Kabupaten Bantul

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kabupaten Bantul
Hanacaraka: ꦧꦤ꧀ꦠꦸꦭ꧀
Pegon: بانتول
Transliterasi: Bantul
  • Kota Geplak
  • Kota Gerabah
  • Bumi Projotamansari
Daerah tingkat II
Lambang resmi Kabupaten Bantul
Julukan: 
Kota Geplak, Kota Gerabah, Bumi Projotamansari, Sahara van Java
Motto: 
Bantul Projotamansari
Jawa: ꦥꦿꦺꦴꦗꦺꦴꦠꦩꦤ꧀ꦱꦫꦶ
(Produktif-Professional, Ijo Royo-royo, Tertib, Aman, Sehat, Asri)
Slogan Pariwisata: The Harmony of Nature and Culture
Peta
Peta
Kabupaten Bantul di Jawa
Kabupaten Bantul
Kabupaten Bantul
Peta
Kabupaten Bantul di Indonesia
Kabupaten Bantul
Kabupaten Bantul
Kabupaten Bantul (Indonesia)
Koordinat: 7°53′05″S 110°20′03″E / 7.88461°S 110.33411°E / -7.88461; 110.33411
Negara Indonesia
ProvinsiDaerah Istimewa Yogyakarta
Tanggal berdiri8 Agustus 1950; 73 tahun lalu (1950-08-08)
Dasar hukumUU No.15 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Hari jadi20 Juli 1831 (umur 192)
Ibu kotaKota Bantul
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 17
  • Kelurahan: 75
Pemerintahan
 • BupatiAbdul Halim Muslih
 • Wakil BupatiJoko B Purnomo
 • Sekretaris DaerahHelmi Jamharis
 • Ketua DPRDHanung Raharjo
Luas
 • Total506,85 km2 (195,70 sq mi)
Populasi
 • Total1.006.692
 • Kepadatan1.986,17/km2 (5,144,2/sq mi)
Demografi
 • AgamaIslam 95,77%
Kristen 4,13%
- Katolik 2,82%
- Protestan 1,31%
Hindu 0,08%
Buddha 0,02%[2]
 • BahasaIndonesia (resmi)
Jawa (utama)
 • IPMSteady 80,01 Tinggi (2020)[3]
Kenaikan 80,01 Tinggi (2019)
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode BPS
3402
Kode area telepon0274
Kode Kemendagri34.02
DAURp 1.009.528.274.000,00- (2019)
Flora resmiSawo Kecik
Fauna resmiBurung Puter
Situs webwww.bantulkab.go.id
Berkas:Logo City Branding Bantul.png
Logo City Brand Bantul, City Brand ini dirancang untuk mewakili Kabupaten Bantul melalui visualisasi kondisi geografis dan potensi unggulan wilayah. Dengan penggambaran ini, pembaca atau pengamat logo dapat mengasosiasikannya dengan Kabupaten Bantul dengan atributatribut fisik, lingkungan hidup, ekonomi, sosial dan budayanya.[4]

Bantul (Jawa: ꦧꦤ꧀ꦠꦸꦭ꧀, Pegon: بانتول, translit. Bantul, pelafalan dalam bahasa Indonesia: [ˈbantʊl]) merupakan salah satu kabupaten yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Ibu kotanya adalah Bantul. Tahun 2018 merupakan tahun pertama bagi Kabupaten Bantul memiliki jumlah penduduk mencapai 1 juta jiwa.[1] Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Bantul tahun 2019 mencatat, jumlah penduduk kabupaten Bantul berjumlah 1.006.692 jiwa, dengan wilayah terbanyak ada di Kapanewon Banguntapan berjumlah 145.956 jiwa, dan paling sedikit berada di Kapanewon Srandakan berjumlah 29.414 jiwa.[1]

Moto kabupaten ini adalah Projotamansari, yang merupakan singkatan dari Produktif-Profesional, Ijo royo royo, Tertib, Aman, Sehat, dan Asri. Kabupaten Bantul berbatasan dengan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman di sebelah utara, Kabupaten Gunung Kidul di sebelah timur, Samudra Hindia di sebelah selatan, serta Kabupaten Kulon Progo di sebelah barat.

Bagian selatan kabupaten ini berupa pegunungan kapur, yakni ujung barat dari Pegunungan Sewu. Sungai besar yang mengalir di antaranya Kali Progo (membatasi kabupaten ini dengan Kabupaten Kulon Progo, Kali Opak, Kali Tapus, beserta anak-anak sungainya.

