Nahdlatul Ulama

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 12 Januari 2022 04.53 oleh Syuhud Al Haqq (bicara | kontrib) (penambahan pejabat Katib 'Aam dan Sekretaris Jenderal)
Nahdlatul Ulama
Lambang dan bendera Nahdlatul Ulama
SingkatanNU
Tanggal pendirian31 Januari 1926 M / 16 Rajab 1344 H
PendiriHadratussyaikh KH. M. Hasjim Asy'ari
Didirikan diKota Surabaya
TipeOrganisasi
TujuanBerlakunya ajaran Islam yang menganut paham Ahlusunah wal Jama'ah untuk terwujudnya tatanan masyarakat yang "moderat" dan berkeadilan demi kemaslahatan, kesejahteraan ummat Islam, negara, serta demi terciptanya rahmat bagi semesta.
Kantor pusatJl. Kramat Raya, No. 164, Jakarta Pusat
Jumlah anggota
108 juta (2019)
Rais 'Aam
K.H. Miftachul Akhyar
Katib 'Aam
KH. Said Asrori
Ketua Umum
K. H. Yahya Cholil Staquf
Sekretaris Jenderal
Drs. H. Saifullah Yusuf
Situs webSitus web resmi

Nahdlatul Ulama (Bahasa Arab : نَهْضَةُ الْعُلَمَاءْ) atau disingkat NU, adalah organisasi keislaman yang berdiri pada 31 Januari 1926 M / 16 Rajab 1344 di Surabaya dan bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, sosial, dan ekonomi. Kehadiran NU merupakan salah satu upaya melembagakan wawasan tradisi keagamaan dan Ahlusunah wal Jama'ah. Selain itu, NU sebagaimana organisasi-organisasi pribumi lain baik yang bersifat sosial, budaya, atau keagamaan yang lahir di masa penjajahan, pada dasarnya merupakan bentuk perlawanan terhadap penjajah. Berdirinya NU ini merupakan suatu kebangkitan kesadaran bernegara dan beragama yang ditampakkan dalam wujud gerakan organisasi untuk menjawab kepentingan nasional dan dunia Islam.

Sejarah

Nahdlatul Ulama mewadahi Ahlussunnah wal Jama’ah tidak hanya karena para ulama ingin berinovasi, namun memang kondisi saat itu sudah sampai pada kondisi krusial dan wajib mendirikan sebuah wadah. Di mana saat itu, di Timur Tengah telah terjadi momentum besar yang dapat mengancam kelestarian Ahlussunnah wal Jama’ah terkait penghapusan sistem khalifah oleh Republik Turki Modern dan ditambah berkuasanya rezim Mazhab Wahabi di Arab Saudi yang sama sekali menutup pintu untuk berkembangnya mazhab lain di tanah Arab saat itu. Menjelang berdirinya NU, beberapa ulama masyhur berkumpul di Masjidil Haram dan sangat mendesak berdirinya orgasnisasi untuk menjaga kelestarian Ahlussunnah wal Jama’ah.[1]

Setelah melakukan istikharah, para ulama di Arab Saudi mengirimkan sebuah pesan kepada KH. Hasyim Asy’ari untuk sowan kepada dua ulama besar di Indonesia saat itu, apabila dua ulama besar ini merestui, maka akan sesegera mungkin dilakukan tindak lanjut, dua orang itu adalah Habib Hasyim, Pekalongan dan Syaikhona Kholil, Bangkalan. Maka KH Hasyim Asy’ari dengan didampingi Kiai Yasin, Kiai Sanusi, Kiai Irfan, dan KH. R. Asnawi datang sowan ke kediamannya Habib Hasyim di Pekalongan.[2] Selanjutnya dilanjutkan dengan sowan ke Syaikhona Kholil Bangkalan, maka KH. Hasyim dan ulama lainnya mendapatkan wasiat dari Syaikhona Kholil untuk segera melaksanakan niatnya itu sekaligus beliau merestuinya.[3]

