat aktivitas-aktivitas kesehariannya jam demi jam, resolusi-resolusi yang telah ia langgar ataupun berhasil dilakukan, dan memberi peringkat pada "semangat devosi" yang dilakukannya per jam dari skala 1 sampai 9. Wesley juga memandang penghinaan yang dialamatkan kepadanya dan kelompoknya sebagai satu tanda dari seorang Kristen sejati. Sebagaimana ia tuliskan dalam surat kepada ayahnya, "Hingga ia demikian dihinakan, tidak ada orang yang berada dalam suatu keadaan keselamatan."[12]

Perjalanan ke Savannah, Georgia

Pada 14 Oktober 1735, Wesley dan Charles saudaranya berlayar menggunakan kapal The Simmonds dari Gravesend, Kent, menuju Savannah di Provinsi Georgia yang merupakan koloni Amerika, seturut permintaan James Oglethorpe yang mendirikan koloni tersebut pada 1733 atas nama Georgia Trustees. Oglethorpe menghendaki agar Wesley menjadi pastor dari paroki Savannah yang baru terbentuk, suatu kota baru yang dirancang berdasarkan apa yang kemudian dikenal sebagai Oglethorpe Plan.[13]

Patung John Wesley di Savannah, Georgia, Amerika Serikat.

Adalah dalam perjalanan ke koloni tersebut Wesley bersaudara menjalin kontak untuk pertama kalinya dengan para kolonis Moravia. Wesley terpengaruh oleh kerohanian dan iman mereka yang dalam, yang berakar pada pietisme. Pada suatu waktu dalam pelayarannya, datang badai yang mematahkan tiang kapal. Sementara orang-orang Inggris mengalami kepanikan, orang-orang Moravia dengan tenang menyanyikan himne-himne dan berdoa. Pengalaman tersebut menyebabkan Wesley yakin bahwa orang-orang Moravia memiliki suatu kekuatan batin yang tidak ia miliki.[13] Keyakinan personal yang mendalam yang dipraktikkan para pietis Moravia sangat memengaruhi teologi Metodisme Wesley.[14]

Ukiran yang melukiskan Wesley sedang berkhotbah kepada suatu suku asli Amerika.

Wesley tiba di koloni tersebut pada Februari 1736. Ia melakukan pendekatan dalam misi Georgia yang dilakukannya sebagai seorang rohaniwan Gereja Tinggi (High Church), melihatnya sebagai satu kesempatan untuk menghidupkan kembali "Kekristenan primitif" dalam suatu lingkungan primitif. Meski tujuan utamanya adalah menginjili penduduk asli Amerika, kurangnya rohaniwan di koloni tersebut membatasi karya pelayanannya kepada para kolonis Eropa di Savannah. Kendati karya pelayanannya kerap dianggap gagal bila dibandingkan dengan keberhasilannya kelak sebagai seorang pemuka dalam Kebangunan Injili, Wesley membuat dirinya dikelilingi sekelompok orang Kristen setia yang bertemu dalam sejumlah kelompok religius kecil. Pada saat bersamaan, jumlah kehadiran dalam ibadah gereja dan Perjamuan Ekaristi dikatakan mengalami peningkatan selama hampir dua tahun pelayanannya sebagai imam paroki Savannah.[butuh rujukan]

Bagaimanapun, karya pelayanan Gereja Tinggi Wesley dipandang kontroversial di kalangan kolonis, dan berakhir dengan kekecewaan setelah Wesley jatuh cinta pada seorang wanita muda bernama Sophia Hopkey. Setelah Sophia menikah dengan William Williamson, Wesley meyakini bahwa semangat Sophia sebelumnya untuk mempraktikkan iman Kristen mengalami kemunduran. Dengan menerapkan rubrik-rubrik dalam Book of Common Prayer (Buku Doa Umum) secara ketat, Wesley menolak untuk memberinya Komuni (Sakramen Perjamuan) setelah Sophia gagal menunjukkan terlebih dahulu kepada Wesley intensinya untuk menyambut Komuni. Akibatnya, dilaksanakan proses hukum terhadap Wesley yang menghasilkan suatu putusan jelas yang tampak meragukan. Pada Desember 1737, Wesley melarikan diri dari koloni tersebut dan kembali ke Inggris.[15]

Terdapat pengakuan secara luas bahwa salah satu pencapaian Wesley yang paling signifikan dalam misi Georgia adalah publikasi Collection of Psalms and Hymns karyanya. Karyanya itu merupakan himnal Anglikan pertama yang diterbitkan di Amerika, dan yang pertama di antara banyak buku himne yang dihasilkan Wesley. Di dalamnya terdapat lima himne yang ia terjemahkan dari bahasa Jerman.[16]

"Pengalaman Aldersgate" Wesley

Memorial-memorial Aldersgate
Plakat yang ditempatkan pada Agustus 1926 oleh Drew Theological Seminary dari Methodist Episcopal Church.
Monumen peringatan akan peristiwa Aldersgate, menampilkan teks dari jurnal Wesley yang menjelaskan pengalamannya.

Wesley kembali ke Inggris dengan rasa tertekan dan terpukul. Adalah pada momen ini ia berpaling ke kaum Moravia. Baik dirinya maupun Wesley mendapat nasihat dari Peter Boehler, seorang misionaris muda Moravia, yang berada di Inggris untuk sementara waktu sembari menunggu izin untuk berangkat ke Georgia. "Pengalaman Aldersgate" yang dialami Wesley pada 24 Mei 1738, pada suatu pertemuan Moravia di Aldersgate Street, London, ketika ia mendengar pembacaan dari pengantar yang ditulis Martin Luther atas Surat Paulus kepada Jemaat di Roma, dikatakan merevolusi karakter dan metode pelayanannya.[17] Pada minggu terdahulu, ia sangat terkesan dengan khotbah John Heylyn, yang ia bantu dalam karya pelayanannya di St Mary le Strand. Sebelumnya, pada hari itu, ia mendengar paduan suara di St Paul's Cathedral menyanyikan Mazmur 130, melantunkan seruan sang pemazmur kepada Allah "dari jurang yang dalam".[18]