Kabupaten Bantul terkenal akan wisata alam dan pantainya yang indah, hal ini yang membuat objek wisata di Kabupaten Bantul sering dikunjungi dan dicari banyak wisatawan lokal maupun mancanegara. Beberapa pantai yang terkenal di Kabupaten Bantul adalah Pantai Parangtritis dan Pantai Parangkusumo, kedua pantai tersebut telah menjadi icon pariwisata di Yogyakarta sejak lama.[5]

Pada 27 Mei 2006, gempa bumi besar berkekuatan 5,9 skala Richter mengakibatkan kerusakan yang besar terhadap daerah ini dan kematian sedikitnya 3.000 penduduk Bantul. Daerah yang terkena dampak terparah dari gempa tersebut adalah Pundong dan Imogiri.

Sejarah

Bantul memang tak bisa dilepaskan dari sejarah Yogyakarta sebagai kota perjuangan dan sejarah perjuangan Indonesia pada umumnya. Bantul menyimpan banyak kisah kepahlawanan, seperti perlawanan Pangeran Mangkubumi di Ambarketawang, upaya pertahanan Sultan Agung di Pleret, dan perjuangan Pangeran Diponegoro di Selarong. Kisah perjuangan pionir penerbangan Indonesia yaitu Adisucipto, pesawat yang ditumpanginya jatuh ditembak Belanda di Desa Ngoto. Sebuah peristiwa penting yang dicatat dalam sejarah adalah Perang Gerilya melawan pasukan Belanda. Saat itu, pasukan Indonesia berada di bawah kepemimpinan Jenderal Sudirman (1948) dan mereka banyak bergerak di sekitar wilayah Bantul. Wilayah ini pula yang menjadi basis, "Serangan Oemoem 1 Maret" (1949) yang dicetuskan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX.

Tolok awal pembentukan wilayah Kabupaten Bantul adalah perjuangan gigih Pangeran Diponegoro melawan penjajah bermarkas di Selarong sejak tahun 1825 hingga 1830. Seusai meredam perjuangan Diponegoro, Pemerintah Hindia Belanda kemudian membentuk komisi khusus untuk menangani daerah Vortenlanden. Komisi tersebut bertugas menangani pemerintahan daerah Mataram, Pajang, Sokawati, dan Gunung Kidul. Kontrak kasunanan Surakarta dengan Yogyakarta dilakukan baik dalam hal pembagian wilayah maupun pembayaran ongkos perang, penyerahan pemimpin pemberontak, dan pembentukan wilayah administratif.

Pemerintah Hindia Belanda dan sultan Yogyakarta pada tanggal 26 dan 31 Maret 1831 mengadakan kontrak kerja sama tentang pembagian wilayah administratif baru dalam kasultanan disertai penetapan jabatan kepala wilayahnya. Saat itu Kasultanan Yogyakarta dibagi menjadi tiga kabupaten yaitu Bantulkarang untuk kawasan selatan, Denggung untuk kawasan utara, dan Kalasan untuk kawasan timur. Menindaklanjuti pembagian wilayah baru Kasultanan Yogyakarta, tanggal 20 Juli 1831 atau Rabu Kliwon 10 Sapar tahun Dal 1759 (Jawa) secara resmi ditetapkan pembentukan Kabupaten Bantul yang sebelumnya dikenal bernama Bantulkarang tersebut di atas. Seorang nayaka Kasultanan Yogyakarta bernama Raden Tumenggung Mangun Negoro kemudian dipercaya Sri Sultan Hamengkubuwono V untuk memangku jabatan sebagai bupati Bantul.

Berdasarkan peristiwa tersebut, tanggal 20 Juli setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Jadi Kabupaten Bantul. Selain itu, tanggal 20 Juli juga memiliki nilai simbol kepahlawanan dan kekeramatan bagi masyarakat Bantul mengingat Perang Diponegoro dikobarkan tanggal 20 Juli 1825.

Pada masa pendudukan Jepang, pemerintahan berdasarkan pada Usamu Seirei nomor 13 sedangkan stadsgemente ordonantie dihapus. Kabupaten memiliki hak mengelola rumah tangga sendiri (otonom). Kemudian setelah kemerdekaan, pemerintahan ditangani oleh Komite Nasional Daerah untuk melaksanakan UU No 1 tahun 1945. Akan tetapi, Yogyakarta dan Surakarta undang-undang tersebut tidak diberlakukan hingga dikeluarkannya UU Pokok Pemerintah Daerah No 22 tahun 1948. dan selanjutnya mengacu UU Nomor 15 tahun 1950 yang isinya pembentukan Pemerintahan Daerah Otonom di seluruh Indonesia.

