Museum Sulawesi Tengah
Didirikan | 2012 |
---|---|
Lokasi | Jalan Kemiri No. 23, Kelurahan Kamonji, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu, Sulawesi Tengah |
Jenis | Museum |
Situs web | https://museumsulawesitengah.com/ |
Museum Sulawesi Tengah terletak di Jalan Kemiri No. 23, Kelurahan Kamonji, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia.[1] Museum Sulawesi Tengah dibangun di atas tanah seluas 18.330 m2.[2]
Per tahun 2023 tercatat tarif tiket masuk museum ini adalah Rp3.000-Rp4.000 untuk pelajar, Rp5.000 untuk pengunjung dewasa, dan Rp25.000 untuk wisatawan asing.[3]
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Museum Sulawesi Tengah digagas oleh budayawan Sulawesi Tengah yaitu Masyhuddin Masyuda BA, dalam tulisannya yang berjudul Perspektif Pembangunan Museum Negeri Provinsi Sulawesi Tengah yang mempresentasikan pada penataran di Museum Nasional tahun 1975. Upaya menyelamatkan warisan budaya mulai pada tahun 1975 dengan usaha pengumpulan koleksi dengan bantuan Gubernur Sulawesi Tengah.[4]
Pada awalnya, Museum Sulawesi Tengah ini hendak dibangun di Kabupaten Poso dan Kabupaten Donggala. Namun, pada akhirnya pembangunan gedung museum dilakukan di Kota Palu sejak tahun 1977 hingga selesai pada tahun 1978.[5]
Pada tanggal 2 Desember 1987, Museum Sulawesi Tengah resmi ditetapkan sebagai Unit Pelaksana Teknis dalam lingkungan Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor : 0754/0/ 1987. Pada tahun 2001, museum ini menjadi UPTD Museum Sulawesi Tengah yang pengelolaannya dialihkan ke UPTD di bawah koordinasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulawesi Tengah sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Sulawesi Tengah Nomor 6 Tahun 2001. Pengelolaan museum kembali dialihkan ke lingkungan kerja Dinas pendidikan dan Kebudayaan Daerah Sulawesi Tengah dan menjadi UPT Museum Sulawesi Tengah pada tanggal 27 Februari 2-13 dengan berdasarkan kepada Peraturan Gubernur Sulawesi Tengah Nomor 27 Tahun 2013[5]
Fasilitas
[sunting | sunting sumber]Museum Sulawesi Tengah dilengkapi dengan fasilitas dan sarana seperti ruang pameran tetap, ruang pameran temporer, ruang auditorium, ruang administrasi, ruang penyimpanan koleksi dan toilet.[2]
Koleksi
[sunting | sunting sumber]Museum Sulawesi Tengah memiliki koleksi hingga tahun 2021 berjumlah 7472 buah dari berbagai objek-objek seperti geologi, biologi, etnografi, arkeologi, histori, numismatika, filologi, keramik seni rupa, dan teknologi modern[6].
Koleksi geologi
[sunting | sunting sumber]Pada Museum Sulawesi Tengah terdapat koleksi geologi berupa fosil gajah purba, fosil tumbuhan, dan batuan seperti batu kapus, batu marmer, serta pasir besi[6].
Koleksi biologi
[sunting | sunting sumber]Koleksi yang berasal dari makhluk hidup seperti awetan kupu-kupu, tanduk kerbau, tanduk rusa, serta tanduk dan kulit anoa dapat ditemukan pada museum ini[6].
Koleksi etnografi
[sunting | sunting sumber]Objek etnografi yang ditampilkan dalam Museum Sulawesi Tengah mencakup peralatan sehari-hari, alat transportasi, dan tekstil dari 12 kelompok etnis dengan keberagaman adat, agama, dan sistem mata pencaharian[6].
Koleksi arkeologi
[sunting | sunting sumber]Koleksi arkeologi yang ditunjukkan dalam museum ini mencakup kapak persegi, kapak genggam, kapak lonjong, kapak perunggu, beliung, gelang batu, gelang karung, patung tembikar, keris, taiganja, mata panah, gerabah kubur, arca batu, dan pasatimpo[6].
Koleksi histori
[sunting | sunting sumber]Objek historis yang diabadikan di Museum Sulawesi Tengah meliputi peluru meriam, meriam, pedang, baju sira, seperangkat baju Raja Kulawi Tomatiorengken dan dokumen tertulis berupa SK pengangkatan raja dan surat perjanjian[6].
Koleksi numismatika
[sunting | sunting sumber]Museum Sulawesi Tengah menyajikan objek numistika berupa alat tukar yang pernah berlaku di Indonesia, baik dalam bentuk uang kertas maupun uang logam. Koleksi ini di antaranya adalah uang gulden yang digunakan pada masa Belanda, uang yen yang digunakan pada masa Jepa, serta jenis uang lama yang digunakan pada masa orde lama[6].
Koleksi Filologi
[sunting | sunting sumber]Koleksi filologi yang tersimpan pada museum ini adalah kitab atau naskah kuno yang berisi ajaran agama, moral, didaktik, obat-obatan, sejarah, legenda, hingga adat-istiadat. Naskah kuno ini ditulis dengan tangan menggunakan aksara lontara, atau arab, dengan bahan dasar dari kertas biasa, kulit pohon, lontar, ataupun kulit hewan[6].
Koleksi keramik
[sunting | sunting sumber]Keramik yang dikoleksi dalam museum ini berupa guci atau tempayan kecil yang diperoleh dari sumber lokal maupun dari negara asing (Cina, Jepang, Thailand, Kamboja, dan Eropa[6].
Koleksi seni rupa
[sunting | sunting sumber]Pada museum ini, tersimpan karya seni dua dimensi berupa lukisan-lukisan seperti lukisan tarian dero suku Pamona, lukisan permainan musik tradisional lalove, lukisan panorama Sulawesi Tengah, dan lukisan pembuatan kain kulit kayu[6].
Koleksi teknologi
[sunting | sunting sumber]Museum Sulawesi Tengah juga menjadi tempat pameran teknologi dari berbagai bidang. Mulai dari merian kecil, kipas angin logam, lampu minyak, vas bunga logam, setrika, hingga asbak[6].
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ "Mengenal Lebih Dekat Sulawesi Tengah Melalui Museum Sulawesi Tengah". Indonesia Kaya. Diakses tanggal 2022-05-14.
- ^ a b Sekretariat Direktorat Jendral Kebudayaan (2012). Album Budaya: Direktori Museum Indonesia (PDF). Jakarta: Sekretariat Direktorat Jendral Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 603.
- ^ Wardana, Syahrul (2023-12-09). "Museum Provinsi Sulawesi Tengah jangan ketinggalan zaman - TUTURA.ID | Bertutur jernih, menawarkan perspektif". tutura.id. Diakses tanggal 2024-05-16.
- ^ "Museum Negeri Provinsi Sulawesi Tengah". asosiasimuseumindonesia.org. Diakses tanggal 2022-05-14.
- ^ a b Siallangi, Baso (2024-03-03). "Ini Sejarah Terbangunnya Museum Sulawesi Tengah, Yuk Simak Penjelasannya !". Kalampa,id. Diakses tanggal 2024-05-16.
- ^ a b c d e f g h i j k Windayanti, Windayanti; Darwis, Muhammad Achail (2021-11-07). "MUSEUM SULAWESI TENGAH DAN EKSISTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH". Nosarara: Jurnal Pendidikan dan ilmu Sosial (dalam bahasa Inggris). 9 (2): 121–137. ISSN 2614-2554.