Namun, Wesley masih merasa tertekan ketika menghadiri suatu ibadah pada 24 Mei sore. Wesley menceritakan pengalaman Aldersgate dalam catatan hariannya: "Di sore hari saya pergi dengan sangat enggan ke suatu perhimpunan di Aldersgate Street, tempat seseorang membacakan Pengantar Luther untuk Surat kepada Jemaat di Roma. Kira-kira pukul sembilan kurang lima belas, saat ia sedang menjelaskan perubahan yang Allah kerjakan dalam hati melalui iman kepada Kristus, saya merasa hati saya hangat dengan anehnya. Saya rasa saya sungguh percaya kepada Kristus, Kristus saja untuk keselamatan, dan suatu jaminan diberikan kepada saya bahwa Ia telah menghapuskan dosa-dosa saya pula, serta menyelamatkan saya dari hukum dosa dan kematian."[19][20][21]

Beberapa minggu kemudian, Wesley menyampaikan suatu khotbah tentang doktrin keselamatan personal melalui iman,[22] yang diikuti dengan doktrin lainnya, tentang rahmat atau kasih karunia Allah yang "cuma-cuma dalam semua, dan cuma-cuma untuk semua."[23] Daniel L. Burnett menulis: "Signifikansi Pengalaman Aldersgate Wesley bersifat monumental, merupakan titik penting dalam hidupnya dan gerakan Metodis. Tanpa itu nama Wesley dan Metodisme mungkin tidak lebih dari sekadar catatan-catatan kaki yang tidak jelas dalam halaman-halaman sejarah gereja."[24]

Burnett menyebut peristiwa tersebut "Konversi Injili" Wesley.[25] Peristiwa tersebut diperingati dalam gereja-gereja Metodis sebagai Hari Aldersgate.[26]

Setelah Aldersgate: berkarya dengan kaum Moravia

Ketika dilarang berkhotbah dari mimbar gereja paroki dalam Gereja Inggris, Wesley mulai berkhotbah di tempat terbuka.

Wesley menggabungkan diri dengan perhimpunan Moravia di Fetter Lane. Pada 1738, ia pergi ke Herrnhut, kantor pusat Moravia di Jerman, untuk belajar.[27] Sekembalinya ke Inggris, Wesley menyusun peraturan-peraturan bagi kelompok-kelompok yang ke dalamnya Fetter Lane Society terbagi-bagi, dan memublikasikan sekumpulan himne bagi mereka.[28] Ia bertemu secara rutin dengan perhimpunan tersebut dan perhimpunan-perhimpunan religius lainnya di London, tetapi tidak banyak berkhotbah pada 1738, karena kebanyakan gereja paroki dalam Gereja Inggris tidak menerimanya.[29]

Teman Wesley dari Oxford, George Whitefield, juga dikecualikan dari gereja-gereja di Bristol sekembalinya ia dari Amerika. Pada Februari 1739, Whitefield pergi Desa Kingswood di dekat sana, berkhotbah di tempat terbuka kepada sekumpulan penambang.[30] Ia kemudian berkhotbah di Whitefield's Tabernacle. Wesley ragu untuk menerima ajakan Whitefield untuk meniru langkah beraninya. Mengatasi keresahan hatinya, ia berkhotbah untuk pertama kali atas undangan Whitefield berkhotbah di tempat terbuka, di dekat Bristol, pada April 1739. Wesley menulis:

Saya nyaris tidak dapat mendamaikan diri saya dengan cara khotbah yang aneh ini di lapangan-lapangan, ketika [Whitefield] memberi saya satu contoh pada hari Minggu; setelah sepanjang hidup saya hingga akhir-akhir ini sedemikian gigih akan setiap hal yang terkait dengan kepatutan dan keteraturan, bahwa saya telah berpikir kalau penyelamatan jiwa-jiwa hampir-hampir suatu dosa jika hal itu tidak dilakukan di suatu gereja.[31]

Wesley tidak menyukai gagasan berkhotbah di lapangan karena ia meyakini bahwa liturgi Anglikan telah menawarkan banyak hal dalam praktiknya. Sebelumnya ia berpikir bahwa metode semacam itu "hampir-hampir suatu dosa".[32] Ia menyadari bahwa ibadah di tempat terbuka berhasil menjangkau kaum pria dan wanita yang tidak memasuki kebanyakan gereja. Sejak saat itu, ia mengambil berbagai kesempatan untuk berkhotbah di mana saja dapat dihimpun sekumpulan umat, dan lebih dari sekali ia memanfaatkan batu nisan ayahnya di Epworth sebagai mimbar.[33][34] Wesley melanjutkan selama lima puluh tahun—memasuki gereja bilamana ia diundang, dan siap sedia di lapangan, di aula, pondok, dan kapel, bilamana gereja tidak menerimanya.[34]

Pada akhir 1739, Wesley memisahkan diri dari kaum Moravia di London. Wesley telah membantu mereka mengorganisasi Fetter Lane Society, dan mereka yang berhasil dikonversi melalui khotbahnya, khotbah saudaranya maupun Whitefield, telah menjadi para anggota dari kelompok-kelompok mereka. Tetapi ia meyakini kalau mereka jatuh ke dalam bidah karena mendukung quietisme, maka ia memutuskan untuk membentuk sendiri para pengikutnya ke dalam suatu perhimpunan terpisah.[35] Demikian," tulisnya, "tanpa satu rencana pun sebelumnya, memulai Perhimpunan Metodis di Inggris."[36] Tidak lama kemudian ia membentuk perhimpunan-perhimpunan serupa di Bristol dan Kingswood, sementara Wesley dan teman-temannya dikabarkan membuat sejumlah orang berkonversi ke dalam keyakinan mereka ke mana saja mereka pergi.