Pusaka dan Identitas Daerah

Tombak Kyai Agnya Murni

Tombak Kiai Agnya Murni berasal dari kata agnya berarti perintah atau pemerintahan dan murni adalah suci/bersih. Sehingga dengan tegaknya pusaka itu membawa pesan ditegakkannya nilai kehidupan berperadaban sebagai pilar utama membangun pemerintahan yang bersih. Tombak pusaka Kiai Agnya-murni mengisyaratkan pamoring kawula Gusti. Dalam khazanah Jawa, dikenal istilah budaya berpamor agama. Sehingga dalam dimensi vertikal memiliki makna pasrah diri dan tunduk patuh insan ke haribaan Sang Khalik. Dalam dimensi horizontal mengisyaratkan luluhnya pemimpin dengan rakyat.

Tombak pusaka ini diberikan oleh sultan Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X pada Peringatan Hari Jadi ke-169 Kabupaten Bantul, Kamis 20 Juli 2007. Tombak ini memiliki dapur Pleret, yang mengisyaratkan Kabupaten Bantul agar mengingat keberadaan Pleret sebagai historic landmark yang menandai titik awal pembaruan pemerintahan Mataram Sultan Agungan yang cikal bakalnya berada di Kerta Wonokromo. Tombak yang memiliki pamor wos wutah wengkon (melimpahnya kemakmuran bagi seluruh rakyat), dapat eksis bila ditegakkan pada landeyan (dasar) kayu walikukun. Landeyan itu simbul keluhuran budaya berbasis ilmu berintikan keteguhan iman.

Geografi

Kabupaten Bantul terletak antara 07° 44′ 04″ – 08° 00′ 27″ Lintang Selatan dan 110° 12′ 34″ – 110° 31′ 08″ Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten adalah Bantul 508,85 Km2, berarti 15,90 5 dari Luas wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Topografi

Sungai Oyo Dilihat dari Kebun Buah Mangunan

Topografi sebagai dataran rendah 40% dan lebih dari separuhnya (60%) daerah perbukitan yang kurang subur, secara garis besar terdiri dari:

  • Bagian Barat, adalah daerah landai yang kurang serta perbukitan yang membujur dari Utara ke Selatan seluas 89,86 km2 (17,73 % dari seluruh wilayah).
  • Bagian Tengah, adalah daerah datar dan landai merupakan daerah pertanian yang subur seluas 210.94 km2 (41,62 %).
  • Bagian Timur, adalah daerah yang landai, miring dan terjal yang keadaannya masih lebih baik dari daerah bagian Barat, seluas 206,05 km2 (40,65%).
  • Bagian Selatan, adalah sebenarnya merupakan bagian dari daerah bagian Tengah dengan keadaan alamnya yang berpasir dan sedikit berlaguna, terbentang di Pantai Selatan dari Kecamatan Srandakan, Sanden dan Kretek.

Kabupaten Bantul dialiri 6 Sungai yang mengalir sepanjang tahun dengan panjang 114 km2. Yaitu:

  1. Sungai Oyo: 35,75 km
  2. Sungai Opak: 19,00 km
  3. Sungai Code: 7,00 km
  4. Sungai Winongo: 18,75 km
  5. Sungai Bedog: 9,50 km
  6. Sungai Progo: 24,00 km

Iklim dan Cuaca

Menurut klasifikasi iklim Koppen, wilayah Kabupaten Bantul memiliki iklim muson tropis (Am). Sama seperti kabupaten lain di Indonesia, musim hujan di Bantul dimulai bulan November hingga April dan musim hujan ini dipengaruhi oleh angin muson barat daya–barat yang bersifat lembab dan basah. Sementara itu, musim kemarau yang diakibatkan oleh angin muson tenggara–timur yang bersifat kering dan dingin berlangsung pada bulan Mei hingga Oktober. Curah hujan di Bantul adalah 1942 mm per tahun dengan hari hujan berkisar antara 100–130 hari hujan, dan bulan paling tinggi curah hujannya adalah Januari dan Februari. Suhu udara relatif konsisten sepanjang tahun, dengan suhu rata-rata berkisar pada 22° hingga 31° derajat Celsius.

