Ketupat: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Penambahan pranala
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
Thesillent (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 14: Baris 14:
| other = Umum disajikan saat hari raya [[Idulfitri]] dan Lebaran Ketupat
| other = Umum disajikan saat hari raya [[Idulfitri]] dan Lebaran Ketupat
}}
}}
'''Ketupat''' atau '''kupat''' ({{lang-jv|꧋ꦏꦸꦥꦠ꧀}}; singkatan dari frasa [[bahasa Jawa]] '''ngaku lepat''' yang berarti “mengakui kesalahan” atau '''laku papat''' (4 perilaku) yang juga melambangkan 4 sisi dari ketupat, yaitu lebaran (pintu maaf dibuka lebar-lebar), luberan (berlimpah), leburan (saling memaafkan), dan laburan (bebas dari dosa-dosa) adalah simbol perayaan hari raya Islam pada masa pemerintahan [[Kesultanan Demak]] awal abad ke-15. Ketupat pertama kali muncul di tanah Jawa, diperkenalkan oleh [[Sunan Kalijaga]] kepada masyarakat [[Jawa]]. Sunan Kalijaga menjadikan ketupat sebagai budaya dan [[filosofi Jawa]].<ref>Chinese Muslims in Java in the 15th and 16th centuries : the Malay Annals of Semarang and Cerbon / translated and provided with comments by H.J. de Graaf and Th.G.Th. Pigeaud ; edited by M.C. Ricklefs=https://catalogue.nla.gov.au/Record/1571153</ref><ref>Fadly. Rahman. Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia</ref><ref>Angelina. Rianti. Ketupat as Traditional Food of Indonesia</ref>
'''Ketupat''' ([[Jawi]]: '''کتوڤت''') adalah hidangan khas [[Masakan Melayu]],berbahan dasar [[beras]] yang dibungkus dengan pembungkus terbuat dari [[anyaman]] [[daun]] [[kelapa]] muda (janur), atau kadang-kadang dari daun [[palma]] yang lain. Hidangan ini berasal dari [[Indonesia]], namun juga dapat ditemukan di [[Brunei]], [[Malaysia]], [[Singapura]] dan [[Thailand selatan]]. Di [[Filipina]] juga dijumpai ''bugnoy'' yang mirip ketupat namun dengan pola anyaman berbeda.<ref name="updf">[[Virgilio Almario|Almario, Virgilio]], et al. 2010. ''[[UP Diksyonaryong Filipino|UP Diksiyonaryong Filipino]]'', 2nd ed. [[Anvil Publishing|Anvil]]: [[Pasig City|Pasig]].</ref> Ketupat paling banyak ditemui pada saat perayaan [[Idul Fitri|Lebaran]] sampai 5 hari berikutnya ketika umat [[Islam]] merayakan berakhirnya [[Ramadhan|bulan puasa]].

Ketupat atau kupat berbahan dasar [[beras]] yang dibungkus dengan pembungkus terbuat dari [[anyaman]] [[daun]] [[kelapa]] muda (janur), atau kadang-kadang dari daun [[palma]] yang lain. Hidangan ini berasal dari [[Indonesia]], namun juga dapat ditemukan di [[Brunei]], [[Malaysia]], [[Singapura]] dan [[Thailand selatan]]. Di [[Filipina]] juga dijumpai ''bugnoy'' yang mirip ketupat namun dengan pola anyaman berbeda.<ref name="updf">[[Virgilio Almario|Almario, Virgilio]], et al. 2010. ''[[UP Diksyonaryong Filipino|UP Diksiyonaryong Filipino]]'', 2nd ed. [[Anvil Publishing|Anvil]]: [[Pasig City|Pasig]].</ref> Ketupat paling banyak ditemui pada saat perayaan [[Idul Fitri|Lebaran]] sampai 5 hari berikutnya ketika umat [[Islam]] merayakan berakhirnya [[Ramadhan|bulan puasa]].