Penganiayaan dan pemberitaan awam

Sejak 1739 dan seterusnya, Wesley dan kaum Metodis mengalami penganiayaan dari para magistrat dan kalangan rohaniwan Gereja Inggris karena berbagai alasan.[37] Walaupun Wesley telah ditahbiskan sebagai seorang imam Anglikan, banyak pemuka Metodis lainnya yang belum ditahbiskan. Dan dari sudut pandangnya sendiri, Wesley secara terbuka mengabaikan banyak regulasi Gereja Inggris terkait batas-batas paroki dan siapa yang memiliki wewenang untuk berkhotbah.[38] Hal tersebut dipandang sebagai ancaman sosial yang mengabaikan lembaga institusional. Kalangan rohaniwan menyerang kaum Metodis dalam rupa materi cetak maupun khotbah, dan terkadang massa menyerang mereka. Wesley dan para pengikutnya tetap melanjutkan pekerjaan mereka di antara kalangan masyarakat yang terabaikan dan membutuhkan. Mereka dicela sebagai para penyebar doktrin-doktrin aneh, penghasut kekacauan agama; sebagai orang-orang fanatik buta yang menyesatkan orang-orang, mengklaim anugerah-anugerah ajaib, menyerang kalangan rohaniwan Gereja Inggris, dan berupaya untuk menegakkan kembali iman Katolik.[38]

Wesley merasa bahwa Gereja Inggris gagal memanggil orang-orang berdosa untuk bertobat, banyak rohaniwannya yang korup, dan orang-orang binasa dalam dosa-dosa mereka. Ia percaya bahwa ia ditugaskan oleh Allah untuk mewujudkan kebangunan rohani dalam gerejanya, dan tidak ada penentangan, penganiayaan, ataupun rintangan yang dapat menang melawan apa yang dianggapnya sebagai otoritas dan urgensi ilahi penugasannya. Prasangka-prasangka seputar pelatihan dalam tradisi Gereja Tinggi yang diterimanya, gagasan-gagasannya yang tegas mengenai metode-metode dan kepatutan-kepatutan dalam ibadah publik, pandangan-pandangannya mengenai suksesi apostolik dan hak istimewa imam, bahkan keyakinan-keyakinannya yang paling ia junjung tinggi, tidak dibiarkan menghalangi.[39]

Melihat bahwa dirinya dan beberapa klerikus yang bekerja sama dengannya tidak sanggup melakukan pekerjaan yang perlu dilakukan, Wesley akhirnya menyetujui keberadaan pengkhotbah-pengkhotbah lokal pada awal 1739. Ia mengevaluasi dan memberikan persetujuan kepada kaum pria yang tidak ditahbiskan oleh Gereja Inggris/Anglikan untuk berkhotbah dan melakukan karya pastoral. Pengembangan kebijakan dengan penunjukan para pengkhotbah awam ini dipandang sebagai salah satu kunci pertumbuhan Metodisme.[40]

Kapel dan organisasi

Wesley's Chapel, awalnya dikenal sebagai "City Road Chapel".

Karena perhimpunan-perhimpunannya membutuhkan rumah untuk beribadah, Wesley mulai menyediakan sejumlah kapel, pertama di Bristol, New Room,[butuh rujukan] kemudian di London (pertama The Foundery dan berikutnya Wesley's Chapel) dan di sejumlah tempat lain. The Foundery merupakan salah satu kapel pertama yang dipergunakan oleh Wesley.[41] Lokasi The Foundery diperlihatkan pada sebuah peta abad ke-18, yang di dalamnya menginformasikan letaknya di antara Tabernacle Street dan Worship Street, di daerah Moorfields di London. Ketika Wesley bersaudara melihat bangunan yang berdiri di atas Windmill Hill itu, di sisi utara Finsbury Fields, struktur yang sebelumnya digunakan Royal Ordnance untuk mencetak mortir dan senjata kuningan itu telah dibiarkan tidak ditempati selama 23 tahun, sejak peristiwa ledakan pada 10 Mei 1716.[42]

Kapel Bristol (dibangun tahun 1739) mulanya berada dalam pengawasan sejumlah wali amanat. Suatu perjanjian utang yang besar dibuat, dan teman-teman Wesley mendesaknya agar mempertahankannya di bawah pengelolaannya sendiri, sehingga akta tersebut dibatalkan dan ia menjadi satu-satunya wali amanat.[43] Mengikuti preseden tersebut, semua kapel Metodis dipercayakan dalam perwaliannya sampai adanya suatu "akta deklarasi", segala kepentingannya dalam kapel-kapel tersebut dipindahtangankan ke suatu badan pengkhotbah yang disebut "Legal Hundred".[44]

Ketika timbul kekisruhan di antara sejumlah anggota perhimpunan-perhimpunannya, Wesley mengadopsi pemberian "tiket" kepada para anggota, dengan nama-nama mereka yang ditulis dengan tangannya sendiri. Tiket-tiket tersebut diperbarui setiap tiga bulan. Mereka yang dianggap tidak layak tidak menerima tiket baru dan keluar dari perhimpunan tanpa gangguan. Tiket-tiket tersebut dipandang sebagai surat-surat penerimaan.[45]

Patung Wesley menunggang kuda di halaman kapel "New Room" di Bristol. Bristol sering menjadi basis Wesley sepanjang tahun 1740-an dan 1950-an.

Bilamana utang pada suatu kapel menjadi beban, dikemukakan bahwa salah seorang di antara 12 anggota perlu mengumpulkan persembahan secara teratur dari 11 anggota yang dialokasikan kepada Wesley. Dari hal ini berkembang sistem pertemuan-kelas Metodis pada 1742. Agar dapat tetap mengeluarkan anggota yang tidak layak dari perhimpunan-perhimpunan, Wesley menetapkan suatu sistem percobaan. Ia melakukan kunjungan rutin ke setiap perhimpunan, yang kelak menjadi konferensi atau visitasi (kunjungan) triwulanan. Seiring dengan bertambahnya jumlah perhimpunan, Wesley tidak lagi dapat menjalin kontak secara personal, sehingga pada 1743 ia menyusun satu set Aturan Umum untuk "United Societies" itu.[46] Peraturan tersebut merupakan inti dari Discipline Metodis, yang tetap menjadi landasan.

