Kesultanan Tidore: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
...
Super Hylos (bicara | kontrib)
Tag: gambar rusak Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
(35 revisi perantara oleh 19 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox Former Country
{{Infobox Former Country
|native_name = كسولتانن تيدور
|native_name = كسولتانن تيدور<br>''Kie Ma-Kolano''
|conventional_long_name = Kesultanan Tidore
|conventional_long_name = Kesultanan Tidore
|common_name = Kesultanan Tidore
|common_name = Kesultanan Tidore
|continent = Asia
|region = [[Asia Tenggara]]
|country = [[Indonesia]]
|religion = [[Islam]]
|religion = [[Islam]]
|image_flag = Bendera tidore.gif
|image_flag = Bendera tidore.gif
|image_coat = Lambang tidore.png
|image_coat = Lambang tidore.png
|symbol_type =
|symbol_type =
|p1 = Majapahit
|p1 =
|p2 =
|p2 =
|s1 = Indonesia
|s1 = Hindia Belanda
|s2 =
|s2 =
|flag_p1 =
|flag_p1 =
|flag_p2 =
|flag_p2 =
|flag_s1 = Flag of Indonesia.svg
|flag_s1 = Flag of Netherlands.svg
|year_start = 1081
|year_start = 1081
|year_end = 1950
|year_end = 1815
|capital = [[Soasiu|Tidore]]
|capital = [[Soasiu|Tidore]]
|date_start =
|date_start =
|date_end =
|date_end =
|event_start =
|event_start = Pertama oleh Raden Mas lV
|event_end = Bergabung dengan [[Indonesia]]
|event_end = Dikuasai
|image_map = {{switcher|[[Berkas:Kadato Kie.jpg|upright=1.25|frameless]]|Tampak depan [[Kadato Kie]]|[[Berkas:Peta-wilayah-uli-lima-dan-uli-siwa.jpg|upright=1.25|frameless]]|Wilayah Kesultanan Tidore pada abad ke-16 (''Uli Siwa'')<ref>[https://saripedia.wordpress.com/tag/benteng-portugis-di-ternate/ Gazw Al-Fikr: Sultan Baabullah, Pembebasan Nusantara Dan “Jihad” Kita Hari Ini.]</ref>|default=1}}
|image_map = Peta-wilayah-uli-lima-dan-uli-siwa.jpg
|image_map_caption =
|image_map_caption = Wilayah Kesultanan Tidore pada abad ke-16 (''Uli Siwa'')<ref>[https://saripedia.wordpress.com/tag/benteng-portugis-di-ternate/ Gazw Al-Fikr: Sultan Baabullah, Pembebasan Nusantara Dan “Jihad” Kita Hari Ini.]</ref>
|capital = [[Soasiu|Tidore]]
|common_languages = [[Bahasa Tidore|Tidore]]
|common_languages = [[Bahasa Melayu Maluku Utara|Melayu Tidore]]
|government_type = [[Kerajaan konstitusional|Monarki]]
|government_type = [[Monarki]] [[Kesultanan]]
|title_leader = [[Sultan]], ''Kie Ma-Kolano''
|title_leader = Sultan
|leader1 = [[Kolano Syahjati]] ([[Muhammad Naqil]])
|leader1 = Kolano Syahjati (Muhammad Naqil)
|year_leader1 = 1081
|year_leader1 = 1081
|leader2 = [[Zainal Abidin Syah|Sultan Zainal Abidin Syah]]
|leader2 = [[Zainal Abidin Syah|Sultan Zainal Abidin Syah]]
Baris 41: Baris 37:


[[Berkas:Saifuddin of Tidore.JPG|jmpl|Lukisan Sultan Saifuddin dari [[Tidore]] (bertahta [[1657]]-[[1689]]).]]
[[Berkas:Saifuddin of Tidore.JPG|jmpl|Lukisan Sultan Saifuddin dari [[Tidore]] (bertahta [[1657]]-[[1689]]).]]
'''Kesultanan Tidore''' lolololadalah [[kerajaan|ker]]<nowiki/>r [[Pulau Halmahera]] selatan, [[Pulau Buru]], [[Pulau Seram]], dan banyak pulau-pulau di pesisir [[Papua]] barat.
'''Kesultanan Tidore''' adalah [[kerajaan]] [[Islam]] yang berpusat di wilayah [[Kota Tidore]], [[Maluku Utara]], [[Indonesia]] sekarang. Pada masa kejayaannya (sekitar [[abad ke-16]] sampai [[abad ke-18]]), kerajaan ini menguasai sebagian besar [[Pulau Halmahera]] selatan, [[Pulau Buru]], [[Pulau Seram]], dan banyak pulau-pulau di pesisir [[Papua]] barat.


