Komselindo: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Dani1603 (bicara | kontrib)
Dani1603 (bicara | kontrib)
Baris 44: Baris 44:
Untuk mengatasi masalah ini, Komselindo sempat menjalin kerjasama dengan perusahaan lain yang juga bergerak di AMPS, yaitu [[Metrosel]] yang beroperasi di [[Jawa Tengah]] dan [[Jawa Timur]] dalam bentuk kerjasama jaringan sehingga biaya pengoperasian jaringan keduanya bisa ditekan hingga 40%. Kedua perusahaan pada awal 2001 bahkan sudah merencanakan untuk merger,<ref>[https://www.telecompaper.com/news/metrosel-komselindo-to-merge--259420Metrosel, Komselindo to merge]</ref> yang kemudian pada pertengahan 2001 berusaha mengikutsertakan [[Telesera]],<Ref>[https://jawawa.id/newsitem/three-cellular-operators-plan-to-merge-this-year-1447893297 JP/Three cellular operators plan to merge this year]</ref> walaupun gagal. Selain itu, pada 1999-2002, Komselindo juga meluncurkan berbagai produk, seperti produk prabayar Gesit (yang diklaim paling murah dibanding operator GSM), kartu Swara,<ref>[https://books.google.co.id/books?id=WcbXAAAAMAAJ&q=komselindo+d+amps&dq=komselindo+d+amps&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjp2eudqu7uAhXJqksFHbKyA7wQ6AEwAXoECAQQAgUmmat, Volume 4,Masalah 17-25]</ref> produk Spirit,<ref name=yearbook1/> paket pascabayar Nasional, Spada (Selular Paling Beda), Menari dan promosi panggilan Prorata yang berharga murah.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=ifhWAAAAMAAJ&q=KOMSELINDO+Gesit&dq=KOMSELINDO+Gesit&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjmm8K72LfuAhVBwzgGHchHDuYQ6AEwAXoECAEQAg Panji: majalah berita nasional, Volume 5]</ref><ref name=yearbook/><ref name=temcom/> Upaya lain juga dilakukan seperti berusaha menarik investor strategis, namun tampaknya masih sulit di tengah penurunan pasar.
Untuk mengatasi masalah ini, Komselindo sempat menjalin kerjasama dengan perusahaan lain yang juga bergerak di AMPS, yaitu [[Metrosel]] yang beroperasi di [[Jawa Tengah]] dan [[Jawa Timur]] dalam bentuk kerjasama jaringan sehingga biaya pengoperasian jaringan keduanya bisa ditekan hingga 40%. Kedua perusahaan pada awal 2001 bahkan sudah merencanakan untuk merger,<ref>[https://www.telecompaper.com/news/metrosel-komselindo-to-merge--259420Metrosel, Komselindo to merge]</ref> yang kemudian pada pertengahan 2001 berusaha mengikutsertakan [[Telesera]],<Ref>[https://jawawa.id/newsitem/three-cellular-operators-plan-to-merge-this-year-1447893297 JP/Three cellular operators plan to merge this year]</ref> walaupun gagal. Selain itu, pada 1999-2002, Komselindo juga meluncurkan berbagai produk, seperti produk prabayar Gesit (yang diklaim paling murah dibanding operator GSM), kartu Swara,<ref>[https://books.google.co.id/books?id=WcbXAAAAMAAJ&q=komselindo+d+amps&dq=komselindo+d+amps&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjp2eudqu7uAhXJqksFHbKyA7wQ6AEwAXoECAQQAgUmmat, Volume 4,Masalah 17-25]</ref> produk Spirit,<ref name=yearbook1/> paket pascabayar Nasional, Spada (Selular Paling Beda), Menari dan promosi panggilan Prorata yang berharga murah.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=ifhWAAAAMAAJ&q=KOMSELINDO+Gesit&dq=KOMSELINDO+Gesit&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjmm8K72LfuAhVBwzgGHchHDuYQ6AEwAXoECAEQAg Panji: majalah berita nasional, Volume 5]</ref><ref name=yearbook/><ref name=temcom/> Upaya lain juga dilakukan seperti berusaha menarik investor strategis, namun tampaknya masih sulit di tengah penurunan pasar.