Wesley meletakkan dasar-dasar dari apa yang sekarang merupakan organisasi Gereja Metodis. Seiring berlalunya waktu, terbentuk pergeseran pola dari perhimpunan, "sirkuit", pertemuan triwulanan, konferensi tahunan, kelas, kelompok, dan perhimpunan pilihan.[46] Di tingkat lokal, terdapat banyak perhimpunan dengan ukuran berbeda yang dikelompokkan ke dalam sirkuit-sirkuit yang di dalamnya ditunjuk pengkhotbah-pengkhotbah keliling untuk periode dua tahun. Para pejabat sirkuit bertemu setiap tiga bulan dengan dimoderatori seorang "asisten" atau pengkhotbah keliling senior. Konferensi dengan Wesley, para pengkhotbah keliling, dan yang lainnya dihimpun setiap tahun untuk tujuan mengoordinasi doktrin dan disiplin demi hubungan keterikatan secara keseluruhan. Kelas-kelas yang terdiri dari selusin atau lebih anggota perhimpunan bertemu setiap minggu untuk bimbingan dan persekutuan rohani di bawah kepemimpinan seorang pemuka. Pada tahun-tahun awal, terdapat sejumlah kelompok dengan anggota-anggota yang disebut memiliki karunia rohani, yang secara sadar mengejar kesempurnaan. Mereka yang dianggap telah mencapainya dikelompokkan dalam kelompok-kelompok atau perhimpunan-perhimpunan pilihan. Pada 1744, terdapat 77 anggota dengan kategori demikian. Terdapat pula kategori peniten yang terdiri dari para "backslider".[46]

Rumah Wesley, di sisi Wesley's Chapel, City Road, London.

Karena peningkatan jumlah pengkhotbah dan tempat berkhotbah, hal-hal administratif dan terkait doktrin perlu didiskusikan; sehingga John dan Charles Wesley, bersama empat klerikus lain dan empat pengkhotbah awam, bertemu untuk pertukaran pikiran pada 1744. Ini merupakan konferensi Metodis pertama; selanjutnya, konferensi tersebut (dengan Wesley sebagai presidennya) menjadi badan tertinggi gerakan Metodis.[47] Dua tahun kemudian, guna membantu para pengkhotbah bekerja secara lebih sistematis dan perhimpunan-perhimpunan menerima layanan secara lebih teratur, Wesley menunjuk para "penolong" untuk sirkuit-sirkuit. Setiap sirkuit memasukkan setidaknya 30 janji bertemu per bulan. Percaya bahwa efiensi pengkhotbah distimulasi oleh rotasinya dari satu sirkuit ke sirkuit lainnya setiap satu atau dua tahun, Wesley menetapkan sistem berkeliling atau "itinerancy" dan mensyaratkan agar para pengkhotbahnya tunduk pada peraturan tersebut.[48]

Penahbisan rohaniwan

Patung dengan ukuran sebenarnya di Asbury Theological Seminary di Wilmore, Kentucky, Amerika Serikat.

Seiring dengan berkembangnya jumlah perhimpunan, mereka mengadopsi unsur-unsur dari suatu sistem gerejawi. Jurang pemisah antara Gereja Inggris dan Wesley semakin melebar. Pertanyaan seputar pemisahan diri dari Gereja Inggris dilontarkan oleh sejumlah pengkhotbah dan perhimpunan, namun kebanyakan ditentang keras oleh Charles saudaranya. Wesley menolak untuk meninggalkan Gereja Inggris, meyakini bahwa Anglikanisme "dengan segala nodanya, [...] lebih mendekati rencana-rencana Alkitabiah daripada yang lainnya di Eropa".[49] Pada 1745, Wesley menuliskan bahwa ia akan membuat konsesi apa saja sejauh nuraninya mengizinkan, agar dapat hidup dalam damai dengan para klerikus. Ia mengaku tidak dapat melepaskan doktrin tentang keselamatan batiniah yang dialami saat sekarang melalui iman; ia tidak akan berhenti berkhotbah, tidak akan membubarkan perhimpunan, juga tidak akan mengakhiri pengkhotbahan oleh kaum awam. Sebagai seorang klerikus dari gereja resmi, ia dikatakan tidak memiliki rencana untuk melangkah lebih jauh.[butuh rujukan]

Pada 1746, ketika Wesley membaca laporan Peter King seputar gereja primitif, ia menjadi merasa yakin kalau suksesi apostolik (suksesi rasuli) dapat diteruskan tidak hanya melalui para uskup (bishop), tetapi juga melalui para imam.[50] Ia menuliskan bahwa ia adalah "seorang episkopos alkitabiah seperti halnya banyak laki-laki di Inggris." Walaupun ia pernah menyebut gagasan tentang suksesi tak terputus suatu "fabel", ia percaya akan suksesi apostolik.[51]

Bertahun-tahun kemudian, Irenicon karya Edward Stillingfleet membuatnya memutuskan bahwa penahbisan (dan ketiga jenjang imamat) dapat dianggap valid atau sahih jika dilakukan oleh seorang presbiter (imam), tidak hanya oleh seorang uskup. Meskipun demikian, beberapa pihak meyakini bahwa Wesley telah secara diam-diam ditahbiskan sebagai uskup pada 1763 oleh Erasmus dari Arkadia, seorang uskup Ortodoks Yunani,[52] dan Wesley dianggap tidak dapat mengumumkan tahbisan episkopalnya secara terbuka karena ancaman pidana berdasarkan Præmunire Act.[53]