Makanan khas yang menggunakan ketupat, antara lain [[kupat tahu]] ([[Sunda]]), [[katupat kandangan]] ([[Banjar]]), grabag ([[kabupaten Magelang|Magelang]]), kupat glabet ([[Kota Tegal]]), [[coto makassar]] (dari [[Makassar]], ketupat dinamakan katupa), [[lotek]], [[tipat cantok]] (Bali), serta [[gado-gado]] yang dapat dihidangkan dengan ketupat atau [[lontong]]. Ketupat juga dapat dihidangkan untuk menyertai [[satai]], meskipun lontong lebih umum.
Makanan khas yang menggunakan ketupat, antara lain [[kupat tahu]] ([[Sunda]]), [[katupat kandangan]] ([[Banjar]]), grabag ([[kabupaten Magelang|Magelang]]), kupat glabet ([[Kota Tegal]]), [[coto makassar]] (dari [[Makassar]], ketupat dinamakan katupa), [[lotek]], [[tipat cantok]] (Bali), serta [[gado-gado]] yang dapat dihidangkan dengan ketupat atau [[lontong]]. Ketupat juga dapat dihidangkan untuk menyertai [[satai]], meskipun lontong lebih umum.

Revisi per 27 Februari 2023 04.03

Ketupat
کتوڤت
Ketupat masak yang belum dibuka disajikan di atas piring.
Nama lainketupat
SajianHidangan utama
Tempat asalIndonesia[1][2]
Suhu penyajianHangat atau temperatur ruangan
Bahan utamaNasi yang dibuat di dalam kantong anyaman daun kelapa muda.
VariasiKetupat pulut, ketupat daun palas, lepet.
Energi makanan
(per porsi )
Semangkuk ketupat sayur memiliki sekitar 93 kalori[3] kkal
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Ketupat atau kupat (bahasa Jawa: ꧋ꦏꦸꦥꦠ꧀; singkatan dari frasa bahasa Jawa ngaku lepat yang berarti “mengakui kesalahan” atau laku papat (4 perilaku) yang juga melambangkan 4 sisi dari ketupat, yaitu lebaran (pintu maaf dibuka lebar-lebar), luberan (berlimpah), leburan (saling memaafkan), dan laburan (bebas dari dosa-dosa) adalah simbol perayaan hari raya Islam pada masa pemerintahan Kesultanan Demak awal abad ke-15. Ketupat pertama kali muncul di tanah Jawa, diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga kepada masyarakat Jawa. Sunan Kalijaga menjadikan ketupat sebagai budaya dan filosofi Jawa.[4][5][6]

Ketupat atau kupat berbahan dasar beras yang dibungkus dengan pembungkus terbuat dari anyaman daun kelapa muda (janur), atau kadang-kadang dari daun palma yang lain. Hidangan ini berasal dari Indonesia, namun juga dapat ditemukan di Brunei, Malaysia, Singapura dan Thailand selatan. Di Filipina juga dijumpai bugnoy yang mirip ketupat namun dengan pola anyaman berbeda.[7] Ketupat paling banyak ditemui pada saat perayaan Lebaran sampai 5 hari berikutnya ketika umat Islam merayakan berakhirnya bulan puasa.

Makanan khas yang menggunakan ketupat, antara lain kupat tahu (Sunda), katupat kandangan (Banjar), grabag (Magelang), kupat glabet (Kota Tegal), coto makassar (dari Makassar, ketupat dinamakan katupa), lotek, tipat cantok (Bali), serta gado-gado yang dapat dihidangkan dengan ketupat atau lontong. Ketupat juga dapat dihidangkan untuk menyertai satai, meskipun lontong lebih umum.

Ada dua bentuk utama ketupat yaitu kepal bersudut tujuh (lebih umum) dan jajaran genjang bersudut enam. Masing-masing bentuk memiliki alur anyaman yang berbeda. Untuk membuat ketupat perlu dipilih janur yang berkualitas yaitu yang panjang dan lebar, tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua.

Sejarah dan Penggunaan Lain

Penjual Ketupat di Jakarta.

