Kuba

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 14 Januari 2006 15.38 oleh *drew (bicara | kontrib) (infobox, prnl luar, wkfkasi)
República de Cuba
SemboyanPatria y Libertad
(Spanyol: "Tanah air dan Kemerdekaan")
Lokasi Kuba
Ibu kota
Havana
Bahasa resmiSpanyol
PemerintahanNegara komunis
Kemerdekaan
 - Perairan (%)
dapat dihiraukan
Populasi
 - Perkiraan 2005
11.346.670 (70)
 - Sensus Penduduk 2002
11.177.743
PDB (KKB)2005
 - Total
US$33,92 miliar (88)
US$3.000 (126)
Mata uangPeso (CUP),
Peso convertible 1
(CUC)
Zona waktu
(UTC-5)
 - Musim panas (DST)
UTC-4
Kode telepon53
Kode ISO 3166CU
Ranah Internet.cu
1. Sebelum diganti dengan peso convertible, Dolar AS digunakan bersama peso sejak 1993 hingga 2004.
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Republik Kuba terdiri atas Pulau Kuba (pulau terbesar di Kepulauan Antilles Besar), Pulau Pemuda dan beberapa pulau kecil di sekitarnya. Nama "Kuba" konon berasal dari sebuah kata dalam bahasa Taíno, cubanacán, yang berarti 'tempat yang sentral'.

Negara ini terletak di Karibia utara, pada pertemuan Laut Karibia, Teluk Meksiko dan Samudra Atlantik. Di sebelah timur laut Kuba - sekitar 144 km - terletak Negara Bagian Florida, AS, dan Bahama. Di sebelah timurnya terdapat Kepulauan Turks dan Caicos serta Haiti, sementara di sebelah barat terdapat Meksiko. Kepulauan Cayman dan Jamaika terletak di sebelah selatan dari ujung timur Kuba. Dibanding Indonesia, luas Kuba masih lebih kecil dari Pulau Jawa.

Kuba merupakan penghasil gula terbesar di dunia setelah Brasil. Meskipun gula merupakan penghasil utama dengan 85% dari ekspornya, namun yang tinggal di dalam negeri masih merupakan negara pemakan gula terbanyak setelah Kosta Rika.


Sejarah

Kuba pertama kali dikunjungi oleh bangsa Eropa ketika Christopher Columbus pertama kali mendarat pada 28 Oktober 1492, di ujung timur Kuba, di Cazigazgo, daerah Baracoa. Diego Velázquez de Cuéllar memimpin invasi Spanyol, menaklukkan penduduk pribumi, menjadi gubernur Kuba untuk Spanyol pada 1511 dan membangun sebuah vila di Baracoa, yang menjadi ibukota pertama pula itu. Pada tahun 1518 tempat ini pun menjadi pusat Keuskupan dari uskup pertama Kuba. [1]

Saat itu Kuba dihuni oleh sekurang-kurangnya dua suku bangsa pribumi yang berbeda: suku Taíno dan Siboney. Kedua suku bangsa ini memiliki kebudayaan neolitikum pra-sejarah, dan barangkali juga budaya zaman perunggu. Sejumlah pakar merasa perlu membedakan suku bangsa Taíno dengan suku bangsa Taíno baru dari Kuba, Lucaya dari Bahama, Jamaika, dan sampai batas tertentu dari Haiti dan Quisqueya (kira-kira Republik Dominika sekarang), karena suku bangsa Taíno baru mempunyai masukan budaya yang jauh lebih beragam dan heterogenitas masyarakat dan etnis yang jauh lebih besar daripada Taíno tinggi yang sejati dari Boriquen (Puerto Riko). Kebanyakan penduduk Kuba dari masa pra-Columbus, termasuk suku bangsa Siboney, pertama-tama dapat digolongkan dalam kelompok umum Taíno baru. Suku bangsa Taíno adalah petani-petani yang cakap dan suku bangsa Siboney adalah masyarakat pemburu-pengumpul dengan sedikit pertanian yang mendukungnya. Suku bangsa Taínos dan Siboney mempunyai adat-istiadat dan kepercayaan yang serupa, yaitu ritual suci yang dipraktikkan dengan menggunakan tembakau yang disebut cohoba, atau "merokok".

Suku bangsa Taínos (Arawak Pulau) adalah bagian kelompok budaya yang umumnya disebut suku Arawak, yang menyebar jauh hingga ke Amerika Selatan. Sisa-sisa puisi, nyanyian, ukiran, dan seni Taíno hingga kini masih ditemukan di seluruh Kepulauan Antilen besar. Suku bangsa Arawak dan kelompok-kelompok budaya serupa lainnya berjasa atas perkembangan sekitar 60% dari tanaman yang umum digunakan sekarang dan bahan-bahan industri utama seperti karet. Bangsa-bangsa Eropa belajar dari penduduk asli Kuba bagaimana membudi-dayakan tembakau dan mengisapnya dalam berbagai cara.