Meskipun menghadapi tantangan, Komselindo tetap berminat untuk mengoperasikan jaringan cdmaOne dengan menyiapkan anggaran US$ 150 juta demi melanjutkan pembangunannya bersama perusahaan [[Kanada]].<ref name=asiacom>[https://books.google.co.id/books?id=V7m1AAAAIAAJ&q=komselindo+CDMA&dq=komselindo+CDMA&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwi-s5rZ0bfuAhXRlOYKHfcNCmoQ6AEwBnoECAEQAg AsiaCom: Asia-Pacific TV, Cable, Satellite, and Telecommunications, Volume 6]</ref> Proyek konversi ke CDMA tersebut akhirnya diluncurkan pada Mei 2000 dengan nama layanan '''V-CDMA''',<ref name=com5>[https://web.archive.org/web/20020817023930/http://www.komselindo.co.id/komselindo_vcdma.htm V-CDMA ( Code Division Multiple Access )]</ref> yang menjangkau Jabodetabek dan Bandung dengan 220 BTS. Untuk mempromosikannya, Komselindo meluncurkan kampanye "Coba Sendiri V-CDMA" di sejumlah [[mal]] di Jakarta, dan pada Agustus 2000, tercatat sudah ada 1.100 pengguna yang menikmati jaringan tersebut.<ref name=cdm/> Namun, sayangnya karena cdmaOne memiliki banyak kelemahan dibanding GSM dan masalah keuangan perusahaan (sehingga sulit melakukan pengembangan dan promosi), maka pengoperasiannya dalam perkembangannya kurang sukses.<ref>[http://informasi-dunia-tik.blogspot.com/2012/02/cdma-sebanding-generasi-3-gsm.html?m=1 CDMA Sebanding Generasi 3 GSM]</ref><ref>[http://kuliselular.blogspot.com/2008/04/mengenal-keluarga-cdma.html?m=1 Mengenal keluarga CDMA]</ref><ref>[https://ariflearning.wordpress.com/2012/09/27/teknologi-seluler-cdma-dan-gsm/amp/ Teknologi Seluler CDMA dan GSM]</ref><ref name=yearbook/><ref>[http://telco-articles.blogspot.com/2005/01/perang-operator-cdma-di-wilayah-jabar.html?m=1 Perang Operator CDMA di Wilayah Jabar & Banten]</ref>
Meskipun menghadapi tantangan, Komselindo tetap berminat untuk mengoperasikan jaringan cdmaOne dengan menyiapkan anggaran US$ 150 juta demi melanjutkan pembangunannya bersama perusahaan [[Kanada]].<ref name=asiacom>[https://books.google.co.id/books?id=V7m1AAAAIAAJ&q=komselindo+CDMA&dq=komselindo+CDMA&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwi-s5rZ0bfuAhXRlOYKHfcNCmoQ6AEwBnoECAEQAg AsiaCom: Asia-Pacific TV, Cable, Satellite, and Telecommunications, Volume 6]</ref> Proyek tersebut akhirnya diluncurkan pada Mei 2000 dengan nama layanan '''V-CDMA''',<ref name=com5>[https://web.archive.org/web/20020817023930/http://www.komselindo.co.id/komselindo_vcdma.htm V-CDMA ( Code Division Multiple Access )]</ref> yang menjangkau Jabodetabek dan Bandung dengan 220 BTS. Untuk mempromosikannya, Komselindo meluncurkan kampanye "Coba Sendiri V-CDMA" di sejumlah [[mal]] di Jakarta, dan pada Agustus 2000, tercatat sudah ada 1.100 pengguna yang menikmati jaringan tersebut.<ref name=cdm/> Namun, sayangnya karena cdmaOne memiliki banyak kelemahan dibanding GSM dan masalah keuangan perusahaan (sehingga sulit melakukan pengembangan dan promosi), maka pengoperasiannya dalam perkembangannya kurang sukses.<ref>[http://informasi-dunia-tik.blogspot.com/2012/02/cdma-sebanding-generasi-3-gsm.html?m=1 CDMA Sebanding Generasi 3 GSM]</ref><ref>[http://kuliselular.blogspot.com/2008/04/mengenal-keluarga-cdma.html?m=1 Mengenal keluarga CDMA]</ref><ref>[https://ariflearning.wordpress.com/2012/09/27/teknologi-seluler-cdma-dan-gsm/amp/ Teknologi Seluler CDMA dan GSM]</ref><ref name=yearbook/><ref>[http://telco-articles.blogspot.com/2005/01/perang-operator-cdma-di-wilayah-jabar.html?m=1 Perang Operator CDMA di Wilayah Jabar & Banten]</ref>