Pada 1784, ia percaya kalau ia tidak dapat lagi menunggu Uskup London untuk menahbiskan seseorang bagi kaum Metodis Amerika Serikat, yang berada dalam keadaan tanpa pelayanan sakramen setelah Perang Kemerdekaan Amerika Serikat.[54] Gereja Inggris telah dibubarkan di Amerika Serikat, tempatnya pernah menjadi gereja negara di sebagian besar koloni selatan. Gereja Inggris belum menunjuk seorang uskup Amerika Serikat untuk memimpin jemaat yang kelak menjadi Gereja Episkopal Protestan di Amerika Serikat. Wesley menahbiskan Thomas Coke sebagai "superintenden"[55] kalangan Metodis di Amerika Serikat melalui penumpangan tangan, kendati Coke telah menjadi imam tertahbis dalam Gereja Inggris. Ia juga menahbiskan Richard Whatcoat dan Thomas Vasey sebagai presbiter. Whatcoat dan Vasey berlayar ke Amerika Serikat bersama Coke. Wesley bermaksud agar Coke dan Francis Asbury (yang Coke tahbiskan sebagai superintenden sesuai arahan Wesley) semestinya menahbiskan yang lainnya dalam Methodist Episcopal Church yang baru terbentuk di Amerika Serikat. Pada 1787, Coke dan Asbury meyakinkan kalangan Metodis Amerika Serikat agar menyebut mereka sebagai uskup, bukan superintenden,[56] mengabaikan keberatan-keberatan Wesley terhadap perubahan tersebut.[57]

Saudaranya, Charles, mengkhawatirkan penahbisan-penahbisan tersebut dan evolusi pandangan Wesley seputar hal itu. Charles memohon agar Wesley berhenti sebelum ia "benar-benar menghancurkan jembatan" dan supaya tidak menjadikan pahit saat-saat terakhir Charles di dunia ini, juga supaya tidak "meninggalkan satu noda yang tak terhapuskan pada ingatan kami."[58] Wesley menjawab bahwa ia tidak terpisah dari gerejanya, juga tidak berniat demikian, namun ia merasa harus dan akan menyelamatkan jiwa sebanyak yang ia mampu selagi masih hidup di dunia ini, "tanpa perlu berhati-hati mengenai apa yang mungkin terjadi ketika saya mati."[59] Kendati Wesley merasa gembira bahwa kalangan Metodis di Amerika Serikat bebas, ia menyarankan agar para pengikutnya dari Inggris tetap berada dalam gereja resmi dan ia sendiri meninggal dunia di dalamnya.

Doktrin, teologi, pendukungan

Ukiran Wesley berkhotbah di City Road Chapel (sekarang Wesley's Chapel), London, karya T. Blood, 1822.

Albert Outler, seorang akademisi Wesley abad ke-20, dalam pengantarnya atas kumpulan karya John Wesley tahun 1964 berpendapat bahwa Wesley mengembangkan teologinya menggunakan suatu metode yang oleh Outler disebut Wesleyan Quadrilateral.[60] Dalam metode tersebut, Wesley meyakini bahwa inti dari Kekristenan yang hidup terwahyukan dalam Kitab Suci; dan Alkitab merupakan sumber pokok satu-satunya dalam pengembangan teologis. Kesentralan Kitab Suci dirasa sedemikian penting oleh Wesley sehingga ia menyebut dirinya "seorang laki-laki dari satu buku"[61]—yang berarti Alkitab—kendati ia tergolong orang yang banyak membaca dibandingkan dengan orang lain pada masanya. Bagaimanapun, ia percaya bahwa doktrin harus selaras dengan tradisi ortodoks Kristen. Dengan demikian, tradisi dipandang sebagai aspek kedua dalam Quadrilateral.[60]

Patung perunggu Wesley di halaman St Paul's Cathedral, London. Satu patung marmernya terdapat di dalam Methodist Central Hall, Westminster.

Wesley berpendapat bahwa sebagian metode teologis melibatkan iman yang berdasarkan pengalaman. Dengan kata lain, kebenaran dihidupkan dalam pengalaman personal umat Kristen (secara keseluruhan, bukan individual), jika itu sungguh kebenaran. Dan semua doktrin harus dapat dipertahankan secara rasional. Ia tidak memisahkan iman dari akal (daya pikir). Menurutnya, tradisi, pengalaman, dan daya pikir tunduk pada Kitab Suci, karena hanya di sana terdapat Firman Allah yang diwahyukan "sejauh yang diperlukan untuk keselamatan kita."[62]

Doktrin-doktrin yang Wesley tekankan dalam berbagai tulisan dan khotbahnya yaitu rahmat yang mendahului, keselamatan personal yang dialami saat ini melalui iman, kesaksian Roh, dan pengudusan.[63] Kasih karunia atau rahmat yang mendahului merupakan dasar teologis dari keyakinannya bahwa semua orang dapat diselamatkan melalui iman kepada Kristus. Kontras dengan kalangan Calvinis pada zamannya, Wesley tidak meyakini doktrin predestinasi yang mereka anut, yaitu bahwa sejumlah orang telah dipilih oleh Allah untuk diselamatkan dan orang-orang lainnya telah ditetapkan untuk menerima hukuman. Ia memahami kalau ortodoksi Kristen menegaskan bahwa keselamatan hanya dimungkinkan melalui kasih karunia Allah yang tanpa batas. Ia mengekspresikan pemahamannya akan hubungan umat manusia dengan Allah sebagai ketergantungan sepenuhnya pada kasih karunia Allah. Allah senantiasa berupaya untuk memungkinkan semua orang agar dapat sampai kepada iman dengan memberdayakan manusia supaya memiliki kebebasan aktual dalam menanggapi Allah melalui pengalaman masing-masing.

Wesley mendefinisikan kesaksian Roh sebagai: "suatu impresi batin pada jiwa orang-orang yang percaya, yang di dalamnya Roh Allah memberi kesaksian secara langsung kepada roh mereka bahwa mereka adalah anak-anak Allah."[64] Doktrin tersebut ia landaskan pada bagian-bagian tertentu dalam Alkitab (salah satu contohnya Roma 8:15–16), dan terkait erat dengan keyakinannya bahwa keselamatan harus bersifat pribadi atau "personal". Dalam pandangannya, seseorang pada akhirnya perlu memercayai Kabar Baik untuk dirinya sendiri; relasi seseorang dengan Allah tidak dapat dibangun oleh orang lain.