Kemudian pada tahun 1924, Syaikhona Kholil memanggil muridnya bernama KH. As’ad Syamsul Arifin, yang saat itu berumur 27 tahun untuk menghadap Syaikhona Kholil. Syaikhona berkata : “Santriku, As’ad, tolong antarkanlah tongkat ini ke Kiai Hasyim, di Tebuireng, Jombang dan sampaikan langsung kepada beliau, tetapi sebelum kamu berangkat, kamu harus hafal Surat Thaha ayat 17-23 dan sesampainya di sana bacalah ayat itu di hadapan KH. Hasyim Asy'ari”.

Lalu Kiai As'ad segera berangkat dengan mengayuh sepeda, beliau telah dibekali uang oleh Syaikhona Kholil untuk di perjalanan, namun Kiai As'ad justru berpuasa selama di dalam perjalanan. Kemudian setibanya di Tebuireng, Kiai As’ad segera menghadap Kiai Hasyim Asy'ari dan menyampaikan maksudnya : “Kiai Hasyim, saya telah diutus oleh Syaikhona Kholil untuk mengantarkan dan menyerahkan tongkat ini kepada Kiai”. Lalu tongkat itu diterima dengan penuh perasaan haru dan Kiai Hasyim bertanya kepada Kiai As’ad, “Apakah ada pesan dari Syaikhona?” Lalu Kiai As’ad lantas membaca Surat Thaha ayat 17-23 yang arti terjemahannya :

“Apakah yang ada di tangan kananmu, wahai Musa ? Dia (Musa) berkata, “Ini adalah tongkatku, aku bertumpu padanya, dan aku merontokkan (daun-daun) dengannya untuk (makanan) kambingku, dan bagiku masih ada lagi manfaat yang lain.” Allah berfirman, “Lemparkanlah ia, wahai Musa!” Lalu (Musa) melemparkan tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat. Dia (Allah) berfirman, “Peganglah ia dan jangan takut, Kami (Allah) akan mengembalikannya kepada keadaannya semula, Dan kepitkanlah tanganmu keketiakmu, niscaya ia keluar menjadi putih (bercahaya) tanpa cacat, sebagai mukjizat yang lain, untuk Kami perlihatkan kepadamu sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Kami yang sangat besar”.[4]

Kemudian berselang beberapa hari, Syaikhona Kholil kembali mengutus Kiai As'ad untuk mengantarkan sebuah tasbih kepada KH. Hasyim Asy'ari, dengan penuh rasa tawadhu' dan sikap hormat, Kiai As'ad segera menghadap Syaikhona Kholil untuk menerima tasbih dari beliau. Pada saat Syaikhona Kholil menyerahkan tasbih itu, Kiai As'ad enggan untuk menerima dengan kedua tangannya, beliau memohon kepada Syaikhona untuk mengalungkan tasbih itu ke lehernya dengan maksud agar tidak terjatuh saat di perjalanan dan karena tasbih itu adalah tasbih yang dipakai Syaikhona Kholil setiap harinya, maka Kiai As'ad sama sekali tidak berani memegang dengan tangannya.

Seraya mengalungkan tasbih itu ke leher Kiai As'ad, Syaikhona Kholil berpesan kepada Kiai As'ad untuk mewiridkan Asmaul Husna "Yaa Jabbar Yaa Qahhar" hingga sampai Tebuireng, dan beliau juga mengutus untuk membaca bacaan itu di hadapan Kiai Hasyim sebanyak tiga kali.

Selama di perjalanan, Kiai As'ad juga sama sekali tidak memiliki keberanian untuk menyentuh tasbih itu, hingga sesampainya di Tebuireng, Kiai As'ad segera menghadap Kiai Hasyim dan memohon kepada Kiai Hasyim untuk mengambil tasbih itu dari lehernya dan Kiai As'ad membaca "Yaa Jabbar Ya Qahhar". Setelah tasbih itu diterima oleh Kiai Hasyim, beliau sangat terharu dan menangis sebab niatnya untuk mendirikan wadah Ahlussunnah wal Jama'ah semakin bulat.