Data iklim Bantul, DIY, Indonesia
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Tahun
Rata-rata tertinggi °C (°F) 30.4
(86.7)
30.7
(87.3)
31
(88)
31.7
(89.1)
31.5
(88.7)
31.3
(88.3)
30.5
(86.9)
31
(88)
31.2
(88.2)
32
(90)
31.8
(89.2)
30.6
(87.1)
31.14
(88.13)
Rata-rata harian °C (°F) 26.8
(80.2)
27
(81)
27.2
(81)
27.7
(81.9)
27.3
(81.1)
26.5
(79.7)
25.6
(78.1)
26
(79)
26.6
(79.9)
27.4
(81.3)
27.1
(80.8)
27
(81)
26.85
(80.42)
Rata-rata terendah °C (°F) 23.3
(73.9)
23.2
(73.8)
23.4
(74.1)
23.6
(74.5)
23.1
(73.6)
21.8
(71.2)
20.8
(69.4)
21
(70)
22
(72)
23
(73)
23.4
(74.1)
23.3
(73.9)
22.66
(72.79)
Presipitasi mm (inci) 320
(12.6)
324
(12.76)
282
(11.1)
186
(7.32)
82
(3.23)
51
(2.01)
25
(0.98)
15
(0.59)
28
(1.1)
89
(3.5)
223
(8.78)
289
(11.38)
1.914
(75,35)
Rata-rata hari hujan 22 20 17 14 8 5 2 1 3 8 16 18 134
% kelembapan 86 86 86 84 83 82 79 78 80 81 83 85 82.8
Rata-rata sinar matahari harian 5.7 6.2 6.5 7.5 7.8 7.8 8.3 8.4 7.8 7.7 6.7 6.3 7.23
Sumber #1: Climate-Data.org [6] & BMKG[7]
Sumber #2: Weatherbase [8]

Batas Wilayah

Batas wilayah kabupaten Bantul antara lain;

Utara Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman
Timur Kabupaten Gunungkidul dan Kabupaten Sleman
Selatan Samudra Hindia
Barat Kabupaten Kulonprogo

Pemerintahan

Daftar Bupati

No. Bupati Mulai Menjabat Akhir Menjabat Wakil Bupati Ref.
1. Raden Tumenggung Mangun Negoro 20 Juli 1831
2. Raden Tumenggung Jayadiningrat 1845 1851
3. Raden Tumenggung Tirtonegara 1851 1852
4. Raden Tumenggung Nitinegara 1852 1855
5. Raden Tumenggung Danukusuma 1855 1878
6. Raden Tumenggung Djojowinoto 1878
7. Raden Tumenggung Djojodipuro 1878
8. Raden Tumenggung Surjokusumo
9. Raden Tumenggung Mangunyudo 1899 1913
10. K.R.T. Purbadiningrat 1913 1918
11. K.R.T. Dirdjokusumo 1918 1943
12. K.R.T. Djojodiningrat 1943 1947
Masa Pemerintahan Indonesia
13. K.R.T. Tirtadiningrat 1947 1951
14. K.R.T. Purwaningrat 1951 1955
15. K.R.T. Partaningrat 1955 1958
16. K.R.T. Wiraningrat 1958
17. K.R.T. Setyosudono 1958 1960
18. K.R.T. Sosrodiningrat 1960 1969
19. K.R.T. Prodjohardjono (Pejabat) 1969 1970
20. R. Sutomo Mangkusasmito, S.H. 1970 1980
21. Suheram Partosaputro 1980 1985
22. K.R.T. Suryo Padmo Hadiningrat (Moerwanto Suprapto) 1986 1991
23. K.R.T. Yudadiningrat (Sri Roso Sudarmo) 1991 1998
24. Drs. H. Kismosukirdo (Pejabat) 1998 1999
25. Drs. HM. Idham Samawi 1998 2004
26. Drs. Mujono NA (Penjabat) Desember 2004 Januari 2005
27. Drs. HM. Idham Samawi (Terpilih kembali melalui pilkada) 2005 2010 Drs. Sumarno, Prs.
28. Hj. Sri Surya Widati 2010 2015 Drs. Sumarno, Prs.
29. Sigit Sapto Rahardjo (Pejabat) 2015 2016
30. Drs. H. Suharsono 17 Februari 2016 2021 H. Abdul Halim Muslih
31. Budi Wibowo, S.H., M.M. (Pejabat) 2020 2021
32. H. Abdul Halim Muslih 26 Februari 2021 Petahana Joko B. Purnomo


Dewan Perwakilan

Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kabupaten Bantul dalam empat periode terakhir.