Pada tahun [[1521]], Sultan Mansur dari Tidore menerima [[Spanyol]] sebagai sekutu untuk mengimbangi kekuatan [[Kesultanan Ternate]] saingannya yang bersekutu dengan [[Kerajaan Portugal|Portugal]]. Setelah mundurnya Spanyol dari wilayah tersebut pada tahun [[1663]] karena protes dari pihak Portugal sebagai pelanggaran terhadap [[Perjanjian Tordesillas]] [[1494]], Tidore menjadi salah satu kerajaan paling merdeka di wilayah [[Maluku]]. Terutama di bawah kepemimpinan Sultan Saifuddin (memerintah [[1657]]-[[1689]]), Tidore berhasil menolak pengusaan [[VOC]] terhadap wilayahnya dan tetap menjadi daerah merdeka hingga akhir [[abad]] ke-18.
Pada tahun [[1521]], [[Sultan Mansur]] dari Tidore menerima [[Spanyol]] sebagai sekutu untuk mengimbangi kekuatan [[Kesultanan Ternate]] saingannya yang [[bersekutu ]] dengan [[Kerajaan Portugal|Portugal]]. Setelah mundurnya [[Spanyol ]] dari wilayah tersebut pada tahun [[1663]] karena protes dari pihak Portugal sebagai pelanggaran terhadap [[Perjanjian Tordesillas]] [[1494]], Tidore menjadi salah satu [[kerajaan ]] paling merdeka di wilayah [[Maluku]]. Terutama di bawah kepemimpinan [[Sultan Saifuddin]] (memerintah [[1657]]-[[1689]]), Tidore berhasil menolak pengusaan [[VOC]] terhadap wilayahnya dan tetap menjadi daerah merdeka hingga akhir [[abad]] ke-18.


== Awal Perkembangan Kerajaan Tidore ==
== Awal Perkembangan Kesultanan Tidore ==
[[Berkas:Kesultanan Tidore di Papua bagian barat.png|thumb|Wilayah vasal/kerajaan bawahan dari Kesultanan Tidore di [[Semenanjung Bomberai]] dan [[Semenanjung Doberai|Doberai]], [[Papua]] bagian barat.]]

Kerajaan Tidore terletak di sebelah selatan [[Kesultanan Ternate|Ternate]]. Menurut silsilah raja-raja Ternate dan Tidore, Raja Tidore pertama adalah Muhammad Naqil yang naik tahta pada tahun [[1081]]. Baru pada akhir abad ke-14, agama [[Islam]] dijadikan agama resmi Kerajaan Tidore oleh Raja Tidore ke-11, Sultan Djamaluddin, yang bersedia masuk Islam berkat dakwah Syekh Mansur dari [[Arab]]<ref>[http://aikblaztatosof.blogspot.com Sejarah Kerajaan Tidore.]</ref>.
Kesultanan Tidore terletak di sebelah selatan [[Kesultanan Ternate|Ternate]]. Menurut [[silsilah raja-raja Ternate dan Tidore]], Raja Tidore pertama adalah [[Muhammad Naqil]] yang [[naik tahta]] pada tahun [[1081]]. Baru pada akhir abad ke-14, agama [[Islam]] dijadikan [[agama resmi]] Kerajaan Tidore oleh [[Raja Tidore]] ke-11, [[Sultan Djamaluddin]], yang bersedia masuk Islam berkat dakwah [[Syekh Mansur]] dari [[Arab]].<ref>[http://aikblaztatosof.blogspot.com Sejarah Kerajaan Tidore.]</ref>


== Aspek Kehidupan ==
== Aspek Kehidupan ==
Baris 53: Baris 49:
=== Aspek Kehidupan Politik dan Kebudayaan ===
=== Aspek Kehidupan Politik dan Kebudayaan ===


