Kartidjo Sastrodinoto
Kartidjo Sastrodinoto | |
---|---|
Informasi pribadi | |
Lahir | Bolorejo, Kauman, Tulungagung, Keresidenan Kediri, Hindia Belanda | 2 Juni 1916
Meninggal | 14 Juli 2016 Bandung, Jawa Barat, Indonesia | (umur 100)
Karier militer | |
Pihak |
|
Dinas/cabang | TNI Angkatan Darat |
Masa dinas | 1943—1963 |
Pangkat | Mayor Jenderal TNI |
Satuan | Infanteri (RPKAD) |
Pertempuran/perang | Revolusi Nasional Indonesia |
Sunting kotak info • L • B |
Mayor Jenderal TNI (Purn.) Raden Kartidjo Sastrodinoto (2 Juni 1916 – 14 Juli 2016), adalah seorang tokoh pejuang kemerdekaan menentang pemerintahan Hindia Belanda di Jawa Timur.[1] Pada masa orde baru, Ia menjabat sebagai Anggota DPR RI dari Fraksi ABRI (1977-1982) dan Fraksi Golkar mewakili Jawa Timur (1982-1987 dan 1987-1992). Salah satu anaknya adalah Muljowidodo Kartidjo Sastrodinoto yang merupakan purnabakti dosen Teknik Mesin ITB.
Riwayat Pendidikan
[sunting | sunting sumber]- HIS di Tulungagung (1929)
- MULO di Kediri (1933)
- AMS di Malang (1936)
- Bo Ei Gyugun Kanbu Kyoiku (PETA)
- Command & General Staff Collage, AS
Riwayat Pekerjaan
[sunting | sunting sumber]- Juru Tulis Kawedanan Kartosono (1938)
- Klack Kabupaten Nganjuk (1964)
- Syodancho Kediri Syu Dae Ichi Daidam Kediri (1943)
- Wakil Komandan BKR di Kediri (1947)
- Kepala Bagian Personalia staf Pertahanan Jawa Timur di Madiun (1948)
- Kepala Staf Sub-Tritorium Militer di Kediri(1948)
- Kepala Bagian Operasi Teriterium V di Malang (1953)
- Komandan Resimen Infanteri 19 Tritorium V di Jember (1954)
- Komandan Komando Militer Kota Besar Surabaya (1958)
- Kepala Staf Kodam VIII/Brawijaya (1959)
- Sekretaris Departemen Angkatan Darat (1963)
- Panglima Kodam Cenderawasih (1964)[2]
- Anggota DPR RI Fraksi ABRI dan Golongan Karya (1977-1992)
Karier Militer
[sunting | sunting sumber]Djo- demikian nama panggilan akrabnya - memulai karier militernya di zaman Jepang.
Peristiwa Madiun
[sunting | sunting sumber]Selama 40 tahun menjalani masa kemiliterannya, peristiwa yang paling memiliki arti khusus baginya adalah Peristiwa Madiun (1948). Waktu itu, sejumlah anggota Komisi Tiga Negara yang mengawasi perundingan Renville masih berada di Sarangan, Magetan. Kapten Kartidjo dari Resimen 34 Kediri diperintahkan menyelamatkan mereka. Celakanya, justru ia sendiri dicegat Batalyon Mustafa yang pro Merah, lalu menjadi tawanan pasukan yang dipimpin PKI. Penjagalan sudah berlangsung dimana-mana. Kartidjo sendiri dengan truk dibawa ke arah Kresek di lereng Gunung Wilis, Madiun. Sewaktu pagi buta, Kapten Kartidjo berdiri dihadapan satu regu tembak. Djo hanya bisa berdoa dan mencari setiap kemungkinan untuk bisa meloloskan diri. Peluru pertama berdentam dan Ia segera merubuhkan diri. Ia tidak tau kena atau tidak, tetapi yang terpikirkannya hanya menerjunkan diri ke lembah sedalam lima meter, dengan gaya seolah-olah telah mati sungguhan. Untung algojo tidak curiga. Tembakan reda, ia menemukan seorang haji yang selamat. Setelaah saling membuka tali pengikat, mereka berpisah. Menyelinap ke hutan jati, lalu ia menuju ke Kediri, jalan kaki dua hari dua malam.[2][3]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ "R. Kartidjo Sastrodinoto - Pejuang Kemerdekaan "
- ^ a b Pour, Julius (2008). Ignatius Slamet Rijadi : dari mengusir Kempeitai sampai menumpas RMS. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. ISBN 978-979-22-3850-1. OCLC 271738233.
- ^ APA & SIAPA sejumlah orang Indonesia 1983-1984. Jakarta: Grafiti Pers. 1984.
- Kelahiran 1916
- Kematian 2016
- Meninggal usia 100
- Pejuang kemerdekaan Indonesia
- Tokoh militer Indonesia
- Tokoh TNI
- Tokoh Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat
- Panglima Komando Daerah Militer XVII/Cenderawasih
- Tokoh Jawa
- Tokoh Jawa Timur
- Tokoh dari Tulungagung
- Tokoh Angkatan 45
- Tokoh Kopassus
- Politikus Indonesia
- Politikus Partai Golongan Karya
- Anggota DPR RI 1977–1982
- Anggota DPR RI 1982–1987
- Anggota DPR RI 1987–1992