Walaupun demikian, proyek konversi ke CDMA tersebut tetap berusaha dilanjutkan (direncanakan bersama investor strategis) oleh manajemennya, karena dianggap sesuai dengan kepentingan pemiliknya, Bimantara Citra.<ref>[https://bisnis.tempo.co/read/8970/bimantara-berharap-utang-komselindo-dialihkan-jadi-modal Bimantara Berharap Utang Komselindo Dialihkan Jadi Modal]</ref> Ditargetkan, jangkauan jaringan CDMA Komselindo akan diperluas ke sepanjang Sumatra di waktu mendatang dalam dua tahap,<ref name=com5/> yang disusul selanjutnya ke [[Sulawesi Selatan]], [[Sulawesi Utara]], [[Sulawesi Tenggara]] dan [[Sulawesi Tengah]].<Ref name=com7>[https://web.archive.org/web/20000930001335/http://www.komselindo.co.id/komselindo_infotek.htm Informasi Teknologi]</ref> Ada juga rencana pembangunan transmisi ''ring'' dari Jakarta-Bandung dan Jabotabek demi menjamin kehandalan jaringan Komselindo selama 24 jam.<ref name=cdm/>
Walaupun demikian, proyek konversi ke CDMA tersebut tetap berusaha dilanjutkan (direncanakan bersama investor strategis) oleh manajemennya, karena dianggap sesuai dengan kepentingan pemiliknya, Bimantara Citra.<ref>[https://bisnis.tempo.co/read/8970/bimantara-berharap-utang-komselindo-dialihkan-jadi-modal Bimantara Berharap Utang Komselindo Dialihkan Jadi Modal]</ref> Ditargetkan, jangkauan jaringan CDMA Komselindo akan diperluas ke sepanjang Sumatra di waktu mendatang dalam dua tahap,<ref name=com5/> yang disusul selanjutnya ke [[Sulawesi Selatan]], [[Sulawesi Utara]], [[Sulawesi Tenggara]] dan [[Sulawesi Tengah]].<Ref name=com7>[https://web.archive.org/web/20000930001335/http://www.komselindo.co.id/komselindo_infotek.htm Informasi Teknologi]</ref> Ada juga rencana pembangunan transmisi ''ring'' dari Jakarta-Bandung dan Jabotabek demi menjamin kehandalan jaringan Komselindo selama 24 jam.<ref name=cdm/>

Revisi per 23 Maret 2023 19.29

PT Komunikasi Selular Indonesia
Komselindo
Anak perusahaan (2003-2007)
IndustriOperator telekomunikasi seluler
NasibMerger dengan Mobile-8
PenerusMobile-8
Didirikan25 Januari 1995
Ditutup11 Juni 2007
Kantor
pusat
Awalnya: Jl. Tanah Abang II/83[1]
Kemudian berpindah ke: Gedung Elektrindo, Jl. Kuningan Barat 8
Jakarta, Indonesia
ProdukAMPS (1995-2003)
cdmaOne (1997/2000-2003)
PemilikBimantara Citra (via Elektrindo Nusantara) (1995-2003)
Telkom (1995-2003)
Mobile-8 (2003-2007)
Situs webwww.komselindo.co.id di Wayback Machine (diarsipkan tanggal 16 Agustus 2000)

PT Komunikasi Selular Indonesia (disingkat Komselindo) merupakan sebuah perusahaan operator seluler yang pernah beroperasi di Indonesia. Menggunakan teknologi AMPS (berfrekuensi 825-835 MHz band B) dan cdmaOne (berfrekuensi 800 MHz), perusahaan yang didirikan pada tahun 1995 ini awalnya dimiliki dan didirikan secara patungan oleh PT Telekomunikasi Indonesia dan PT Elektrindo Nusantara. Komselindo memiliki visi untuk memberikan nilai lebih pada arus informasi di masyarakat,[3] dengan menjadi operator seluler terdepan yang memberikan beragam layanan berteknologi masa kini dan akan datang dengan jaringan yang baik, untuk kalangan individu maupun korporasi yang menjangkau nasional dan internasional.[4][5]