KH. Hasyim Asy'ari telah menangkap dua isyarat kuat tersebut yang mengartikan bahwasannya Syakhona Kholil telah memantapkan hati beliau dan merestui didirikannya Jam'iyah Nahdlatul Ulama.[5] Setahun kemudian, pada tanggal 31 Desember 1926 M / 16 Rajab 1344 H di Surabaya berkumpul para ulama se-Jawa-Madura. Mereka bermusyawarah dan sepakat mendirikan organisasi Islam Nahdlatul Ulama.


Paham keagamaan

Nahdlatul Ulama menganut paham Ahlussunah wal Jama'ah, yaitu sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara Nash (Al Qur'an dan Hadits) dengan Akal (Ijma' dan Qiyas). Oleh sebab itu sumber hukum Islam bagi warga NU tidak hanya Al Qur'an, dan As Sunnah saja, melainkan juga menggunakan kemampuan akal ditambah dengan realitas empiris.

Maka, di dalam persoalan aqidah, NU merujuk kepada Imam Abul Hasan Al Asy'ari, sedangkan dalam persoalan fiqih, NU merujuk kepada Imam Syafi'i, dan dalam bidang tashawwuf, NU merujuk kepada Imam Al Ghazali. Namun NU tetap mengakui dan bersikap tasamuh kepada para mujtahid lainnya, seperti dalam bidang aqidah dikenal seorang mujtahid bernama Abu Mansur Al Maturidi, kemudian dalam bidang fiqih terdapat tiga mujtahid besar selain Imam Syafi'i, yakni Imam Abu Hanifah, Imam Malik, dan Imam Hanbali, serta dalam bidang tashawwuf dikenal pula Imam Junaid al-Baghdadi

Adapun gagasan "Kembali ke Khittah NU" pada tahun 1984 merupakan momentum penting untuk menafsirkan kembali ajaran Ahlussunnah wal Jamaah, serta merumuskan kembali metode berpikir, baik dalam bidang fiqih maupun sosial, serta merumuskan kembali hubungan NU dengan Negara. Gerakan tersebut berhasil kembali membangkitkan gairah pemikiran dan dinamika sosial dalam NU.[6]

Hirarki organisasi

  1. PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) untuk tingkat nasional
  2. PWNU (Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama) untuk tingkat provinsi
  3. PCNU (Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama) untuk tingkat kabupaten/kota
  4. MWCNU (Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama) untuk tingkat kecamatan
  5. Pengurus Ranting untuk tingkat desa/kelurahan
  6. Pengurus Anak Ranting untuk tingkat dusun
  7. PCINU (Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama) untuk cabang di luar negeri.

Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
Lambang Nahdlatul UIama

K.H. Miftachul Akhyar
Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama


Dr. (H.C.) K.H. Yahya Cholil Staquf
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
SingkatanNU
Dibentuk31 Januari 1926[7]
Pejabat pertamaK.H. M. Hasyim Asy’ari (Rais Akbar)
H. Hasan Gipo (Ketua Umum)
Situs webwww.nu.or.id

Kepengurusan Nahdlatul Ulama dibedakan menjadi dua, yakni Syuriah (setara legislatif) dan Tanfidziyah (setara eksekutif). Jabatan tertinggi Syuriah disebut Rais' Aam, sedangkan jabatan tertinggi Tanfidziyah disebut Ketua Umum. Kedudukan pimpinan tertinggi berada di posisi Rais ‘Aam dan membawahi Ketua Umum. Aktivitas organisasi dan segala program yang dilakukan oleh Ketua Umum harus atas izin dan restu dari Rais ‘Aam selaku pimpinan tertinggi.