Kesultanan Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Nuku (1780-1805 M). Sultan Nuku dapat menyatukan Ternate dan Tidore untuk bersama-sama melawan [[Belanda]] yang dibantu [[Inggris]]. [[Belanda]] kalah serta terusir dari Tidore dan Ternate. Sementara itu, [[Inggris]] tidak mendapat apa-apa kecuali hubungan dagang biasa. Sultan Nuku memang cerdik, berani, ulet, dan waspada. Sejak saat itu, Tidore dan Ternate tidak diganggu, baik oleh [[Kerajaan Portugal|Portugal]], [[Spanyol]], [[Belanda]] maupun [[Inggris]] sehingga kemakmuran rakyatnya terus meningkat. Wilayah kekuasaan Tidore cukup luas, meliputi [[Pulau Seram]], sebagian [[Halmahera]], [[Raja Ampat]], dan sebagian [[Papua]]. Pengganti Sultan Nuku adalah adiknya, Sultan Zainal Abidin. Ia juga giat menentang [[Belanda]] yang berniat menjajah kembali Kepulauan Maluku.
Kesultanan Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan [[Sultan Nuku]] (1780-1805 M). Sultan Nuku dapat menyatukan Ternate dan Tidore untuk bersama-sama melawan [[Belanda]] yang dibantu [[Inggris]]. [[Belanda]] kalah serta terusir dari Tidore dan Ternate. Sementara itu, [[Inggris]] tidak mendapat apa-apa kecuali hubungan dagang biasa. Sultan Nuku memang cerdik, berani, ulet, dan waspada. Sejak saat itu, Tidore dan Ternate tidak diganggu, baik oleh [[Kerajaan Portugal|Portugal]], [[Spanyol]], [[Belanda]] maupun [[Inggris]] sehingga kemakmuran rakyatnya terus meningkat. Wilayah kekuasaan Tidore cukup luas, meliputi [[Pulau Seram]], sebagian [[Halmahera]], [[Raja Ampat]], dan sebagian [[Papua]]. Pengganti Sultan Nuku adalah adiknya, Sultan Zainal Abidin. Ia juga giat menentang [[Belanda]] yang berniat menjajah kembali Kepulauan Maluku.


=== Aspek Kehidupan Ekonomi dan Sosial ===
=== Aspek Kehidupan Ekonomi dan Sosial ===


Sebagai [[kerajaan]] yang bercorak [[Islam]], masyarakat [[Tidore]] dalam kehidupan sehari-harinya banyak menggunakan hukum Islam. Hal itu dapat dilihat pada saat Sultan Nuku dari Tidore dengan De Mesquita dari [[Kerajaan Portugal|Portugal]] melakukan perdamaian dengan mengangkat sumpah di bawah kitab suci [[Al-Qur’an]].
Sebagai [[kerajaan]] yang bercorak [[Islam]], masyarakat [[Tidore]] dalam kehidupan sehari-harinya banyak menggunakan [[hukum Islam]]. Hal itu dapat dilihat pada saat Sultan Nuku dari Tidore dengan [[De Mesquita]] dari [[Kerajaan Portugal|Portugal]] melakukan perdamaian dengan mengangkat sumpah di bawah kitab suci [[Al-Qur’an]].


Kesultanan [[Tidore]] terkenal dengan rempah-rempahnya, seperti di daerah [[Maluku]]. Sebagai penghasil rempah-rempah, [[Tidore]] banyak didatangi oleh Bangsa-bangsa Eropa. Bangsa Eropa yang datang ke [[Maluku]], antara lain bangsa [[Portugis]], [[Spanyol]], dan [[Belanda]].
Kesultanan [[Tidore]] terkenal dengan rempah-rempahnya, seperti di daerah [[Maluku]]. Sebagai [[penghasil rempah-rempah]], [[Tidore]] banyak didatangi oleh [[Bangsa-bangsa Eropa]]. [[Bangsa Eropa]] yang datang ke [[Maluku]], antara lain bangsa [[Portugis]], [[Spanyol]], dan [[Belanda]].


