Lompat ke isi

Kepunahan Holosen

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Burung dodo punah selama pertengahan hingga akhir abad ke-17 karena perusakan habitat, perburuan, dan pemangsaan oleh mamalia invasif.[1] Kepunahan burung dodo merupakan salah satu contoh kepunahan modern yang paling sering dikutip.[2]

Kepunahan Holosen (kadang-kadang disebut kepunahan massal keenam atau kepunahan antroposen) adalah istilah yang dipakai untuk merujuk pada peristiwa kepunahan massal yang mulai terjadi pada masa Holosen (sejak tahun 10.000 SM hingga sekarang). Ada banyak spesies flora dan fauna yang punah, dan sebagian besar habitatnya berada di hutan hujan. 875 kepunahan telah tercatat oleh International Union for Conservation of Nature and Natural Resources dari tahun 1500 hingga 2009.[3] Namun, sebagian besar kepunahan tidak tercatat sejarah. Menurut teori spesies-wilayah, tingkat kepunahan saat ini kira-kira sebesar 140.000 spesies per tahun.[4]

Dalam artian luas, istilah kepunahan Holosen juga meliputi punahnya megafauna yang dimulai sekitar 11.500 tahun yang lalu karena perubahan iklim pada akhir zaman es. Kepunahan tersebut juga dikaitkan oleh aktivitas manusia dan kadang-kadang disebut peristiwa kepunahan Kuartener atau kepunahan zaman es. Namun, kepunahan Holosen masih berlanjut hingga abad ke-21.

Ilmuwan masih berdebat perihal definisi, parameter dan hipotesis yang menyangkut kepunahan massal ini.[5] Tidak ada kesepakatan umum mengenai kepunahan Holosen ini, entah apakah itu merupakan peristiwa kepunahan yang berbeda atau merupakan bagian dari peristiwa kepunahan Kuartener atau hanya serangkaian kepunahan alami yang biasa terjadi karena seleksi alam. Bahkan beberapa di antara mereka hanya menyalahkan perubahan iklim sebagai dalang kepunahan. Namun, secara keseluruhan dapat kita tarik garis kesimpulan bahwa kepunahan Holosen ini diakibatkan oleh perubahan iklim dan aktivitas manusia.

Bukti Sejarah

[sunting | sunting sumber]

Tetapi memang penelitian terkini menunjukkan bahwa tingkat kepunahan terus meningkat.[6] Beberapa catatan sejarah yang bisa digunakan sebagai bukti kuat yang mendukung hipotesis jika manusia benar-benar bertanggung jawab sebagai pelaku utama antara lain.

Kepunahan Megafauna Australia

[sunting | sunting sumber]

Kepunahan Diprotodon dan megafauna Australia lainnya seperti Thylacoleo, Protemnodon, Procoptodon, Dromornis dan banyak lainnya, mereka lenyap tepat ketika manusia mulai bermigrasi ke benua tersebut sekitar 45.000 tahun silam.[7][8]

Keberadaan Fauna Laut

[sunting | sunting sumber]

Tidak ada catatan sejarah maupun bukti arkeologis yang menunjukkan terjadinya kepunahan besar-besaran pada biota di lautan sekitar 45.000 tahun yang lalu. Jika benar kepunahan massal keenam ini terjadi karena perubahan iklim, maka seharusnya ekosistem laut adalah pihak yang paling terkena dampaknya. Pada masa itu, teknologi pelayaran dan bahari manusia belum terlalu maju untuk bisa mengeksploitasi lautan, ini menjadi penjelasan yang logis kenapa biota laut selamat dari kepunahan.[7]

Kepunahan Megafauna Selandia Baru

[sunting | sunting sumber]

Megafauna di Selandia Baru adalah salah satu dari beberapa yang beruntung karena berhasil bertahan melalui zaman es dan perubahan iklim yang terjadi 45.000 tahun yang lalu, mereka adalah elang haast dan burung moa. Tetapi tetap saja punah beberapa abad setelah kedatangan manusia (bangsa Maori) sekitar 800 tahun yang lalu.[7]

Kepunahan Mamut di Pulau Wrangel

[sunting | sunting sumber]

Pulau Wrangel adalah pulau kecil di wilayah kutub utara dekat dengan lingkar arktik, yang menjadi habitat populasi Mamut terakhir setelah punah dari daratan utama sekitar 10.000 tahun yang lalu. Berdasarkan penanggalan karbon dan catatan fosil yang ditemukan, mamut di Pulau Wrangel terakhir kali tercatat punah sekitar 4.000 tahun yang lalu saat pemukiman manusia ada di pulau tersebut.[7]

Kepunahan Megafauna Amerika

[sunting | sunting sumber]

Manusia (Homo sapiens) adalah spesies pertama dan satu-satunya dari genus Homo yang berhasil mencapai Benua Amerika, melalui jembatan darat Beringia (membuat Siberia terhubung dengan Alaska melalui jalur darat) yang terbentuk saat zaman es dan turunnya permukaan air laut sekitar 16.000 tahun yang lalu. Saat manusia menjamah benua baru, fauna-fauna besar terkenal seperti Mastodon, Mamut kolumbia, Glyptodon, Megatherium, Camelops (Unta Amerika) dan Smilodon semuanya lenyap tak bersisa.[7]

Catatan kaki

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Hume, J. P.; Walters, M. (2012). Extinct Birds. London: A & C Black. ISBN 978-1-4081-5725-1. 
  2. ^ Diamond, Jared (1999). "Up to the Starting Line". Guns, Germs, and Steel. W.W. Norton. hlm. 43–44. ISBN 978-0-393-31755-8. 
  3. ^ Summary of the 2009 update of the IUCN Red List, http://www.iucn.org/media/materials/releases/?4143/Extinction-crisis-continues-apace Diarsipkan 2011-01-25 di Wayback Machine.
  4. ^ S.L. Pimm, G.J. Russell, J.L. Gittleman and T.M. Brooks, The Future of Biodiversity, Science 269: 347–350 (1995)
  5. ^ "Are We in the Midst of a Sixth Mass Extinction?". The Scientist Magazine® (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-08-06. 
  6. ^ Extinction of species accelerating Diarsipkan 2012-02-14 di Wayback Machine. 31.Jan.2012 Euronews
  7. ^ a b c d e Harari, Yuval Noaḥ (2015). Sapiens: a brief history of humankind. Diterjemahkan oleh Purcell, John; Watzman, Haim (edisi ke-First U.S. edition). New York, NY: HarperCollins Publishers. ISBN 978-0-06-231610-3. 
  8. ^ van der Kaars, Sander; Miller, Gifford H.; Turney, Chris S. M.; Cook, Ellyn J.; Nürnberg, Dirk; Schönfeld, Joachim; Kershaw, A. Peter; Lehman, Scott J. (2017-01-20). "Humans rather than climate the primary cause of Pleistocene megafaunal extinction in Australia". Nature Communications (dalam bahasa Inggris). 8 (1): 14142. doi:10.1038/ncomms14142. ISSN 2041-1723. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]