Adapun operasionalnya secara independen berakhir di tahun 2002, setelah diakuisisi oleh PT Mobile-8 Telecom (kini Smartfren) yang menjadikannya anak usaha yang mengelola jaringannya dengan sistem baru CDMA2000. Pada tahun 2007, Komselindo meleburkan diri dengan induknya Mobile-8, yang mengakhiri operasionalnya setelah berdiri selama 12 tahun.

Sejarah

Pendirian

Komselindo didirikan pada 25 Januari 1995, sebagai perusahaan patungan yang dimiliki oleh PT Elektrindo Nusantara (anak perusahaan Bimantara Citra yang dimiliki oleh Bambang Trihatmodjo) sebesar 65% dan Telkom sebesar 35%. Perusahaan ini diberikan izin untuk menjadi operator seluler dengan sistem AMPS, dan mulai beroperasi pada 1 Juni 1995. Modal dasar pelanggannya adalah pelanggan dari Elektrindo yang dijadikan pelanggan Komselindo sejak Maret 1995.[6][7]

Perlu diketahui sebelumnya bahwa PT Elektrindo sebenarnya bukanlah sebuah operator jaringan seluler yang sudah berdiri sendiri pada masanya, melainkan sebuah perusahaan telekomunikasi yang memproduksi dan menyediakan berbagai sarana dan jasa komunikasi. Perusahaan ini sendiri diberi izin untuk membangun sistem AMPS khusus telepon mobil (istilah resminya STKB-N, Sistem Sambungan Telepon Kendaraan Bermotor Nasional) pada 26 November 1988 oleh Deparpostel (sekarang Kemenparekraf) di sejumlah kota-kota besar, seperti Semarang, Medan, dan Jakarta menggunakan skema bagi hasil bersama Telkom. Pembangunan proyek AMPS ini dilakukan awalnya di Jakarta dan Bandung (dengan kapasitas untuk 25.000 pengguna), sejak September 1990 dan beroperasi pada November 1991 dengan modal US$ 30 juta. Selanjutnya, ekspansi dilakukan juga ke Medan dan Ujungpandang.[8][9][10] Dalam operasionalnya, jaringan Elektrindo disuplai infrasturkturnya oleh Motorola dan menggunakan frekuensi 10 MHz.[11][12] Pada Agustus 1994, antara Telkom dan Elektrindo kemudian disepakati untuk mentransformasikan kerjasama bagi hasil ini menjadi perusahaan patungan,[13] dan kemudian bagian Elektrindo yang menjalankan jasa operator AMPS selanjutnya digabungkan ke perusahaan ini.

Sebagai bagian dari skema pemerintah saat itu, Komselindo diberikan hak untuk beroperasi di Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Jabodetabek, Sumatra Utara serta Aceh,[14] dan untuk melayani konsumennya juga membangun jaringan di 18 kota di 12 provinsi di Indonesia seperti Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar, Ujungpandang, Yogyakarta, Surabaya dan Banjarmasin dengan menggunakan frekuensi 825-835 MHz.[15]

Pengembangan teknologi dan operasional

Dalam tahun pertama beroperasinya, Komselindo mematok target pelanggan sebesar 95.000 dan menyiapkan modal senilai US$ 40 juta (dari pinjaman bank asing),[16] ditambah dengan kerjasama dengan sejumlah pabrikan ponsel seperti Motorola, Ericsson dan Nokia dan kerjasama roaming dengan perusahaan telekomunikasi asing seperti Telstra dari Australia,[17] maupun Metrosel dan Telesera, dua operator AMPS lainnya di dalam negeri.[18] Pada tahun 1997, Komselindo tercatat sudah memiliki 152 BTS di berbagai wilayah, sehingga operasinya meluas ke hampir seluruh Indonesia dan tercatat memiliki pelanggan sebanyak 166.500. Karena itulah, saat itu Komselindo dianggap sebagai perusahaan telekomunikasi bersistem AMPS terbesar di Indonesia.[19] Komselindo juga dikenal sebagai operator yang cukup inovatif, misalnya pada 1997 menandatangani kesepakatan dengan MBf Mastercard untuk membentuk kerjasama kartu kredit serta mempunyai sistem proteksi sejak Oktober 1995.[20]