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2004–2009[9] 2009–2014[10] 2014–2019[11] 2019–2024[12]
PKB 6 Penurunan 3 Kenaikan 4 Kenaikan 6
Gerindra (baru) 3 Kenaikan 6 Kenaikan 8
PDI-P 16 Penurunan 11 Kenaikan 12 Penurunan 11
Golkar 5 Steady 5 Steady 5 Steady 5
NasDem (baru) 2 Penurunan 1
PKS 5 Steady 5 Penurunan 4 Steady 4
PPP 3 Kenaikan 4 Steady 4 Penurunan 2
PAN 7 Steady 7 Penurunan 6 Penurunan 5
Demokrat (baru) 1 Kenaikan 5 Penurunan 1 Kenaikan 2
PBB 0 Steady 0 Kenaikan 1 Steady 1
PKPB (baru) 2 Steady 2
Jumlah Anggota 45 Steady 45 Steady 45 Steady 45
Jumlah Partai 8 Kenaikan 9 Kenaikan 10 Steady 10


Kapanewon

Kabupaten Bantul memiliki 17 kapanewon dan 75 kalurahan. Pada tahun 2017, jumlah penduduk mencapai 931.356 jiwa yang tersebar di wilayah seluas 508,13 km² dengan tingkat kepadatan penduduk 1.832 jiwa/km².[13][14]

Daftar kapanewon dan kalurahan di Kabupaten Bantul, adalah sebagai berikut:

Kode
Kemendagri
Kapanewon Hanacaraka Jumlah
Kalurahan
Daftar
Kalurahan
34.02.05 Bambanglipuro ꦧꦩ꧀ꦧꦁꦭꦶꦥꦸꦫ 3
34.02.12 Banguntapan ꦧꦔꦸꦤ꧀ꦠꦥꦤ꧀ 8
34.02.08 Bantul ꦧꦤ꧀ꦠꦸꦭ 5
34.02.11 Dlingo
ꦢ꧀ꦭꦶꦔ 6
34.02.10 Imogiri ꦲꦶꦩꦒꦶꦫꦶ 8
34.02.09 Jetis ꦗꦼꦛꦶꦱ꧀ 4
34.02.16 Kasihan ꦏꦱꦶꦃꦲꦤ꧀ 4
34.02.03 Kretek ꦏꦿꦺꦠꦺꦏ꧀ 5
34.02.07 Pajangan ꦥꦗꦁꦔꦤ꧀ 3
34.02.06 Pandak ꦥꦤ꧀ꦝꦏ꧀ 4
34.02.14 Piyungan ꦥꦶꦪꦸꦁꦔꦤ꧀ 3
34.02.13 Pleret ꦥ꧀ꦭꦺꦫꦺꦠ꧀ 5
34.02.04 Pundong ꦥꦸꦤ꧀ꦝꦺꦴꦁ 3
34.02.02 Sanden ꦱꦤ꧀ꦢꦺꦤ꧀ 4
34.02.17 Sedayu ꦱꦼꦢꦪꦸ 4
34.02.15 Sewon ꦱꦺꦮꦺꦴꦤ꧀ 4
34.02.01 Srandakan ꦱꦿꦤ꧀ꦢꦏꦤ꧀ 2
TOTAL 75

Kabupaten Bantul terdiri atas 17 kapanewon, yang dibagi lagi atas sejumlah kalurahan dan kelurahan. Pusat pemerintahan di Kepanewon Bantul, sekitar 11 km sebelah selatan Kota Yogyakarta.

Kapanewon di Kabupaten Bantul
Kapanewon Ibukota
Sanden Gadingharjo
Kretek Donotirto
Pundong Srihardono
Imogiri Imogiri
Dlingo Dlingo
Pleret Pleret
Jetis Trimulyo
Bambanglipuro Sumbermulyo
Pandak Gilangharjo
Pajangan Sendangsari
Bantul Bantul
Sewon Panggungharjo
Banguntapan Banguntapan
Piyungan Srimulyo
Sedayu Argorejo
Kasihan Tirtonirmolo
Srandakan Trimurti

Penduduk

Jumlah penduduk Bantul pada tahun 2017 adalah 995.264 jiwa dengan kepadatan 1.963,62 jiwa/km2,[1] Kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak dan terpadat di Kabupaten Bantul adalah Kecamatan Banguntapan dengan jumlah penduduk 120.123 jiwa dengan kepadatan 4.218 jiwa/km2. Mayoritas mata pencaharian penduduk di bidang pertanian (25 %), perdagangan (21 %), industri (19 %) dan jasa (17 %) .