Ketupat pertama kali diperkenalkan oleh seorang teolog Indonesia bernama Sunan Kalijaga yang merupakan tokoh penting bagi umat Islam di pulau Jawa . Di pulau Jawa dan sebagian besar Indonesia, ketupat dikaitkan dengan tradisi Islam lebaran (Idul Fitri). Hubungan awal ketupat dengan tradisi lebaran Islam diyakini berasal dari Kesultanan Demak abad ke-15.[8][2][9]

Menurut tradisi Jawa tengah, tradisi lebaran Indonesia pertama kali dimulai ketika Sunan Bonang, salah satu Wali Songo Tuban di pulau Jawa abad ke-15, menyerukan kepada umat Islam untuk meningkatkan kesempurnaan puasa Ramadhan mereka dengan meminta maaf dan memaafkan kesalahan orang lain.

Sunan Kalijaga memperkenalkan ritual lebaran ketupat pada tanggal 8 Syawal, seminggu setelah Idul Fitri dan sehari setelah puasa , Simbol anyaman daun lontar yang disilangkan melambangkan kesalahan dan dosa yang dilakukan oleh manusia, dan lontong bagian dalam yang berwarna putih melambangkan kesucian dan pembebasan dari dosa setelah menjalankan puasa Ramadhan, shalat dan ritual.

Selain di pulau Jawa, tradisi makan ketupat saat Idul Fitri juga bisa ditemui di seluruh Indonesia; dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan tersebar juga ke negara tetangga, termasuk Malaysia, Singapura dan Brunei. ketupat juga telah digunakan sebagai "sajen" selama berabad-abad. Orang-orang menggantung seikat ketupat (biasanya gaya "banten") di pintu untuk mengobati roh leluhur yang mereka yakini akan kembali berkunjung.

Cerita lokal yang diturunkan dari generasi ke generasi telah menghubungkan penciptaan gaya persiapan nasi ini dengan kebutuhan pelaut untuk menjaga nasi yang dimasak agar tidak rusak selama perjalanan laut yang panjang. Daun coco yang digunakan untuk membungkus nasi selalu dibentuk menjadi nasi. berbentuk segitiga atau intan dan disimpan digantung dalam tandan di udara terbuka. Bentuk bungkusnya memudahkan uap air menetes dari nasi yang dimasak sementara daun coco memungkinkan nasi diangin-anginkan dan pada saat yang sama mencegah lalat dan serangga menyentuh.

Nama-nama lokal

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Rianti, Angelina; Novenia, Agnes E.; Christopher, Alvin; Lestari, Devi; Parassih, Elfa K. (March 2018). "Ketupat as traditional food of Indonesian culture". Journal of Ethnic Foods. 5 (1): 4–9. doi:10.1016/j.jef.2018.01.001alt=Dapat diakses gratis. 
  2. ^ a b Wijaya, Yana Gabriella (25 May 2020). Aisyah, Yuharrani, ed. "Sejarah Ketupat, Sajian Lebaran di Indonesia yang Sudah Ada sejak Abad Ke-15". Kompas.com. Kompas. Diakses tanggal 15 January 2021. 
  3. ^ "Calories in indonesian food ketupat sayur". My Fitness Pal. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-06-03. Diakses tanggal 2019-06-03. 
  4. ^ Chinese Muslims in Java in the 15th and 16th centuries : the Malay Annals of Semarang and Cerbon / translated and provided with comments by H.J. de Graaf and Th.G.Th. Pigeaud ; edited by M.C. Ricklefs=https://catalogue.nla.gov.au/Record/1571153
  5. ^ Fadly. Rahman. Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia
  6. ^ Angelina. Rianti. Ketupat as Traditional Food of Indonesia
  7. ^ Almario, Virgilio, et al. 2010. UP Diksiyonaryong Filipino, 2nd ed. Anvil: Pasig.
  8. ^ Jay Akbar (11 August 2010). "Mengunyah Sejarah Ketupat". Historia. Diakses tanggal 1 July 2013. 
  9. ^ "Ketupat Hidangan Ikonik Lebaran Sudah Dikenal Sejak Abad 15". detikcom. Detik. Diakses tanggal 17 January 2021.