== Kemunduran Kesultanan Tidore ==
== Kemunduran Kesultanan Tidore ==

[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Dominee Jansen en controleur Riem met de oudste zoon van de sultan voor het paleis van de sultan van Ternate TMnr 60011844.jpg|jmpl|kiri|245px|Putra Sultan Tidore bersama seorang ''controleur'' dan seorang warga [[Belanda]] (sekitar tahun [[1900]]).<ref name="Elvira Tungka Wuisang 2021 pp. 94–103">{{cite journal | last=Elvira | first=Suci | last2=Tungka | first2=Aristotulus Ernst | last3=Wuisang | first3=Cynthia Erlita Virgin | title=Building Typology of Kadato Kie from Tidore Sultanate | journal=Techno: Jurnal Penelitian | volume=10 | issue=1 | date=2021-05-30 | issn=2580-7129 | doi=10.33387/tjp.v10i1.3006 | pages=94–103 | url=https://ejournal.unkhair.ac.id/index.php/Techno/article/view/3006 | access-date=2022-07-25}}</ref>]]


Kemunduran Kesultanan Tidore disebabkan karena diadu domba dengan [[Kesultanan Ternate]] yang dilakukan oleh bangsa asing ([[Spanyol]] dan [[Portugis]]) yang bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil [[rempah-rempah]] tersebut. Setelah Sultan Tidore dan Sultan Ternate sadar bahwa mereka telah diadu Domba oleh [[Kerajaan Portugal|Portugal]] dan [[Spanyol]], mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir [[Kerajaan Portugal|Portugal]] dan [[Spanyol]] ke luar Kepulauan [[Maluku]]. Namun kemenangan tersebut tidak bertahan lama sebab [[VOC]] yang dibentuk [[Belanda]] untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di [[Maluku]] berhasil menaklukkan Ternate dengan strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat.
Kemunduran Kesultanan Tidore disebabkan karena diadu domba dengan [[Kesultanan Ternate]] yang dilakukan oleh bangsa asing ([[Spanyol]] dan [[Portugis]]) yang bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil [[rempah-rempah]] tersebut. Setelah Sultan Tidore dan Sultan Ternate sadar bahwa mereka telah diadu Domba oleh [[Kerajaan Portugal|Portugal]] dan [[Spanyol]], mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir [[Kerajaan Portugal|Portugal]] dan [[Spanyol]] ke luar Kepulauan [[Maluku]]. Namun kemenangan tersebut tidak bertahan lama sebab [[VOC]] yang dibentuk [[Belanda]] untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di [[Maluku]] berhasil menaklukkan Ternate dengan strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat.
Baris 67: Baris 65:
== Daftar Raja dan Sultan Tidore ==
== Daftar Raja dan Sultan Tidore ==
[[Berkas:Istana-sultan-tidore.jpeg|jmpl|275px|Istana Kesultanan Tidore (''Kadato Kie'') di [[Tidore]].]]
[[Berkas:Istana-sultan-tidore.jpeg|jmpl|275px|Istana Kesultanan Tidore (''Kadato Kie'') di [[Tidore]].]]
[[Berkas:Singgasana Sultan dan Permaisuri Tidore.jpg|jmpl|275px|Singgasana Sultan dan Permaisuri Tidore]]
[[Berkas:Jokowi-mendapat-gelar-dari-sultan-tidore.jpg|jmpl|275px|[[Presiden]] [[Joko Widodo]] mendapat plakat setelah menerima anugerah gelar adat dari Sultan Husein Syah di Istana Kesultanan Tidore, [[8 Mei]] [[2015]]<ref>[http://print.kompas.com/baca/2015/05/08/Joko-Widodo-Terima-Gelar-Biji-Nagara-Madafolo-dari Joko Widodo Terima Gelar Biji Nagara Madafolo dari Sultan Tidore.]</ref>.]]
[[Berkas:Jokowi-mendapat-gelar-dari-sultan-tidore.jpg|jmpl|275px|[[Presiden]] [[Joko Widodo]] mendapat plakat setelah menerima anugerah gelar adat dari Sultan Husein Syah di Istana Kesultanan Tidore, [[8 Mei]] [[2015]]<ref>[http://print.kompas.com/baca/2015/05/08/Joko-Widodo-Terima-Gelar-Biji-Nagara-Madafolo-dari Joko Widodo Terima Gelar Biji Nagara Madafolo dari Sultan Tidore.]</ref>.]]
# Kolano Syahjati alias Muhammad Naqil bin Jaffar Assidiq
# Kolano Syahjati alias Muhammad Naqil bin Jaffar Assidiq
Baris 78: Baris 77:
# 1334-1372: Kolano Nuruddin
# 1334-1372: Kolano Nuruddin
# 1372-1405: Kolano Hasan Syah
# 1372-1405: Kolano Hasan Syah
# 1495-1512: Sultan Ciriliyati alias Djamaluddin
# 1495-1512: Sultan Ciriliyati alias Djamaluddin
# 1512-1526: Sultan Al Mansur
# 1512-1526: Sultan Al Mansur
# 1526-1535: Sultan Amiruddin Iskandar Zulkarnain
# 1526-1535: Sultan Amiruddin Iskandar Zulkarnain
Baris 85: Baris 84:
# 1586-1600: Sultan Gapi Baguna
# 1586-1600: Sultan Gapi Baguna
# 1600-1626: Sultan Mole Majimo alias Zainuddin
# 1600-1626: Sultan Mole Majimo alias Zainuddin
# 1626-1631: Sultan Ngora Malamo alias Alauddin Syah; memindahkan pemerintahan dan mendirikan Kadato (Istana) Biji Negara di Toloa
# 1626-1631: Sultan Ngora Malamo alias Alauddin Syah; memindahkan pemerintahan dan mendirikan Kadato ([[Istana]]) Biji Negara di Toloa
# 1631-1642: Sultan Gorontalo alias Saiduddin
# 1631-1642: Sultan Gorontalo alias Saiduddin
# 1642-1653: Sultan Saidi
# 1642-1653: Sultan Saidi
# 1653-1657: Sultan Mole Maginyau alias Malikiddin
# 1653-1657: Sultan Mole Maginyau alias Malikiddin
# 1657-1674: Sultan Saifuddin alias Jou Kota; memindahkan pemerintahan dan mendirikan Kadato (Istana) Salero di Limau Timore ([[Soasiu]])
# 1657-1674: Sultan Saifuddin alias [[Jou Kota]]; memindahkan pemerintahan dan mendirikan [[Kadato]] ([[Istana]]) Salero di Limau Timore ([[Soasiu]])
# 1674-1705: Sultan Hamzah Fahruddin
# 1674-1705: Sultan Hamzah Fahruddin
# 1705-1708: Sultan Abdul Fadhlil Mansur
# 1705-1708: Sultan Abdul Fadhlil Mansur
Baris 103: Baris 102:
# 1856-1892: Sultan Achmad Syaifuddin Alting
# 1856-1892: Sultan Achmad Syaifuddin Alting
# 1892-1894: Sultan Achmad Fatahuddin Alting
# 1892-1894: Sultan Achmad Fatahuddin Alting
# 1894-1906: Sultan Achmad Kawiyuddin Alting alias Shah Juan; setelah wafat, terjadi konflik internal (Kadato Kie dihancurkan) hingga vakumnya kekuasaan
# 1894-1906: Sultan Achmad Kawiyuddin Alting alias Shah Juan; setelah wafat, terjadi konflik internal ([[Kadato Kie]] dihancurkan) hingga vakumnya kekuasaan
# 1947-1967: [[Zainal Abidin Syah|Sultan Zainal Abidin Syah]]; diikuti vakumnya kekuasaan
# 1947-1967: [[Zainal Abidin Syah|Sultan Zainal Abidin Syah]]; diikuti vakumnya kekuasaan
# 1999-2012: Sultan [[Djafar Syah dari Tidore|Djafar Syah]]; pembangunan kembali [[Kadato Kie]]
# 1999-2012: Sultan [[Djafar Syah dari Tidore|Djafar Syah]]; pembangunan kembali [[Kadato Kie]]
Baris 118: Baris 117:


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
* {{id}} [http://history.melayuonline.com/?a=bXNWL29QTS9VenVwRnRCb20%3D= Sejarah Kesultanan Tidore di MelayuOnline.com]
* {{id}} [http://history.melayuonline.com/?a=bXNWL29QTS9VenVwRnRCb20%3D= Sejarah Kesultanan Tidore di MelayuOnline.com] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070927221800/http://history.melayuonline.com/?a=bXNWL29QTS9VenVwRnRCb20== |date=2007-09-27 }}
* {{id}} [https://sultansinindonesieblog.wordpress.com/maluku/sultan-van-tidore/ Sultan van Tidore]
* {{id}} [https://sultansinindonesieblog.wordpress.com/maluku/sultan-van-tidore/ Sultan van Tidore]
* {{id}} [http://www.wartaone.co.id/sejarah-dan-silsilah-kesultanan-tidore/ Sejarah dan Silsilah Kesultanan Tidore]
* {{id}} [http://www.wartaone.co.id/sejarah-dan-silsilah-kesultanan-tidore/ Sejarah dan Silsilah Kesultanan Tidore] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20170329142653/http://www.wartaone.co.id/sejarah-dan-silsilah-kesultanan-tidore/ |date=2017-03-29 }}
{{indo-sejarah-stub}}
{{indo-sejarah-stub}}