Transportasi

Kabupaten Bantul dilintasi oleh Jalan Nasional sebagai jalan arteri primer, di antaranya Jalan Pansela (Dalam Pembangunan) melewati kecamatan Srandakan, Sanden, dan Kretek. Jalan Nasional penghubung Kota Yogyakarta melewati Jalan Bantul segmen utara, Jalan Lingkar timur Kota Bantul, Jalan Bakulan, dan Jalan Parangtritis segmen selatan. Dan juga Jalan Nasional penghubung Kota Yogyakarta dan Jakarta di kawasan Jalan Wates segmen Sedayu, serta sebagian segmen Jalan Nasional di ring road Yogyakarta. Untuk jalan provinsi di antaranya Jalan Srandakan, Jalan Bantul segmen selatan, Jalan Parangtritis segmen utara, Jalan Wonosari segmen Banguntapan dan Piyungan, Jalan Imogiri Timur, Jalan Imogiri Barat, dan Jalan Jogja outering road Sedayu - Pandak - Bantul - Imogiri - Jetis - Pleret - Banguntapan. Jalur perkeretaapian di Bantul sudah dibangun sejak zaman kolonial Belanda. Jalur kereta api di Bantul terdiri atas jalur Yogyakarta - Bandung di Kecamatan Sedayu dengan Stasiun Rewelu (hanya digunakan untuk depo BBM), serta jalur rel kereta mati yang direncanakan akan dihidupkan kembali antara Yogyakarta - Bantul - Brosot dengan stasiun di Madukismo, Cepit, Bantul Kota, Palbapang, dan Srandakan, dan juga jalur mati Yogyakarta - Kotagede - Pleret - Pundong.

Pariwisata

Wisata Pantai

Sandboarding di gumuk pasir Parangtritis.
Pantai Parangtritis saat senja.

Kabupaten Bantul memang terkenal akan wisata pantainya yang indah dan sangat luas, contohnya Pantai Parangtritis, Pantai Parangtritis merupakan objek wisata yang paling terkenal di Kabupaten Bantul. Selain itu terdapat beberapa objek wisata pantai seperti :

Wisata Alam

Curug Pulosari.

Objek wisata alam di Kabupaten Bantul memang sangat populer di kalangan wisatawan saat ini, karena wisata alamnya menawarkan keindahan yang jarang ditemui di tempat lain. Wisata alam di Kabupaten Bantul terdiri dari goa, air terjun, hutan pinus, bukit dan lain-lain. Beberapa objek wisata alam diantaranya :

Wisata Religi/Sejarah

Masjid Pathok Negara Taqwa, di Pleret.
Museum Sejarah Purbakala, di Pleret.

Selain wisata pantai dan wisata alam, Kabupaten Bantul juga memiliki wisata religi dan sejarah. Wisatawan dapat mengunjungi objek wisata religi, wisata religi yang terkenal di Kabupaten Bantul adalah Pemakaman Imogiri. Selain Pemakaman Imogiri, Kabupaten Bantul juga memiliki beberapa wisata religi/sejarah lain dan beberapa museum diantaranya :

Desa Wisata

Gapura Desa Wisata Kasongan, penghasil gerabah di Kabupaten Bantul

Sementara itu, terdapat berbagai desa wisata di Kabupaten Bantul yang umumnya merupakan desa penghasil kerajinan, kerajinan tersebut juga dapat diperoleh di Pasar Seni Gabusan yang berada di Jalan Parangtritis, Sewon, Bantul. Desa-desa wisata tersebut diantaranya :

Perayaan (Event)

Pawai HUT RI di Lapangan Trirenggo

Kabupaten Bantul memiliki beberapa event, yaitu:

  • Kirab Budaya HUT RI
  • Kirab Budaya HUT Bantul
  • Lomba Pawai Paskibra HUT RI
  • Lomba Pawai Drumband HUT RI
  • Festival Layang-layang Bantul
  • Kirab Budaya Dlingo
  • Bantul Expo[15]

Media Massa

Terdapat beberapa stasiun radio di Bantul seperti Radio Persatuan 94.2 FM dan lain-lain

Olahraga

Stadion

• Stadion Sultan Agung : Stadion Sultan Agung atau yang biasa disebut SSA atau Stadion Pacar, stadion ini terletak di Kec. Sewon, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Stadion Sultan Agung memiliki kapasitas kurang lebih 35.000 penonton. Stadion ini pertama diresmikan oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X pada tahun 2007. Stadion Sultan Agung merupakan markas dari klub sepak bola Persiba Bantul (berdiri tahun 1967) dan klub amatir Protaba Bantul.