Komselindo juga berusaha mengembangkan teknologinya menjadi sistem digital, yaitu D-AMPS, yang selanjutnya akan ditingkatkan lagi menjadi CDMA (spesifiknya, IS-95 atau cdmaOne) yang direncanakan dimulai sejak Agustus 1997. Ujicoba dengan sistem CDMA ini pertama kali dilakukan pada September 1995 di Bandung, bekerjasama dengan AT&T.[21][22][18] Selanjutnya, demi memajukan proyek tersebut, Komselindo menggandeng Lucent Technologies (sebuah perusahaan telekomunikasi AS) dan New T&T (dari Hong Kong) untuk membangun sistemnya. Rencananya pihak Komselindo akan membangun jaringan berkapasitas 750.000 pelanggan dan 300 BTS, demi melayani target awal 65.000 pelanggan yang tersebar di Jakarta, Bandung, serta sebagian Sulawesi dan Sumatra.[23][24] Proyek ini memakan biaya US$ 105 juta, dan sebagai upayanya Komselindo melakukan sindikasi kredit dengan sejumlah bank asing dan lokal.[25][26]

Tercatat di tahun 1997, sudah ada beberapa tempat yang berhasil dipasang jaringan cdmaOne Komselindo, dan sebagai bentuk percobaan, ada sekitar 170 pelanggan yang menggunakan jaringan ini secara terbatas di tahun tersebut. Angka ini meningkat menjadi 240 pada 1998 dan 400 di tahun 1999, meskipun masih sangat sedikit jika dibandingkan dengan pengguna AMPS-nya.[18] Jika berhasil diluncurkan (sesuai rencana) pada Oktober 1999,[27][28] maka Komselindo dapat menjadi operator berbasis CDMA pertama di Indonesia.[29] Adapun teknologi tersebut dinilai memiliki banyak kelebihan dibanding AMPS yang digunakan selama ini, seperti anti-penggandaan (cloning), hemat energi, suara yang lebih jernih, tidak ada drop call dan suara robot, serta memberikan fitur baru seperti SMS, voice mail, dan call forward. Selain itu, adaptasi teknologi CDMA juga dianggap sebagai langkah baik demi menghadapi perkembangan teknologi wide band.[18]

Penurunan kinerja

Sayangnya, perjalanan proyek tersebut kemudian harus terhambat oleh pengaruh krisis ekonomi 1997-1998 yang membuat Komselindo terjerat hutang. Hal ini belum ditambah sulitnya mengimpor infrastruktur dan perangkat CDMA akibat tingginya nilai dolar saat itu.[18] Tetap berfokus pada sistem AMPS (ditambah efek krisis) membuat pelanggan Komselindo semakin menurun, dimana pada tahun 1998 menjadi sebesar 65.000, pada Juni 1999 menjadi 53.744, dan tahun 2000 turun lagi menjadi 36.500 pelanggan. Angka penurunan yang bisa mencapai 55% ini membuat perusahaan merugi[30][31] sebesar Rp 34,7 miliar pada 1998 dan Rp 39,41 miliar pada 1999.[18] Hal ini seiring dengan pangsa pasar AMPS yang menurun tajam, dari 48,4% pada 1995 menjadi 4,4% pada 1999 yang disebabkan kalah dengan GSM yang masif.[32]

Untuk mengatasi masalah ini, Komselindo sempat menjalin kerjasama dengan perusahaan lain yang juga bergerak di AMPS, yaitu Metrosel yang beroperasi di Jawa Tengah dan Jawa Timur dalam bentuk kerjasama jaringan sehingga biaya pengoperasian jaringan keduanya bisa ditekan hingga 40%. Kedua perusahaan pada awal 2001 bahkan sudah merencanakan untuk merger,[33] yang kemudian pada pertengahan 2001 berusaha mengikutsertakan Telesera,[34] walaupun gagal. Selain itu, pada 1999-2002, Komselindo juga meluncurkan berbagai produk, seperti produk prabayar Gesit (yang diklaim paling murah dibanding operator GSM), kartu Swara,[35] produk Spirit,[30] paket pascabayar Nasional, Spada (Selular Paling Beda), Menari dan promosi panggilan Prorata yang berharga murah.[36][31][27] Upaya lain juga dilakukan seperti berusaha menarik investor strategis, namun tampaknya masih sulit di tengah penurunan pasar.

