Kusumanto Setyonegoro
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
Kusumanto Setyonegoro (3 Oktober 1924 - 2008) adalah Kepala Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) pada tahun 1965 dan Direktur Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan Republik Indonesia yang pertama, juga merupakan tokoh yang banyak mengembangkan bidang psikiatri di Indonesia serta mengembangkan medical business yang hingga kini masih berkembang pesat di Indonesia.[1]
Kehidupan pribadi
[sunting | sunting sumber]Kusumanto Setyonegoro lahir di Semarang sebagai anak sulung dari empat bersaudara pada tanggal 3 Oktober 1924. Ayah beliau adalah R. Soedjadi Setijonegoro, seorang pendidik yang dilahirkan pada tanggal 17 Agustus 1898 di Pekalongan. Ibunya bernama Sadjika Setijonegoro. Soedjadi pernah menjabat sebagai kepala HIS (Hollands Indische School), HCS (Hollands Chinese School), Direktur Noormal School Muhammadiyah di Solo, direktur Governments Noormal School Blitar dan terakhir diangkat menjadi inspecteur O & E (Onderwys & Erediensi) di Batavia.[1]
Soedjadi punya pengaruh besar terhadap putra sulungnya tersebut, terutama dalam hal keilmuan. Prof. Soedjadi sendiri adalah putera dari Ibu Ragil Kuning yang bersaudara dengan Achmad Budi Aryo, yang merupakan kakek dari Prof. Moelyono Notosoedirdjo, MPH, seorang pejuang kesehatan jiwa di Indonesia yang bertugas di Universitas Airlangga, Surabaya, hal ini membuat Kusumanto terobsesi memajukan dunia psikiatri.[1]
Kusumanto menikah dengan RA Bintarti Soemardjo (yang kemudian sering dipanggilnya dengan panggilan Lief atau Schaat) pada tanggal 5 Maret 1954 di Jakarta. Pernikahan mereka dibuahi 4 orang anak yaitu Anindita K. Budiman, Ari Mahatmanto, Didi Armanto, dan Dudi Aryanto.[1]
Semasa kecil Prof. Kusumanto mengalami kelemahan pada kedua tungkai kakinya sehingga agak terlambat mulai berjalan. Kelak saat usianya mulai lanjut, hal ini kelak menjadi kendala yang amat besar. Terlebih ketika Kusumanto didiagnosis mengalami HNP (Hernia Nucleus Pulposes) yang diikuti dengan operasi pada tahun 1997 yang kurang berhasil. Kondisi ini membawa banyak derita pada Kusumanto. Sebagian waktu senjanya harus dilalui dengan berbagai terapi. Tetapi kelemahan fisik ini tidak menyurutkan semangatnya dalam mengembangkan psikiatri sampai akhir hayatnya.[1]
Pendidikan
[sunting | sunting sumber]Kusumanto memulai pendidikannya di Europese Lagere School di Jember dan dilanjutkan di Surabaya hingga tahun 1938. Kemudian ia melanjutkan di ke Hogere Burgere School di Surabaya sampai tahun 1943. Kusumanto selanjutnya bersekolah di Konig Willem Drie di Jakarta. Setelah Jepang menduduki Indonesia, pada tahun 1947, Kusumanto pun beralih ke Sekolah Menengah Tinggi di Jakarta. Namun usai kejatuhan bala tentara Jepang dalam Perang Dunia II, Kusumanto memilih meninggalkan sekolahnya di Jakarta dan ikut berjuang untuk Indonesia di Karawang dan Rengasdengklok.[1]
Kusumanto di masa kecilnya memang bercita-cita menjadi dokter, atau guru. Alasannya, kedua profesi itu bersifat independen.[2] Diberi kebebasan penuh oleh orangtuanya untuk memilih hari depannya, pria kelahiran Semarang itu lalu memilih masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), rampung pada 1953. Sejak tahun itu pula ia menjadi asisten di almamaternya, sampai kemudian diangkat sebagai guru besar pada universitas yang sama (1965).[2]
Kusumanto adalah penerima beasiswa Colombo Plan di bidang psikiatri di University of California, Berkeley, San Fransisco pada tahun 1959. Pada tahun berikutnya (1960) dia melanjutkan ke New York College of Neurology and Psychiatry, dan pada 1965 ke University of South Wales di Sydney, Australia.[1]
Karier