Stadion Sultan Agung

• Stadion Dwi Windu : Stadion Dwi Windu terletak di Jalan Jendral Sudirman, Kec. Bantul, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta atau tepatnya di sisi selatan Masjid Agung Manunggal Bantul. Stadion ini sering digunakan sebagai tempat untuk menggelar event-event tertentu di Kabupaten Bantul. Stadion Dwi Windu juga sering juga digunakan untuk latihan atau pertandingan sepakbola di Kabupaten Bantul.

Kesehatan

Puskesmas

Kabupaten Bantul memiliki beberapa Puskesmas, diantaranya adalah :

Rumah sakit

Kuliner Khas

Geplak
Sate Klathak

Kabupaten Bantul memiliki makanan khas, yaitu:

Seni dan Budaya

Kesenian

Kesenian Sholawat Montro

• Sholawat Montro : adalah kesenian khas Kabupaten Bantul. Kesenian ini pertama kali ditemukan di Kauman, Pleret dan diciptakan oleh Kanjeng Pangeran Yudhonegoro, atau menantu dari Sultan Hamengkubuwono VIII. Kesenian ini berisi sekelompok penampil dan pengiring musik yang semuanya laki-laki, mereka menyanyikan puji-pujian kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW dengan cara nembang, diiringi musik tradisional gamelan dan terbangan.

• Jathilan Diponegaran : adalah salah satu kesenian tradisional yang menjadi ikon Kabupaten Bantul. Kesenian ini mengisahkan perjuangan Pangeran Diponegoro saat perang. Penarinya terdiri dari seorang pria yang menjadi Pangeran Diponegoro dan beberapa wanita yang membawa keris yang menjadi pasukannya.

• Reog Wayang : adalah kesenian tradisional khas Kabupaten Bantul. Reog Wayang adalah kesenian tari yang dimainkan oleh beberapa orang yang berkostum dan memerankan tokoh dalam cerita pewayangan. Reog Wayang biasanya dimainkan oleh 20 lebih penari, dengan mengangkat tema kisah-kisah pewayangan.

Batik

• Batik Gringsing : adalah salah satu motif batik khas Kabupaten Bantul. Motif batik Gringsing berupa bulatan-bulatan kecil seperti sisik ikan yang saling bersinggungan. Warna asli batik Gringsing sogan, tetapi sekarang menggunakan warna-warna lain seperti merah, hijau, kuning atau lainnya. Makna simbolik dari motif Gringsing adalah doa atau harapan agar terhindar dari pengaruh buruk dan kehampaan.

• Batik Ceplok Kembang Kates : merupakan motif batik yang identik dengan Kabupaten Bantul. Motif ini menggunakan ide dasar tanaman kates atau pepaya, motif utamanya biji dan bunga, dengan motif tambahan putik, terdapat isen-isen cecek dan sawut. Warna yang diterapkan pada motif ini merah, hijau, dan biru. Makna simbolik Ceplok Kembang Kates sebagai simbol semangat mempertahankan bangsa, negara, dan kesejahteraan masyarakat.

Julukan

• Kota Geplak : Kabupaten Bantul memiliki kuliner khas dan legendaris yaitu Geplak. Geplak terbuat dari parutan kelapa dan gula pasir atau gula jawa, rasanya yang manis membuat masyarakat dan wisatawan yang berkunjung suka akan makanan ini. Industri Geplak umumnya dapat ditemui di seluruh penjuru Kabupaten Bantul. Geplak juga dapat ditemui di pasar-pasar tradisional di Kabupaten Bantul dan sering juga dijadikan oleh-oleh jika berkunjung ke Kabupaten Bantul.

Geplak, yang dijual sebagai oleh-oleh di Malioboro, Kota Yogyakarta.

• Kota Gerabah : Kabupaten Bantul memiliki daerah tujuan wisata yaitu Kasongan. Kasongan merupakan daerah industri gerabah terbesar di Kabupaten Bantul. Hasil kerajinan dari gerabah yang diproduksi oleh Kasongan pada umumnya berupa guci, pot, hiasan dinding, mejakursi dan lain-lain. Hasil kerajinan tersebut telah diekspor ke mancanegara seperti Eropa dan Amerika. Biasanya desa ini sangat ramai dikunjungi oleh wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta.