Meskipun menghadapi tantangan, Komselindo tetap berminat untuk mengoperasikan jaringan cdmaOne dengan menyiapkan anggaran US$ 150 juta demi melanjutkan pembangunannya bersama perusahaan Kanada.[37] Proyek tersebut akhirnya diluncurkan pada Mei 2000 dengan nama layanan V-CDMA,[38] yang menjangkau Jabodetabek dan Bandung dengan 220 BTS. Untuk mempromosikannya, Komselindo meluncurkan kampanye "Coba Sendiri V-CDMA" di sejumlah mal di Jakarta, dan pada Agustus 2000, tercatat sudah ada 1.100 pengguna yang menikmati jaringan tersebut.[18] Namun, sayangnya karena cdmaOne memiliki banyak kelemahan dibanding GSM dan masalah keuangan perusahaan (sehingga sulit melakukan pengembangan dan promosi), maka pengoperasiannya dalam perkembangannya kurang sukses.[39][40][41][31][42]

Walaupun demikian, proyek konversi ke CDMA tersebut tetap berusaha dilanjutkan (direncanakan bersama investor strategis) oleh manajemennya, karena dianggap sesuai dengan kepentingan pemiliknya, Bimantara Citra.[43] Ditargetkan, jangkauan jaringan CDMA Komselindo akan diperluas ke sepanjang Sumatra di waktu mendatang dalam dua tahap,[38] yang disusul selanjutnya ke Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah.[5] Ada juga rencana pembangunan transmisi ring dari Jakarta-Bandung dan Jabotabek demi menjamin kehandalan jaringan Komselindo selama 24 jam.[18]

Masalah lain yang membelit Komselindo adalah efek krisis ekonomi sehingga membuat perusahaan ini terjerat hutang, sebesar Rp 126 miliar, US$ 143 juta dan Sin$ 13.356. Di situasi sulit tersebut, PT Telkom yang merupakan pemegang 35% saham di Komselindo justru ingin menjual kepemilikannya karena ingin fokus pada bisnis utamanya.[44] Dalam menangani masalahnya, pemegang saham utama Komselindo, Bimantara Citra melakukan restrukturisasi hutang Komselindo pada Juli 2002 yang mencapai US$ 172 juta, mengajukan perdamaian (PKPU) kepada 41 kreditor dan meminta pengalihan hutang menjadi saham.[45][46] Selanjutnya, pada 8 Agustus 2003 perusahaan yang terafiliasi dengan Bimantara, PT Centralindo Pancasakti Cellular dan Telkom sepakat melakukan pertukaran saham: Telkom menjual seluruh sahamnya di Komselindo kepada PT Centralindo sebesar 14,20% (ditambah 20,17% saham Metrosel dan 100% saham Telesera) dengan biaya Rp 185,10 miliar, dan sebagai gantinya, PT Centralindo menyerahkan 35% saham PT Indonusa Telemedia (penyelenggara televisi berlangganan TelkomVision) dan memberi hak untuk membeli 16,85% sahamnya di Pasifik Satelit Nusantara pada Telkom. Manajemen Bimantara menyediakan dana sebesar Rp 900 miliar untuk menuntaskan transaksi ini.[47][48]