Revisi per 17 Maret 2024 20.41

Kesultanan Tidore

كسولتانن تيدور
Kie Ma-Kolano
1081–1815
Bendera Kesultanan Tidore
Bendera
{{{coat_alt}}}
Lambang
Ibu kotaTidore
Bahasa yang umum digunakanTidore
Agama
Islam
PemerintahanMonarki
Sultan, Kie Ma-Kolano 
• 1081
Kolano Syahjati (Muhammad Naqil)
• 1947-1967
Sultan Zainal Abidin Syah
• 2012-Sekarang
Sultan Husain Syah
Sejarah 
• Pertama oleh Raden Mas lV
1081
• Dikuasai
1815
Digantikan oleh
Hindia Belanda
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini
Lukisan Sultan Saifuddin dari Tidore (bertahta 1657-1689).

Kesultanan Tidore adalah kerajaan Islam yang berpusat di wilayah Kota Tidore, Maluku Utara, Indonesia sekarang. Pada masa kejayaannya (sekitar abad ke-16 sampai abad ke-18), kerajaan ini menguasai sebagian besar Pulau Halmahera selatan, Pulau Buru, Pulau Seram, dan banyak pulau-pulau di pesisir Papua barat.

Pada tahun 1521, Sultan Mansur dari Tidore menerima Spanyol sebagai sekutu untuk mengimbangi kekuatan Kesultanan Ternate saingannya yang bersekutu dengan Portugal. Setelah mundurnya Spanyol dari wilayah tersebut pada tahun 1663 karena protes dari pihak Portugal sebagai pelanggaran terhadap Perjanjian Tordesillas 1494, Tidore menjadi salah satu kerajaan paling merdeka di wilayah Maluku. Terutama di bawah kepemimpinan Sultan Saifuddin (memerintah 1657-1689), Tidore berhasil menolak pengusaan VOC terhadap wilayahnya dan tetap menjadi daerah merdeka hingga akhir abad ke-18.

Awal Perkembangan Kesultanan Tidore

Wilayah vasal/kerajaan bawahan dari Kesultanan Tidore di Semenanjung Bomberai dan Doberai, Papua bagian barat.

Kesultanan Tidore terletak di sebelah selatan Ternate. Menurut silsilah raja-raja Ternate dan Tidore, Raja Tidore pertama adalah Muhammad Naqil yang naik tahta pada tahun 1081. Baru pada akhir abad ke-14, agama Islam dijadikan agama resmi Kerajaan Tidore oleh Raja Tidore ke-11, Sultan Djamaluddin, yang bersedia masuk Islam berkat dakwah Syekh Mansur dari Arab.[2]

Aspek Kehidupan

Aspek Kehidupan Politik dan Kebudayaan

Kesultanan Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Nuku (1780-1805 M). Sultan Nuku dapat menyatukan Ternate dan Tidore untuk bersama-sama melawan Belanda yang dibantu Inggris. Belanda kalah serta terusir dari Tidore dan Ternate. Sementara itu, Inggris tidak mendapat apa-apa kecuali hubungan dagang biasa. Sultan Nuku memang cerdik, berani, ulet, dan waspada. Sejak saat itu, Tidore dan Ternate tidak diganggu, baik oleh Portugal, Spanyol, Belanda maupun Inggris sehingga kemakmuran rakyatnya terus meningkat. Wilayah kekuasaan Tidore cukup luas, meliputi Pulau Seram, sebagian Halmahera, Raja Ampat, dan sebagian Papua. Pengganti Sultan Nuku adalah adiknya, Sultan Zainal Abidin. Ia juga giat menentang Belanda yang berniat menjajah kembali Kepulauan Maluku.

Aspek Kehidupan Ekonomi dan Sosial

Sebagai kerajaan yang bercorak Islam, masyarakat Tidore dalam kehidupan sehari-harinya banyak menggunakan hukum Islam. Hal itu dapat dilihat pada saat Sultan Nuku dari Tidore dengan De Mesquita dari Portugal melakukan perdamaian dengan mengangkat sumpah di bawah kitab suci Al-Qur’an.