Gerabah di kawasan Desa Wisata Kasongan.

Sahara van Java : Kabupaten Bantul memang layak dijuluki sebagai Sahara van Java, karena di Bantul terdapat objek wisata yang cukup terkenal yaitu Gumuk Pasir Parangkusumo. Tak jauh dari Gumuk Pasir Parangkusumo terdapat Pantai Parangtritis dan Pantai Parangkusumo, kedua pantai ini memiliki pasir berwarna hitam yang mirip seperti gurun pasir, hal ini yang menambah kesan Bantul memang layak dijuluki Sahara van Java.

Gumuk Pasir Parangkusumo, yang dijadikan sebagai tempat wisata.

Gumuk Pasir ini sangat istimewa dan langka, karena hanya ada sedikit di dunia. Karena tempatnyanya yang mirip Gurun Sahara di Afrika maka Kabupaten Bantul dijuluki Sahara van Java atau Saharanya Pulau Jawa.

Pendidikan

Berkas:Entranceisijogja.jpg
Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

Kampus Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Universitas Ahmad Dahlan terletak di kabupaten ini. Beberapa perguruan tinggi lain juga melakukan pembangunan kampusnya di wilayah Kabupaten Bantul, antara lain Institut Sains & Teknologi Akprind Yogyakarta. Dan adapula kampus dibawah naungan Kementerian Perindustrian yaitu Politeknik ATK yang terdapat di Jalan Ringroad Selatan untuk Kampus 2 dan di Jalan Ateka untuk Kampus 1.

Bahasa

Menurut Badan Bahasa, bahasa Jawa dialek Yogya-Solo merupakan bahasa daerah yang dituturkan mayoritas penduduk Kabupaten Bantul.[16] Menurut Statistik Kebahasaan 2019, bahasa ini menjadi satu-satunya bahasa daerah asli Kabupaten Bantul.[17] Bahasa resmi instansi pemerintahan di Kabupaten Bantul adalah bahasa Indonesia.

Tokoh Terkenal

Pahlawan Nasional

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b c d "Kabupaten Bantul Dalam Angka 2019". www.bantulkab.bps.go.id. BPS Bantul. Diakses tanggal 25 Februari 2020. 
  2. ^ "Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Kabupaten Bantul". www.kependudukan.jogjaprov.go.id. Pemprov Yogyakarta. Diakses tanggal 25 Februari 2020. 
  3. ^ "Metode Baru Indeks Pembangunan 2019-2020". www.bps.go.id. Diakses tanggal 11 April 2021. 
  4. ^ "Logo City Brand Bantul". ppid.bantulkab.go.id. 
  5. ^ "Pantai Parangtritis Jogja, Ikon Wisata nan Eksotis di Ujung Selatan Kota Jogja". nyero.id. Diakses tanggal 13 April 2021. 
  6. ^ "Bantul, DIY, Indonesia". Climate-Data.org. Diakses tanggal 17 September 2020. 
  7. ^ "Buku Prakiraan Musim Hujan 2023-2024 – Rerata Curah Hujan Kabupaten Bantul Zona Musim 270, 271, dan 274 periode 1991-2020" (PDF). BMKG. hlm. 133. Diakses tanggal 17 September 2023. 
  8. ^ "Bantul, Indonesia". Weatherbase. Diakses tanggal 17 September 2020. 
  9. ^ Perolehan Kursi DPRD Bantul 2004-2009
  10. ^ Perolehan Kursi DPRD Bantul 2009-2014
  11. ^ Perolehan Kursi DPRD Bantul 2014-2019
  12. ^ Perolehan Kursi DPRD Bantul 2019-2024
  13. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  14. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020. 
  15. ^ Bantul Ekspo merupakan sebuah pameran pembangunan wilayah se kabupaten Bantul, even tahunan yang diadakan di kabupaten Bantul, diselenggarakan di Pasar Seni Gabusan (PSG), yang menampilkan produk-produk lokal juga sebuah ajang pameran dari instansi pemerintahan kabupaten Bantul. Bantul Ekspo atau sering disingkat dengan BE biasanya di adakan pada bulan Juli seminggu sehabis hari jadi Kbupaten Bantul, diselelnggarakan selama kurang lebih 10 hari.
  16. ^ "Bahasa di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta". Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia. Diakses tanggal 23 Mei 2020. 
  17. ^ Statistik Kebahasaan 2019. Jakarta: Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan. 2019. hlm. 4. ISBN 9786028449182. 

Pranala luar