Daftar Rais 'Aam

Rais 'Aam adalah jabatan paling tinggi didalam tubuh kepengurusan Nahdlatul Ulama’ yang keberadannya ada di dalam jajaran syuriah (sesepuh yang dimuliakan). Rais ‘Aam dibantu oleh Wakil, Katib ‘Aam, dan A'wan. Jabatan Rais 'Aam pertama kali adalah K.H. M. Hasyim Asy'ari dengan gelar Rais Akbar sebab beliau sebagai pendiri sekaligus pimpinan tertinggi pertama kali di dalam Nahdlatul Ulama. Sepeninggal K.H. M. Hasyim Asy’ari, jabatan tertinggi ini tidak lagi disebut Rais Akbar, melainkan Rais ‘Aam. Saat ini pejabat Rais 'Aam masa khidmat 2022-2027 adalah K.H. Miftachul Akhyar.

No Potret Nama Masa Khidmat Dipilih melalui
1 K.H. Muhammad Hasyim Asy'ari 1926-1947
  • Muktamar I (1926)
  • Muktamar II (1927)
  • Muktamar III (1928)
  • Muktamar IV (1929)
  • Muktamar V (1930)
  • Muktamar VI (1931)
  • Muktamar VII (1932)
  • Muktamar VIII (1933)
  • Muktamar IX (1934)
  • Muktamar X (1935)
  • Muktamar XI (1936)
  • Muktamar XII (1937)
  • Muktamar XIII (1938)
  • Muktamar XIV (1939)
  • Muktamar XV (1940)
  • Muktamar XVI (1946)
2 K.H. Abdul Wahab Hasbullah 1947-1971
  • Muktamar XVII (1947)
  • Muktamar XVIII (1948)
  • Muktamar XIX (1951)
  • Muktamar XX (1954)
  • Muktamar XXI (1956)
  • Muktamar XXII (1959)
  • Muktamar XXIII (1962)
  • Muktamar XXIV (1967)
3 K.H. Bisri Syansuri 1971-1980 [a]
  • Muktamar XXV (1971)
  • Muktamar XXVI (1979)
4 K.H. Ali Maksum 1981-1984
  • Dipilih melalui Munas NU di Yogyakarta pada 28 Agustus 1981
5 K.H. Ahmad Shiddiq 1984-1991[b]
  • Muktamar XXVII (1984)
  • Muktamar XXVIII (1989)
6 Ag. H. Ali Yafie[c] 1991-1992
7 K.H. Ilyas Ruhiat 1992-1999
  • Muktamar XXIX (1994)
8 Dr. (H.C.) K.H. M. A. Sahal Mahfudh 1999-2014[d]
  • Muktamar XXX (1999)
  • Muktamar XXXI (2004)
  • Muktamar XXXII (2010)
9 Dr. (H.C.) K.H. Ahmad Mustofa Bisri 2014-2015
10 Prof. Dr. (H.C.) K.H. Ma'ruf Amin 2015-2018[e]
  • Muktamar XXXIII (2015)
11 K.H. Miftachul Akhyar 2018-2027
  • Terpilih secara aklamasi pada 22 September 2018 mengantikan K.H. Ma'ruf Amin
  • Muktamar XXXIV (2021)

Daftar Ketua Umum

Ketua Umum adalah jabatan tertinggi tanfiziyah selaku pelaksana (eksekutif) yang melalukan program-program serta aktivitas organisasi dengan harus atas izin dan restu dari Rais ‘Aam. Ketua umum didampingi oleh Wakil, Sekretaris Jenderal, dan Bendahara. Jabatan Ketua Umum pertama kali adalah K.H. Hasan Gipo. Saat ini Ketua Umum NU masa khidmat 2022-2027 adalah K.H. Yahya Cholil Staquf.