Sekitar 16.000 hingga 60.000, atau barangkali lebih, penduduk asli dari suku bangsa Taíno dan Siboney menghuni Kuba sebelum kolonisasi. Penduduk asli Kuba, termasuk suku bangsa Siboney dan Taíno, dipaksa masuk ke dalam encomiendas (semacam daerah perlindungan) pada masa pendudukan pulau Kuba oleh Spanyol. Salah satu daerah perlindungan yang terkenal adalah Guanabacoa, yang kini merupakan daerah suburban Havana. Banyak penduduk pribumi Kuba yang menjadi korban kebrutalan para conquistador Spanyol (seperti yang dipersaksikan dan diratapi oleh banyak orang seperti Bartolomé de Las Casas) dan penyakit-penyakit yang mereka bawa, yang sebelumnya tak pernah mereka kenal. Kebanyakan conquistador mengambil kaum perempuan Taína sebagai istri mereka, atau sebagai istri tidak resmi mereka, atau seperti yang lebih sering terjadi, sekadar sebagai pemuas kebutuhan seksual mereka karena sedikit sekali perempuan Spanyol yang menyeberangi Samudra Atlantik pada masa itu [2]. Anak-anak mereka disebut mestizo, namun penduduk menyebut mereka Guajiro, yang artinya "orang kita". Kini keturunan suku bangsa Taíno mempertahankan warisan leluhur mereka di dekat Baracoa.

Kuba pertama-tama dijadikan basis untuk penaklukan Spanyol ke benua Amerika, namun pulau itu hampir musnah penduduknya dalam upaya ini. Setelah penaklukan benua Amerika harta kekayaan yang dihasilkan, emas dan perak yang ditambang, batu-batu berharga, cokelat dan produk-produk tumbuhan yang penting saat itu seperti zat pewarna dan obat-obatan, dikirim dengan armada harta karun Spanyol dari benua Amerika dan belakangan juga dari Filipina ke Spanyol, dengan menggunakan pelabuhan-pelabuhan Kuba sebagai pelabuhan yang aman dalam perjalanannya. Pada masa ini terjadi berbagai pemberontakan penduduk pribumi, khususnya pemberontakan yang dipimpin oleh Guamá, salah satu pemimpin Taíno terakhir yang mengadakan perlawanan terhadap kekuasaan Spanyol.

Berkas:Cuba modis.jpg
Kuba dilihat dari udara

Namun setelah pemberontakan Taíno/ Siboney tidak lagi mengancam, muncul ancaman-ancaman lain dari para bajak laut dan kapal-kapal tentara sewaan oleh pemerintah asing (mis. Jacques de Sores), [3]), Alexander Exquemelin dan Henry Morgan) serta penyerbuan oleh negara-negara lain (mis. oleh Teluk Guantánamo di bawah Britania Raya) berusaha merebut harta milik yang telah dikumpulkan oleh orang-orang Spanyol, serta keturunan kolonial mereka yang dipandang sebagai milik mereka sendiri. Serangan-serangan terhadap kapal-kapal dan kota-kota mengharuskan Spanyol menjawabnya dengan mengadakan konvoi-konvoi untuk melindungi kapal-kapal dan membangun benteng-benteng untuk melindungi kota-kota. Namun demikian, pertahanan Kuba yang paling efektif adalah demam kuning yang membunuh pasukan-pasukan penyerbu.

Merkantilisme Spanyol membuat negara itu mempertahankan Kuba dalam keadaan yang relatif terisolasi dari pengaruh-pengaruh luar. Namun sejak pendudukan Havana selama satu tahun oleh Inggris pada 1762 pada akhir Perang Tujuh Tahun, Kuba menjadi lebih terbuka secara ekonomi terhadap impor budak dan kemajuan-kemajuan dalam penanaman dan pemrosesan gula. Benteng La Cabaña yang kukuh, yang tak pernah bisa direbut melalui penyerangan, yang sepenuhnya mendominasi Teluk Havana, dibangun tak lama setelah Havana dikembalikan kepada Spanyol, ditukar dengan Florida. Namun benteng itu belakangan terkenal sebagai tempat penghukuman mati dan penjara, mirip dengan penjara Bastille di Paris. Pasukan kolonial Kuba ikut serta dalam tentara Spanyol pada masa Perang Revolusi Amerika, menolong Spanyol untuk merebut Florida Timur dan Florida Barat. Antara 1791 hingga 1804, banyak orang Prancis yang melarikan diri ke Kuba dari revolusi Haiti, membawa serta bersama mereka budak-budak dan keahlian dalam mengolah gula dan menanam kopi. Akibatnya, Kuba menjadi produsen gula utama dunia, namun pada 1884, perbudakan dihapuskan setelah praktiknya melemah pada masa perjuangan untuk memerdekakan Kuba.

Perjuangan koloni ini untuk merebut kemerdekaan berlangsung sepanjang paruhan kedua dari abad ke-19 dengan perjuangan pertama yang menghasilkan Perang Sepuluh Tahun yang dimulai pada 1868. Penulis dan otak pemberontakan, José Martí mendarat di Kuba bersama para buangan pemberontak pada 1895, namun lebih dari sebulan kemudian terbunuh dalam pertempuran. Hingga kini Marti tetap merupakan pahlawan utama di Kuba, dan warisannya diklaim oleh para pendukung maupun lawan pemerintahan yang sekarang. Meskipun Marti menyukai Konstitusi AS dan populer di AS, ia prihatin terhadap ekspansionisme negara itu.


Lihat pula

Pranala luar