Pada 1790, ia mendeskripsikan pengudusan atau penyucian sebagai "depositum agung yang telah Allah percayakan kepada orang-orang yang disebut kaum 'Metodis'."[65] Wesley mengajarkan bahwa pengudusan dapat diperoleh setelah pembenaran oleh iman, dialami di antara pembenaran dan kematian badani. Yang ia maksudkan bukan "kesempurnaan tanpa dosa", namun, pembenaran maupun kepastian (jaminan) yang dimiliki merupakan awal dari proses pengudusan sampai akhir hayat,[66] yang dapat menjadikan seorang Kristen "sempurna dalam kasih". (Wesley mempelajari Ortodoksi Timur dan khususnya doktrin Theosis).[67] Kasih atau cinta tersebut berarti, pertama-tama, bahwa motivasi seorang percaya didorong oleh keinginan mendalam untuk menyenangkan Allah, bukan berpusat pada diri sendiri. Orang akan mampu menahan diri agar tidak melakukan apa yang Wesley sebut "sin rightly so-called" (maksudnya pelanggaran hukum atau kehendak Allah secara sadar atau sengaja). Seseorang tetap mungkin berbuat dosa, namun dosa yang disengaja atau dikehendaki dapat dihindari.[65]

Selain itu, bagi Wesley, dijadikan sempurna dalam kasih berarti bahwa seorang Kristen dapat hidup dengan salah satu pedoman utama memperhatikan orang-orang lain dan kesejahteraan mereka.[66][68] Ia mendasarkan hal ini pada kutipan Kristus bahwa perintah besar yang kedua adalah "kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri". Menurutnya, orientasi tersebut akan menyebabkan orang yang bersangkutan menghindari dosa apa saja terhadap sesamanya. Kasih sedemikian, ditambah dengan kasih kepada Allah yang menjadi fokus utama iman seseorang, adalah apa yang Wesley namakan "penggenapan hukum Kristus".

Etika John Wesley

Uang

Sumber pemikiran Wesley paling penting dalam pembicaraan mengenai uang dan konsep ekonominya adalah sebuah kotbahnya yang berjudul “The Use of Money”(Inggris).[68] Isinya dapat diringkaskan dalam tiga hal: (1) mengumpulkan sebanyak kita bisa, (2) menyimpan sebanyak yang kita bisa, dan (3) memberi sebanyak yang kita bisa. Maksud pernyataan (1) ialah kita harus produktif dalam bekerja.[68] Maksud pernyataan (2) adalah supaya kita bijaksana dalam menggunakan uang dan tidak boros. [68] Kemudian pernyataan (3) berkata bahwa dalam memberi, kita adalah pelayan-pelayan Tuhan yang menyadari semua adalah milik-Nya.[68]

Jika melihat ajaran Wesley ini tanpa melihat konteksnya, seolah kita akan melihat ajaran ini seperti ajaran Calvinis yang, menurut penelitian Max Weber, merupakan spirit kapitalisme karena mengajarkan orang untuk bekerja keras dan menabung sebanyak-banyaknya untuk menjadi modal.[66] Karena itulah, kita perlu melihat konteks kepada siapa Wesley mengalamatkan khotbah ini. Wesley tidak berbicara untuk para “kapitalis” atau anggota-anggota “kalangan atas” gereja, melainkan pada orang-orang dari kelas pekerja yang berpenghasilan minim, yang begitu sulit untuk menyumbang pelayanan diakonia gereja.[66] Karena itu, “menyimpan apa yang kita bisa” bukan dimaksudkan untuk menjadi kapital atau investasi, namun supaya hidup dalam kesederhanaan.[66] Kemudian “memberi apa yang kita bisa” berarti adanya kehidupan yang saling membagi kepada yang miskin, bukan dengan kelebihan namun dalam kekurangan.[66]

Kemiskinan

Wesley berpendapat bahwa sistem ekonomi industri hasil dari Revolusi Industri telah menghasilkan kesenjangan sosial yang begitu besar.[68] Karena itu, ia menentang pendapat yang mengatakan bahwa orang miskin itu malas. Menurutnya, sistem yang ada memang lebih mengutamakan alat ketimbang manusia, bahkan kuda dan hewan ternak lebih diperhatikan karena menghasilkan untung besar daripada manusia.[68] Hal inilah yang membuat situasi masyarakat semakin buruk dengan kriminalitas, kebodohan, dan sebagainya. Wesley kemudian berupaya mengubah situasi tersebut dengan mendirikan sekolah-sekolah bagi anak miskin, tempat bagi janda-janda, mengunjungi penjara-penjara untuk berkhotbah dan menyarankan perbaikan-perbaikan kondisi di sana, mendirikan lembaga peminjaman untuk melepaskan orang dari rentenir, menulis buku tentang pengobatan sederhana, dan sebagainya.[66]

Perbudakan

Wesley berbicara dengan sangat keras untuk menentang perbudakan. Dalam tulisan-tulisannya, ia mengutuk perdagangan budak sebagai tindakan orang yang menjual budak dan yang membeli budak sebagai bukan manusia, melainkan serigala.[69] Ia juga mengatakan bahwa tugas seorang Kristen adalah mewartakan pembebasan dari Allah dan menentang perbudakan.[69] Selain itu, Wesley juga menentang hukum yang melegalkan perbudakan dengan mengatakan: “apakah hukum, hukum manusia, dapat mengubah hakikat alami seseorang?” [69]