No Potret Nama Masa Khidmat Dipilih melalui
1 K.H. Hasan Gipo 1926-1929
  • Muktamar I (1926)
  • Muktamar II (1927)
  • Muktamar III (1928)
2 K.H. Ahmad Noor 1929-1937
  • Muktamar IV (1929)
  • Muktamar V (1930)
  • Muktamar VI (1931)
  • Muktamar VII (1932)
  • Muktamar VIII (1933)
  • Muktamar IX (1934)
  • Muktamar X (1935)
  • Muktamar XI (1936)
3 K.H. Mahfudh Siddiq 1937-1944[A]
  • Muktamar XII (1937)
  • Muktamar XIII (1938)
  • Muktamar XIV (1939)
  • Muktamar XV (1940)
4 K.H. Nahrawi Tahir 1944-1951
  • Muktamar XVI (1946)
  • Muktamar XVII (1947)
  • Muktamar XVIII (1948)
5 K.H. Abdul Wahid Hasyim 1951-1954
  • Muktamar XVIX (1951)
6 K.H. Muhammad Dahlan 1954-1956
  • Muktamar XX (1954)
7 Dr. (H.C.) K.H. Idham Chalid 1956-1984
  • Muktamar XXI (1956)
  • Muktamar XXII (1959)
  • Muktamar XXIII (1962)
  • Muktamar XXIV (1967)
  • Muktamar XXV (1971)
  • Muktamar XXVI (1979)
8 Dr. (H.C.) K.H. Abdurrahman Wahid 1984-1999
  • Muktamar XXVII (1984)
  • Muktamar XXVIII (1989)
  • Muktamar XXIX (1994)
9 K.H. Ahmad Hasyim Muzadi 1999-2010
  • Muktamar XXX (1999)
  • Muktamar XXXI (2004)
10 Prof. Dr. K.H. Said Aqil Siroj, M.A. 2010-2021
  • Muktamar XXXII (2010)
  • Muktamar XXXIII (2015)
11 Dr. (H.C.) K.H. Yahya Cholil Staquf 2022-2027
  • Muktamar XXXIV (2021)

Referensi

  1. ^ "NU Online". nu.or.id. Diakses tanggal 2021-12-03. 
  2. ^ "NU Online". nu.or.id. Diakses tanggal 2021-12-03. 
  3. ^ "Home". Tebuireng Online (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-12-03. 
  4. ^ Kemenag. "Al Quran kemenag". 
  5. ^ "NU Online". nu.or.id. Diakses tanggal 2021-12-03. 
  6. ^ tim. "Sejarah Berdirinya NU Sejak Masa Penjajahan". nasional. Diakses tanggal 2021-12-03. 
  7. ^ "Sejarah Nahdlatul Ulama". NU Online. Diakses tanggal 20 Februari 2022. 
  8. ^ Sahal, Hamzah (26 Januari 2021). Ahsan, Ivan Aulia, ed. "KH Ali Yafie, Mantan Rais Aam NU yang Berani Minta Soeharto Mundur". Tirto. Diakses tanggal 20 Februari 2022. 
  9. ^ Auliani, Palupi Annisa (3 Maret 2014). "Gus Mus Gantikan Almarhum Kiai Sahal sebagai Rais Am PBNU". Kompas.com. 
  10. ^ Nurita, Dewi (22 September 2018). Chairunnisa, Ninis, ed. "Ma'ruf Amin Resmi Mundur dari Jabatan Rais Aam PBNU". Tempo. Diakses tanggal 20 Februari 2022. 
  11. ^ Ismail, Faisal (Desember 2011). "The Nahdlatul Ulama: Its Early History and Contribution to the Establishment of Indonesian State". Journal of Indonesian Islam. The Institute for the Study of Religion and Society (LSAS) and the Postgraduate Program (PPs), the State Institute for Islamic Studies (IAIN) Sunan Ampel Surabaya - Indonesia. Vol. 5: 269. 
  1. ^ Wafat pada 25 April 1980 di tengah masa jabatan
  2. ^ Wafat pada 23 Januari 1991 di tengah masa jabatan
  3. ^ Mengundurkan diri sebagai Pejabat Sementara Rais 'Aam NU pada 21 Januari 1992[8]
  4. ^ Wafat pada 29 Januari 2014 di tengah masa jabatan
  5. ^ Mengundurkan diri pada 22 September 2018 setelah ditetapkan sebagai Calon Wakil Presiden Republik Indonesia 2019–2024[10]