[sunting | sunting sumber]Beberapa tahun lamanya ia menjadi pengasuh rubrik Konsultasi pada Psikiater, lalu menerbitkan majalah psikiatri Djiwa. Ia juga pengambil inisiatif pendirian Yayasan Kesehatan Jiwa, yang kemudian membuka sanatorium Dharmawangsa di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, serta Kursus Kesehatan Jiwa bagi organisasi wanita yang berminat.[2]
Pada tahun 1965 Kusumanto diangkat sebagai Kepala Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), saat beliau masih menuntut ilmu di Amerika Serikat.[1]
Sejak 1950-an Kusumanto membuat terobosan, antara lain dengan membuat psikiatri sebagai spesialisasi kedokteran tersendiri yang semula berada di bawah ilmu penyakit dalam. Pada masa itu atau sebelumnya psikiater atau dokter jiwa masih dipandang sebagai orang yang bekerja di rumah sakit - rumah sakit jiwa saja. Dan tidak semua universitas kedokteran mengakui bahwa psikiatri adalah bidang spesialisasi yang tersendiri. Pada masa sebelumnya bukan saja psikiatri itu tidak diakui sebagai sebuah organisasi tapi juga dianggap bahwa penanganan gangguan jiwa adalah ranah yang berada di luar kedokteran.[1]
Pandangan dalam bidang psikiatri
[sunting | sunting sumber]"Kurang baik," kata Prof. Dr. R. Kusumanto Setyonegoro, kalau pasien yang sakit kepala langsung diberi obat sakit kepala, yang sakit perut segera diminumi obat sakit perut. Ahli kedokteran jiwa (psikiatri) itu lalu menganjurkan pendekatan kejiwaan. Karena, "Tiada penyakit yang tidak mempengaruhi jiwa manusia, dan tiada penyakit yang karena itu tidak mengembangkan sejumlah gejala psikologis maupun emosional."[2]
Sejak Kusumanto mengepalai Direktorat Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan, 1971, pendekatan eklektik-holistik dinilai cocok diterapkan di Indonesia. Keduanya adalah prinsip yang "tidak terpisahkan, berjalan sejajar, bersamaan (simultan), interaktif, dan integratif". Prinsip eklektik bermaksud memandang pasien secara selektif. Sedangkan prinsip holistik berupaya menempatkan manusia, baik sehat maupun sakit, sebagai suatu keseluruhan yang utuh, dan mempertimbangkan nilai-nilai kemanusiaan.[1][2]
Kesehatan jiwa dimaknai sebagai kesehatan jiwa manusia seutuhnya, bukan sebatas menangani skizofrenia. Kedua prinsip tersebut telah diuji secara ilmiah di Universitas Indonesia. Yaitu lewat disertasi "Pendekatan Eklektik-Holistik di Indonesia dengan Minat Khusus terhadap Masalah Schizofrenia", yang menghasilkan gelar doktor bagi Kusumanto pada 1957.[2]
Makalah
[sunting | sunting sumber]Berikut adalah beberapa makalah, disertasi, dan program kesehatan jiwa yang ditulis oleh Kusumanto:[1]
- Culture and Mental Health in Asia and Pacific (Maret 1969) disampaikan di Honolulu, Amerika Serikat.
- The Development of Psychiatry in Indonesia (1963) disampaikan di Tokyo, Jepang.
- The Problems in Mental Health Education of Profesional Mental Health Workers (1965) disampaikan di Bangkok, Thailand.
- Pendekatan Eklektik-Holistik di Indonesia dengan Minat Khusus terhadap Masalah Schizofrenia [sic!], disertasi (1957).
- Pendekatan Eklektik-Holistik, program doktoral di Indonesia (1960-1962).
Catatan kaki
[sunting | sunting sumber]Artikel ini tidak memiliki kategori atau memiliki terlalu sedikit kategori. Bantulah dengan menambahi kategori yang sesuai. Lihat artikel yang sejenis untuk menentukan apa kategori yang sesuai. Tolong bantu Wikipedia untuk menambahkan kategori. Tag ini diberikan pada Januari 2023. |
- ^ a b c d e f g h i j k Thong, Denny (2011). Memanusiakan Manusia: Menata Jiwa, Membangun Bangsa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. ISBN 978-979-22-7241-3.
- ^ a b c d e f "Apa dan Siapa - R. KUSUMANTO SETYONEGORO". ahmad.web.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-09-15. Diakses tanggal 2020-12-26.