Referensi

  1. ^ (Inggris) Wells, JC (2008), "Wesley", Longman Pronunciation Dictionary (edisi ke-3rd), Harlow, UK: Pearson, (i) 'wes li, (ii) 'wez li — The founder of Methodism was actually (i), though often pronounced as (ii) .
  2. ^ (Inggris) Thorsen, Don (2005). The Wesleyan Quadrilateral. Emeth Press. hlm. 97. ISBN 1-59731-043-3. 
  3. ^ (Inggris) Lectionary – John and Charles Wesley
  4. ^ (Inggris) "Great Britons 11-100". BBC via Wayback Machine. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2002-12-04. Diakses tanggal 1 August 2012. 
  5. ^ (Inggris) "John Wesley at Epworth". BBC. Diakses tanggal 16 January 2016. 
  6. ^ (Inggris) "History of the Wesleys". The Epworth Berlls. Diakses tanggal 16 January 2016. 
  7. ^ a b (Inggris) Wallace, Charles Jr (1997) Susanna Wesley : the complete writings, New York : Oxford University Press, p. 67, ISBN 0-19-507437-8
  8. ^ a b (Inggris) "Hendrickson.com - A Serious Call to a Devout and Holy Life by: William Law - Hendrickson Publishers". www.hendrickson.com. Diakses tanggal 30 December 2016. 
  9. ^ (Inggris) Tomkins, Stephen (2003). John Wesley : a biography. Oxford: Lion Books. hlm. 37. ISBN 0-7459-5078-7. 
  10. ^ (Inggris) Wesley, John. "The Letters of John Wesley". The Wesley Center Online. Diakses tanggal 21 November 2013. 
  11. ^ (Inggris) "The Holy Club" – The Methodist Church in Britain
  12. ^ (Inggris) The Works of the Rev. John Wesley. J. & J. Harper. 1827. hlm. 108. 
  13. ^ a b (Inggris) Ross, Kathy W.; Stacey, Rosemary. "John Wesley and Savannah". Diakses tanggal 18 September 2007. 
  14. ^ (Inggris) Armstrong Atlantic State University
  15. ^ (Inggris) "John Wesley Trial: 1737 – Threats, Flight, And A New Church". Law Library. Diakses tanggal 9 December 2015. 
  16. ^ (Inggris) Hammond, Geordan (2014). John Wesley in America: Restoring Primitive Christianity. Oxford University Press. hlm. 106. 
  17. ^ (Inggris) Hurst, J. F. (2003). John Wesley the Methodist. Kessinger Publishing. hlm. 102–103. ISBN 0-7661-5446-7. 
  18. ^ (Inggris) "Wesley's Journal". 
  19. ^ (Inggris) Dreyer, Frederick A. (1999). The Genesis of Methodism. Lehigh University Press. hlm. 27. ISBN 0-934223-56-4. 
  20. ^ (Inggris) John Wesley's Heart Strangely Warmed, www.christianity.com
  21. ^ (Inggris) "I felt I did trust in Christ, Christ alone for salvation". 24 May 2013. Diakses tanggal 18 May 2015. 
  22. ^ (Inggris) "The Wesley Center Online: Sermon 1 – Salvation By Faith". wesley.nnu.edu. Diakses tanggal 5 October 2015. 
  23. ^ (Inggris) "The Wesley Center Online: Sermon 128 – Free Grace". wesley.nnu.edu. Diakses tanggal 5 October 2015. 
  24. ^ (Inggris) Burnett, Daniel L. (2006). In the Shadow of Aldersgate: An Introduction to the Heritage and Faith of the Wesleyan Tradition. Wipf and Stock. hlm. 36. ISBN 978-1-59752-573-2. 
  25. ^ (Inggris) Burnett, Daniel L. (15 March 2006). In the Shadow of Aldersgate: An Introduction to the Heritage and Faith of the Wesleyan Tradition. Wipf and Stock Publishers. hlm. 36–37. Diakses tanggal 18 May 2015. 
  26. ^ (Inggris) "What is Aldersgate Day?". umc.org. The United Methodist Church. Diakses tanggal 21 May 2016. 
  27. ^ (Inggris) Dose, Kai (2015). "A Note on John Wesley's Visit to Herrnhut in 1738". Wesley and Methodist Studies. 7 (1): 117–120. doi:10.5325/weslmethstud.7.1.0117. JSTOR 10.5325/weslmethstud.7.1.0117. 
  28. ^ (Inggris) "Wesley's Rules for Band-Societies". House Church. Diakses tanggal 20 September 2016. 
  29. ^ (Inggris) "1738 John & Charles Wesley Experience Conversions". Christianity Today. Diakses tanggal 20 September 2016. 
  30. ^ (Inggris) "A brief history and the structure of Methodism". Launceston Area Methodist Churches. Diakses tanggal 20 September 2016. 
  31. ^ (Inggris) Buckley, James Monroe (1898). A History of Methodism in the United States,. New York: Harper & Brothers. hlm. 88–89. Diakses tanggal 29 November 2013. 
  32. ^ (Inggris) Tomkins, Stephen (2003). John Wesley: A Biography. Eerdmans. hlm. 69. ISBN 978-0-8028-2499-8. 
  33. ^ (Inggris) "Methodist Church". BBC. Diakses tanggal 13 December 2015. 
  34. ^ a b (Inggris) "John Wesley Preaching from His Father's Tomb at Epworth". Art UK. Diakses tanggal 20 September 2016. 
  35. ^ (Inggris) Smith, James-Michael. "Wesley's Doctrine of Christian Perfection" (PDF). Smith. Diakses tanggal 20 September 2016. 
  36. ^ (Inggris) Oden, Thomas C. (2013). John Wesley's Teachings, Volume 3: Pastoral Theology. Zondervan. ISBN 978-0-310-58713-2. 
  37. ^ (Inggris) Tooley, Mark. "John Wesley and Religious Freedom". First Things. Diakses tanggal 13 December 2015. 
  38. ^ a b (Inggris) Lane, Mark H. "John Wesley Receives the Holy Spirit at Aldersgate" (PDF). Bible Numbers for Life. Diakses tanggal 13 December 2015. 
  39. ^ (Inggris) Bowen, William Abraham (1901). Why Two Episcopal Methodist Churches in the United States?: A Brief History Answering this Question for the Benefit of Epworth Leaguers and Other Young Methodists. Publishing house of the M.E. church. 
  40. ^ (Inggris) Burdon, Adrian (2005). Authority and order: John Wesley and his preachers. Ashgate. hlm. 23. ISBN 978-0-7546-5454-4. 
  41. ^ (Inggris) "John Wesley's Foundry Church". Asbury Triptych. Diakses tanggal 20 September 2016. 