Muktamar

Muktamar

ke

Lokasi Tahun Rais 'Aam Ketua Umum
1 Surabaya 1926 KH. Hasyim Asy'ari (Rais Akbar) KH. Hasan Gipo
2 Surabaya 1927 KH. Hasyim Asy'ari (Rais Akbar) KH. Hasan Gipo
3 Surabaya 1928 KH. Hasyim Asy'ari (Rais Akbar) KH. Hasan Gipo
4 Semarang 1929 KH. Hasyim Asy'ari (Rais Akbar) KH. Ahmad Noor
5 Pekalongan 1930 KH. Hasyim Asy'ari (Rais Akbar) KH. Ahmad Noor
6 Cirebon 1931 KH. Hasyim Asy'ari (Rais Akbar) KH. Ahmad Noor
7 Bandung 1932 KH. Hasyim Asy'ari (Rais Akbar) KH. Ahmad Noor
8 Jakarta 1933 KH. Hasyim Asy'ari (Rais Akbar) KH. Ahmad Noor
9 Banyuwangi 1934 KH. Hasyim Asy'ari (Rais Akbar) KH. Ahmad Noor
10 Surakarta 1935 KH. Hasyim Asy'ari (Rais Akbar) KH. Ahmad Noor
11 Banjarmasin 1936 KH. Hasyim Asy'ari (Rais Akbar) KH. Ahmad Noor
12 Malang 1937 KH. Hasyim Asy'ari (Rais Akbar) KH. Mahfudz Siddiq
13 Banten 1938 KH. Hasyim Asy'ari (Rais Akbar) KH. Mahfudz Siddiq
14 Magelang 1939 KH. Hasyim Asy'ari (Rais Akbar) KH. Mahfudz Siddiq
15 Surabaya 1940 KH. Hasyim Asy'ari (Rais Akbar) KH. Mahfudz Siddiq
16 Banyumas 1946 KH. Hasyim Asy'ari (Rais Akbar) KH. Nahrawi Thohir
17 Madiun 1947 KH. A. Wahhab Hasbullah KH. Nahrawi Thohir
18 DKI Jakarta 1948 KH. A. Wahhab Hasbullah KH. Nahrawi Thohir
19 Palembang 1951 KH. A. Wahhab Hasbullah KH. A. Wahid Hasyim
20 Surabaya 1954 KH. A. Wahhab Hasbullah KH. Muhammad Dahlan
21 Medan 1956 KH. A. Wahhab Hasbullah Dr. KH. Idham Chalid
22 DKI Jakarta 1959 KH. A. Wahhab Hasbullah Dr. KH. Idham Chalid
23 Surakarta 1962 KH. A. Wahhab Hasbullah Dr. KH. Idham Chalid
24 Bandung 1967 KH. A. Wahhab Hasbullah Dr. KH. Idham Chalid
25 Surabaya 1971 KH. Bisri Syansuri Dr. KH. Idham Chalid
26 Semarang 1979 KH. Bisri Syansuri Dr. KH. Idham Chalid
27 Situbondo 1984 KH. Ahmad Shidiq Dr. KH. Abdurrahman Wahid
28 Yogyakarta 1989 KH. Ahmad Shidiq Dr. KH. Abdurrahman Wahid
29 Tasikmalaya 1994 KH. Ahmad Shidiq Dr. KH. Abdurrahman Wahid
30 Kediri 1999 Dr. KH. M. A. Sahal Mahfuz KH. Ahmad Hasyim Muzadi
31 Surakarta 2004 Dr. KH. M. A. Sahal Mahfuz KH. Ahmad Hasyim Muzadi
32 Makassar 2010 Dr. KH. M. A. Sahal Mahfuz Prof. Dr. K.H. Said Aqil Siroj, M.A.
33 Jombang 2015 Prof. Dr. K. H. Ma'ruf Amin Prof. Dr. K.H. Said Aqil Siroj, M.A.
34 Lampung 2021 KH. Miftachul Akhyar KH.Yahya Cholil Staquf