Kesultanan Tidore terkenal dengan rempah-rempahnya, seperti di daerah Maluku. Sebagai penghasil rempah-rempah, Tidore banyak didatangi oleh Bangsa-bangsa Eropa. Bangsa Eropa yang datang ke Maluku, antara lain bangsa Portugis, Spanyol, dan Belanda.

Kemunduran Kesultanan Tidore

Putra Sultan Tidore bersama seorang controleur dan seorang warga Belanda (sekitar tahun 1900).[3]

Kemunduran Kesultanan Tidore disebabkan karena diadu domba dengan Kesultanan Ternate yang dilakukan oleh bangsa asing (Spanyol dan Portugis) yang bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah Sultan Tidore dan Sultan Ternate sadar bahwa mereka telah diadu Domba oleh Portugal dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir Portugal dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun kemenangan tersebut tidak bertahan lama sebab VOC yang dibentuk Belanda untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku berhasil menaklukkan Ternate dengan strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat.

Daftar Raja dan Sultan Tidore

Istana Kesultanan Tidore (Kadato Kie) di Tidore.
Singgasana Sultan dan Permaisuri Tidore
Presiden Joko Widodo mendapat plakat setelah menerima anugerah gelar adat dari Sultan Husein Syah di Istana Kesultanan Tidore, 8 Mei 2015[4].
  1. Kolano Syahjati alias Muhammad Naqil bin Jaffar Assidiq
  2. Kolano Bosamawange
  3. Kolano Syuhud alias Subu
  4. Kolano Balibunga
  5. Kolano Duko adoya
  6. Kolano Kie Matiti
  7. Kolano Seli
  8. Kolano Matagena
  9. 1334-1372: Kolano Nuruddin
  10. 1372-1405: Kolano Hasan Syah
  11. 1495-1512: Sultan Ciriliyati alias Djamaluddin
  12. 1512-1526: Sultan Al Mansur
  13. 1526-1535: Sultan Amiruddin Iskandar Zulkarnain
  14. 1535-1569: Sultan Kiyai Mansur
  15. 1569-1586: Sultan Iskandar Sani
  16. 1586-1600: Sultan Gapi Baguna
  17. 1600-1626: Sultan Mole Majimo alias Zainuddin
  18. 1626-1631: Sultan Ngora Malamo alias Alauddin Syah; memindahkan pemerintahan dan mendirikan Kadato (Istana) Biji Negara di Toloa
  19. 1631-1642: Sultan Gorontalo alias Saiduddin
  20. 1642-1653: Sultan Saidi
  21. 1653-1657: Sultan Mole Maginyau alias Malikiddin
  22. 1657-1674: Sultan Saifuddin alias Jou Kota; memindahkan pemerintahan dan mendirikan Kadato (Istana) Salero di Limau Timore (Soasiu)
  23. 1674-1705: Sultan Hamzah Fahruddin
  24. 1705-1708: Sultan Abdul Fadhlil Mansur
  25. 1708-1728: Sultan Hasanuddin Kaicil Garcia
  26. 1728-1757: Sultan Amir Bifodlil Aziz Muhidin Malikul Manan
  27. 1757-1779: Sultan Muhammad Mashud Jamaluddin
  28. 1780-1783: Sultan Patra Alam
  29. 1784-1797: Sultan Hairul Alam Kamaluddin Asgar
  30. 1797-1805: Sultan Syaidul Jehad Amiruddin Syaifuddin Syah Muhammad El Mab’us Kaicil Paparangan Jou Barakati Nuku
  31. 1805-1810: Sultan Zainal Abidin
  32. 1810-1821: Sultan Motahuddin Muhammad Tahir
  33. 1821-1856: Sultan Achmadul Mansur Sirajuddin Syah; pembangunan Kadato (Istana) Kie
  34. 1856-1892: Sultan Achmad Syaifuddin Alting
  35. 1892-1894: Sultan Achmad Fatahuddin Alting
  36. 1894-1906: Sultan Achmad Kawiyuddin Alting alias Shah Juan; setelah wafat, terjadi konflik internal (Kadato Kie dihancurkan) hingga vakumnya kekuasaan
  37. 1947-1967: Sultan Zainal Abidin Syah; diikuti vakumnya kekuasaan
  38. 1999-2012: Sultan Djafar Syah; pembangunan kembali Kadato Kie
  39. 2012-sekarang: Sultan Husain Syah

Lihat Pula

Referensi

Pranala luar