Akuisisi oleh Mobile-8 dan merger

Namun, pada akhirnya rencana untuk mengembangkan Komselindo tidak dilanjutkan oleh manajemen Bimantara, yang lebih memilih mendirikan perusahaan baru meskipun tetap melanjutkan rencana ekspansi jaringan CDMA-nya. Perusahaan baru itu dikenal dengan nama PT Mobile-8 Telecom yang didirikan akhir 2002, dan sebagai persiapannya Bimantara menjadikan dua perusahaan komunikasi yang telah diakusisinya, yaitu Metrosel dan Telesera serta Komselindo menjadi anak perusahaan Mobile-8.[49][47][50] Pada akhirnya, sebagai "penerus" Komselindo adalah Fren yang diluncurkan pada 8 Desember 2003 dan berbasis CDMA2000 dengan modal awal salah satunya adalah bekas pelanggan AMPS/cdmaOne Komselindo yang dipindah menjadi CDMA2000, yang pada saat itu sudah menurun drastis menjadi hanya 23.485 pengguna.[51]

Sejak saat itu, Komselindo hanya menjadi anak perusahaan Mobile-8 yang tidak terlalu aktif, namun tetap kadang-kadang digunakan misalnya untuk mengikuti tender jaringan 3G pada 2006.[52] Selain itu, Komselindo, Metrosel dan Telesera juga menjadi pemegang izin jaringan CDMA yang dioperasikan oleh Mobile-8. Pada akhirnya, PT Komunikasi Selular Indonesia dimerger dengan induknya, Mobile-8 pada 11 Juni 2007.[53] Merger ini mengakibatkan izin operasional Mobile-8, yang sebelumnya salah satunya atas nama Komselindo, kini beralih ke Mobile-8.[54]

Produk dan layanan

Mulanya layanan Komselindo hanya bisa dinikmati secara pascabayar, dengan biaya berlangganan terdiri dari biaya abonemen Rp 65.000[55] (kemudian menjadi Rp 30.000) ditambah biaya penggunaan berkomunikasi. Untuk memulai penggunaannya pengguna harus membayar biaya Rp 125.000, yang registrasinya dapat dilakukan di agen (bernama Aktivis - Agen Aktivasi Komselindo),[56] distributor atau penjual yang ditunjuk Komselindo.[57] Kelak layanan pascabayar ini diberi nama Spirit, singkatan dari Selular Paling Irit, atau Selular Pilihan, Ringan, dan Terjangkau.[57]

Belakangan, demi menghadapi penurunan daya beli masyarakat akibat krisis, diperkenalkan varian produk Spirit dengan tarif yang lebih terjangkau, yang awalnya dinamakan "Pro-Kontra" (Program Kontrol Pulsa) sebelum menjadi produk tetap. Adapun varian-variannya meliputi:[58][57]

  • Dakota (Dalam Kota Saja), dengan jangkauan layanan terbatas di Jakarta dan sekitarnya.
  • Menari (Menjangkau Betawi dan Parahyangan), dengan jangkauan layanan terbatas di Jakarta dan Jawa Barat.
  • Terasa (Terima Saja), yang menawarkan tarif murah bagi pemakaian 3 bulan dan 6 bulan.

Selain itu, mengikuti operator seluler lainnya yang meluncurkan layanan prabayar, Komselindo ikut mengeluarkan produk prabayar bernama Gesit, singkatan dari Guna Efisien Dari Spirit pada akhir 1999.[59] Adapun produk ini diciptakan demi pelanggan yang ingin penggunaannya "irit dan terkendali". Pada tahun 2002, jangkauannya mencakup Jakarta, Bandung, Medan, Manado, Makassar dan daerah penyangga kota-kota besar tersebut.[60] Sempat juga diluncurkan kartu prabayar Swara yang memiliki fasilitas bisa digunakan baik di ponsel pengguna maupun telepon umum.[18] Selain produk untuk konsumer, tersedia Spin Voice, yang merupakan layanan komunikasi bagi kebutuhan korporat dengan cakupan di Jakarta, Jawa Barat dan Sumatra Utara.[61]

Adapun fitur spesial yang ditawarkan dalam setiap produk Komselindo, seperti K-Prosel, call waiting, no answer transfer, busy mail, roaming internasional dan voice mail.[62]

Manajemen

Pada 2002:

  • Komisaris Utama: Nurhadijono
  • Komisaris: Aziz Mochdar
  • Komisaris: Kiskendar Suriahardja
  • Direktur Utama: Zen Smith
  • Direktur Keuangan dan Adminstrasi: Hanny Batuna
  • Direktur Teknis: Bambang Soesijanto[63]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Ummat, Volume 1,Masalah 14-19
  2. ^ Ada yang masih punya...
  3. ^ Company Profile
  4. ^ About The Company
  5. ^ a b Informasi Teknologi
  6. ^ Informasi, Volume 16,Masalah 183-186
  7. ^ Untold Story IPO Telkom di NYSE & BEJ
  8. ^ The APT Yearbook
  9. ^ Eksekutif, Masalah 145-150
  10. ^ Warta ekonomi: mingguan berita ekonomi & bisnis, Volume 7,Masalah 33-38
  11. ^ 50 tahun peranan pos & telekomunikasi
  12. ^ Telecommunications Reports, Volume 56,Bagian 2
  13. ^ Accelerated Progress, Indonesian Telecommunications: 50th Indonesia Anniversary
  14. ^ Ummat, Volume 2,Masalah 21-26
  15. ^ Profile of Indonesian Telecommunications Industry & Development
  16. ^ International Financing Review: IFR., Masalah 1110-1113
  17. ^ JP/PT Komselindo prepares int'l roaming service
  18. ^ a b c d e f g h i Strategi PT. Komselindo mengaplikasikan CDMA
  19. ^ Informasi, Masalah 203-208
  20. ^ Eksekutif, Masalah 211-216
  21. ^ Cellular Communications: Worldwide Market Development
  22. ^ JP/Komselindo to upgrade its networks into CDMA
  23. ^ Indonesia, News & Views, Volume 7
  24. ^ Lucent's $256m Asian coups
  25. ^ Project and Trade Finance, Masalah 165-170
  26. ^ Perkembangan Restrukturisasi Kredit Macet Grup Bimantara
  27. ^ a b Tempo, Volume 32,Masalah 12-18
  28. ^ "Website Komselindo". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2002-11-10. Diakses tanggal 2002-11-10. 
  29. ^ CDMA, Kue Bisnis Telekomunikasi yang Banyak Diperebutkan
  30. ^ a b Warta ekonomi: mingguan berita ekonomi & bisnis, Volume 14,Masalah 1-7
  31. ^ a b c Yearbook of Asia-Pacific Telecommunications
  32. ^ Towards a Knowledge-based Economy: East Asia's Changing Industrial Geography
  33. ^ Komselindo to merge
  34. ^ JP/Three cellular operators plan to merge this year
  35. ^ Volume 4,Masalah 17-25
  36. ^ Panji: majalah berita nasional, Volume 5
  37. ^ AsiaCom: Asia-Pacific TV, Cable, Satellite, and Telecommunications, Volume 6
  38. ^ a b V-CDMA ( Code Division Multiple Access )
  39. ^ CDMA Sebanding Generasi 3 GSM
  40. ^ Mengenal keluarga CDMA
  41. ^ Teknologi Seluler CDMA dan GSM
  42. ^ Perang Operator CDMA di Wilayah Jabar & Banten
  43. ^ Bimantara Berharap Utang Komselindo Dialihkan Jadi Modal
  44. ^ On becoming a customer-centric company: transformasi Telkom menjadi perusahaan berbasis pelanggan
  45. ^ Ekonomi Politik Media Penyiaran
  46. ^ Komselindo dan Bakrie Finance Ajukan PKPU
  47. ^ a b Tempo, Volume 31,Masalah 48-52
  48. ^ Warta ekonomi: mingguan berita ekonomi & bisnis, Volume 15,Masalah 18-26
  49. ^ Telecommunications Reform in the Asia-Pacific Region
  50. ^ Gamma, Volume 3,Masalah 6-14
  51. ^ Yearbook of asia-pacific telecommunications
  52. ^ Komselindo dan Samoerna Mundur dari Tender 3G
  53. ^ Merger Tiga Anak Usaha Mobile-8 Efektif
  54. ^ Laporan Keuangan Mobile-8 Telecom, 2007
  55. ^ Memahami Istilah TAGIHAN HANDPHONE...
  56. ^ Agen Aktivasi Komselindo (Aktivis)
  57. ^ a b c Spirit
  58. ^ Pro - Kontra
  59. ^ JP/AMPS cell phone operators to launch prepaid service
  60. ^ Gesit
  61. ^ SpiN - Voice
  62. ^ Info Features
  63. ^ Management