Lembaga

Lembaga Nahdlatul Ulama adalah perangkat organisasi Nahdlatul Ulama yang berfungsi sebagai pelaksana kebijakan Nahdlatul Ulama sesuai dan berkaitan dengan kelompok masyarakat tertentu dan yang memerlukan penanganan khusus. Lembaga Nahdlatul Ulama meliputi:

  1. Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU)
  2. Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama (LBMNU)
  3. Lembaga Pendidikan Ma'arif Nahdlatul Ulama (LPMNU)
  4. Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMI-NU)
  5. Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU)
  6. Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (LPPNU)
  7. Lembaga Pelayanan Kesehatan Nahdlatul Ulama (LPKNU)
  8. Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKKNU)
  9. Lembaga Kajian & Pengembangan SDM Nahdlatul Ulama (LAKPESDAM-NU)
  10. Lembaga Penyuluhan & Bantuan Hukum Nahdlatul Ulama (LPBHNU)
  11. Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia Nahdlatul Ulama (LESBUMI)
  12. Lembaga Zakat, Infaq, & Shadaqah Nahdlatul Ulama (LAZISNU)
  13. Lembaga Waqaf & Pertanahan Nahdlatul Ulama (LWPNU)
  14. Lembaga Takmir Masjid Nahdlatul Ulama (LTMNU)
  15. Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU)
  16. Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU)
  17. Lembaga Penanggulangan Bencana & Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBPINU)
  18. Lembaga Ta'lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTNNU)
  19. Lembaga Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU)

Badan Otonom

Badan Otonom NU adalah perangkat organisasi Nahdlatul Ulama yang berfungsi melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama yang berkaitan dengan kelompok masyarakat tertentu dan beranggotakan perorangan. Badan otonom dikelompokkan dalam kategori badan otonom berbasis usia dan kelompok masyarakat tertentu, dan badan otonom berbasis profesi dan kekhususan lainnya. Badan otonom Nahdlatul Ulama meliputi:

  1. Gerakan Pemuda Ansor / GP Ansor (berdiri 24 April 1934)
  2. Muslimat (berdiri 29 Maret 1946)
  3. Fatayat (24 April 1950)
  4. Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama / IPNU (berdiri 24 Februari 1954)
  5. Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama / IPPNU (berdiri 3 Maret 1955)
  6. Jam'iyyah Ahlith Thariqah al-Mu'tabarah an-Nahdliyyah / JATMAN (berdiri 10 Oktober 1957)
  7. Jam'iyatul Qurra' wal Huffazh / JQH (berdiri 1950)
  8. Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama / ISNU (berdiri 2010)
  9. Sarikat Buruh Muslimin Indonesia / SARBUMUSI (berdiri 27 September 1955)
  10. Pencak Silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa (berdiri 3 Januari 1986)
  11. Persatuan Guru Nahdlatul Ulama / PERGUNU (berdiri 14 Januari 1959)
  12. Serikat Nelayan Nahdlatul Ulama / SNNU (15 Agustus 2015)
  13. Ikatan Seni Hadrah Indonesia / ISHARI (berdiri 1959)
  14. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia / PMII (berdiri 17 April 1960)

NU dan Politik

Pertama kali NU terjun pada politik praktis pada saat menyatakan memisahkan diri dengan Masyumi pada tahun 1952 dan kemudian mengikuti pemilu 1955. NU cukup berhasil dengan meraih 45 kursi DPR dan 91 kursi Konstituante. Pada masa Demokrasi Terpimpin NU dikenal sebagai partai yang mendukung Soekarno, dan bergabung dalam NASAKOM (Nasionalis, Agama, Komunis). Nasionalis diwakili Partai Nasional Indonesia (PNI), Murba (Musyawarah Rakyat Banyak), dll. Agama diwakili Partai Nahdhatul Ulama, Masyumi, Partai Katolik, Parkindo (Partai Kristen Indonesia), dll. Dan Komunis diwakili oleh Partai Komunis Indonesia (PKI).