  42. ^ (Inggris) Minutes of Proceedings of the Royal Artillery Institution
  43. ^ (Inggris) "Wesley's Property Deed for Bath" (PDF). Biblical Studies. Diakses tanggal 20 September 2016. 
  44. ^ (Inggris) "Chapter XVIII - Setting His House in Order". Wesley Centre Online. Diakses tanggal 20 September 2016. 
  45. ^ (Inggris) "Methodist Class Tickets" (PDF). Biblical Studies. Diakses tanggal 20 September 2016. 
  46. ^ a b c (Inggris) "Chapter IX – Society and Class". John Wesley the Methodist. Wesley Center for Applied Theology. 1999. Diakses tanggal 17 January 2014. 
  47. ^ (Inggris) Graves, Dan. "1st Methodist Conference Convened in London". Christianity. Diakses tanggal 20 September 2016. 
  48. ^ (Inggris) Spiak, Jody. "The Itinerant System: The Method(ists) Behind the Madness" (PDF). UMC of Milton-Marlboro. Diakses tanggal 20 September 2016. 
  49. ^ Thorsen 2005, p. 97.
  50. ^ (Inggris) H. W. Holden: John Wesley in company with high churchmen, Read Books, 1870, ISBN 978-1-4086-0661-2, p. 59
  51. ^ Ibid., p. 57-58.
  52. ^ (Inggris) Wesleyan-Methodist magazine: being a continuation of the Arminian or Methodist magazine first publ. by John Wesley. Wesleyan Methodist Magazine. 1 January 1836. Diakses tanggal 31 December 2007. Mr. Wesley thus became a Bishop, and consecrated Dr. Coke, who united himself with ... who gave it under his own hand that Erasmus was Bishop of Arcadia, ... 
  53. ^ (Inggris) The historic episcopate: a study of Anglican claims and Methodist orders. Eaton & Mains. 1896. Diakses tanggal 31 December 2007. Dr. Peters was present at the interview, and went with and introduced Dr. Seabury to Mr. Wesley, who was so far satisfied that he would have been willingly consecrated by him in Mr. Wesley would have signed his letter of orders as bishop, which Mr. Wesley could not do without incurring the penalty of the Præmunire Act. 
  54. ^ (Inggris) Indiana Annual Conference of the United Methodist Church "The Christmas Gift: A New Church" [1]
  55. ^ (Inggris) Letters of John Wesley. New York: Hodder and Stoughton. 1915. hlm. 264. Diakses tanggal 14 June 2016. I have accordingly appointed Dr. Coke and Mr. Francis Asbury to be joint superintendents over our brethren in North America... 
  56. ^ (Inggris) A Short History of the Methodists in the United States of America. Baltimore: Magill and Clime. 1810. hlm. 128. Diakses tanggal 14 June 2016. This was the first time that our superintendents ever gave themselves the title of Bishops in the minutes. They changed the title themselves without the consent of the conference; and at the next conference they asked the preachers if the word Bishop might stand in the minutes; seeing that it was a scripture name, and the meaning of the word Bishop, was the same with that of Superintendent. Some of the preachers opposed the alteration... but a majority of the preachers agreed to let the word Bishop remain. 
  57. ^ (Inggris) Letters of John Wesley. New York: Hodder and Stoughton. 1915. hlm. 280. Diakses tanggal 14 June 2016. How can you, how dare you, suffer yourself to be called Bishop? I shudder, I start at the very thought! Men may call me a knave or a fool, a rascal, a scoundrel, and I am content; but they shall never, by my consent, call me Bishop! For my sake, for God's sake, for Christ's sake, put a full end to this! 
  58. ^ (Inggris) John R. Tyson, ed. (2000). Charles Wesley: A Reader. New York: Oxford University Press. hlm. 434. ISBN 978-0-19-802102-5. Diakses tanggal 17 January 2014. 
  59. ^ (Inggris) "The Letters of John Wesley". The Wesley Center Online. Diakses tanggal 17 January 2014. 
  60. ^ a b (Inggris) "The Wesleyan Quadrilateral | Methodist Evangelicals Together". methodistevangelicals.org.uk. Diakses tanggal 26 December 2016. 
  61. ^ (Inggris) "John Wesley (1703–1791). A Man of One Book. Vol. IV. Eighteenth Century. Henry Craik, ed. 1916. English Prose". www.bartleby.com. Diakses tanggal 26 December 2016. 
  62. ^ (Inggris) United Methodist Church (1984) The Book of Discipline of the United Methodist Church, 1984, Nashville, TN : United Methodist Publ. House, p. 77, ISBN 0-687-03702-6.
  63. ^ (Inggris) McDonald, Calvin (2012). From the Coffin to the Cross: A Much Needed Awakening. WestBow Press. hlm. 117. ISBN 978-1-4497-7791-3. Diakses tanggal 6 October 2016. 
  64. ^ (Inggris) Wesley, John (1984). Outler, Albert C., ed. The Works of John Wesley. 1. Nashville, TN: Abingdon Press. hlm. 296. 
  65. ^ a b (Inggris) "Wesleyan Heritage Series: Entire Sanctification". ucmpage.org. Diakses tanggal 6 October 2016. 
  66. ^ a b c d e f g (Inggris) Waldo Beach; H. Richard Niehbuhr (1955). Christian Ethics: Sources of the Living Tradition. New York: The Ronald Press Company. hlm. 359–360. 
  67. ^ (Inggris) K. Steve McCormick (1991). "Theosis in Chrysostom and Wesley: An Eastern Paradigm of Faith and Love" (PDF). Wesleyan Theological Journal. hlm. 38–103. Diakses tanggal 28 December 2016. 
  68. ^ a b c d e f g (Inggris) J. Philip Wogaman (London). Christian Ethics: A Historical Introduction. SPCK. hlm. 152. 
  69. ^ a b c (Inggris)R.E.O White. 1981. The Changing Continuity of Christian Ethics. Exeter: The Paternoster Press. Hal. 274-275.