NU kemudian menggabungkan diri dengan Partai Persatuan Pembangunan pada tanggal 5 Januari 1973 atas desakan penguasa orde baru Mengikuti pemilu 1977 dan 1982 bersama PPP. Pada muktamar NU di Situbondo, NU menyatakan diri untuk 'Kembali ke Khittah 1926' yaitu untuk tidak berpolitik praktis lagi.

Namun setelah reformasi 1998, muncul partai-partai yang mengatasnamakan NU. Yang terpenting adalah Partai Kebangkitan Bangsa yang dideklarasikan oleh Abdurrahman Wahid. Pada pemilu 1999 PKB memperoleh 51 kursi DPR dan bahkan bisa mengantarkan Abdurrahman Wahid sebagai Presiden RI. Pada pemilu 2004, PKB memperoleh 52 kursi DPR.

Partai penerus

Lihat Pula

Referensi

Pranala luar

Peringatan

Sebagian atau keseluruhan dari artikel ini dicurigai telah melanggar hak cipta dari tulisan pihak di luar Wikipedia, dan selanjutnya akan dimasukkan dalam daftar Wikipedia:Artikel bermasalah hak cipta:

Disarankan untuk tidak melakukan perubahan apapun sampai masalah pelanggaran hak cipta di artikel ini diteliti pengguna lain dan diputuskan melalui konsensus

  • Jika Anda ingin menulis ulang artikel ini sebagai tulisan yang sama sekali baru, untuk sementara tuliskan di sini.
Berikan komentar mengenai hal tersebut di halaman diskusi artikel ini.
Perhatikan bahwa hanya mengubah sedikit atau beberapa bagian dari tulisan asli tidak cukup untuk menghilangkan pelanggaran hak cipta dari tulisan ini. Lebih baik membangun kembali artikel ini dari awal sedikit demi sedikit daripada membajak tulisan orang lain demi sebuah artikel besar.
  • Jika Anda sebenarnya memang adalah pemilik sumber tulisan asli yang dimaksudkan (dan termasuk pula pemilik bukti tulisan yang menjadi dasar kecurigaan pelanggaran hak cipta), dan ingin membebaskan hak cipta tulisan tersebut sesuai GNU Free Documentation License:
berikan keterangan di halaman diskusi artikel ini, kemudian bisa menampilkan pesan izin tersebut di halaman aslinya, atau berikan izin tertulis ke Wikipedia melalui email yang alamatnya tersangkut langsung dengan sumber tersebut ke alamat [email protected] atau surat tertulis ke Wikimedia Foundation. Berikan izin secara eksplisit bahwa tulisan tersebut telah dibebaskan ke dalam lisensi CC BY-SA 3.0 dan lisensi GFDL.
  • Jika tulisan bukti memang berada di wilayah lisensi yang bisa untuk dipublikasikan di Wikipedia,:
Jelaskan hal tersebut di halaman diskusi artikel ini, dengan bukti referensi yang tepat dan benar.

Kecuali kecurigaan hak cipta ini bisa dibuktikan salah dalam waktu paling lambat dua minggu, artikel ini akan dihapus

  • Memuat artikel yang melanggar hak cipta adalah pelanggaran hukum dan tidak sesuai dengan Kebijakan Wikipedia.
  • Jika Anda memiliki pertanyaan mengenai hak cipta, silakan lihat Hak cipta.
  • Pengguna yang secara berulang memuat artikel yang melanggar hak cipta akan diblokir dari hak penyuntingan.
  • Untuk sementara, pemuatan asli masih bisa dilihat melalui di halaman versi terdahulu.
  • Anda dipersilakan memuat kontibusi orisinil.