Lompat ke isi

Orang Yahudi Arab

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Yahudi Arab (bahasa Arab: اليهود العرب al-Yahūd al-ʿArab; Ibrani: יהודים ערבים Yehudim `Aravim) adalah istilah yang merujuk pada orang Yahudi yang tinggal di dunia Arab, atau orang-orang Arab dari keturunan Yahudi.[1] Istilah ini juga digunakan pada awal abad ke-20, terutama oleh para nasionalis Arab untuk menyebut 1 juta orang Yahudi yang tinggal di dunia Arab pada saat itu. Kini, sebagian besar penduduk Yahudi di wilayah itu telah pindah, baik karena dipaksa keluar, maupun dengan sukarela, Setelah berdirinya negara Israel pada tahun 1948 sejumlah besar pindah ke Israel, Yang lain pindah ke Eropa Barat, serta sejumlah kecil berpindah ke Amerika Serikat dan Amerika Latin. Mereka berbicara dalam bahasa Arab, menggunakan berbagai dialek Arab tertentu (lihat juga bahasa Yudeo-Arab) sebagai bahasa komunitas utama mereka, sedangkan bahasa Ibrani hanya digunakan sebagai bahasa liturgi. Mereka biasanya menganut liturgi Yahudi Sefardim, sekaligus sebagai salah satu kelompok terbesar setelah Yahudi Mizrahi.

Sejak terbentuknya negara Israel, penggunaan istilah ini banyak berkurang dan digantikan dengan istilah Yahudi Sefardim dan Yahudi Mizrahi. Dalam beberapa dekade terakhir, cendekiawan – seperti Ella Shohat, seorang cendekiawan Timur Tengah di Universitas New York, David Shasha, Pengarah Pusat Warisan Sefadim, dan Amiel Alcalay, seorang profesor di Kolej Queen di New York selama ini menitikberatkan kepentingan identitas mereka sebagai Yahudi Arab.[2]

Kritik dari istilah "Arab Yahudi"

[sunting | sunting sumber]

Argumen utama terhadap istilah "Yahudi Arab", khususnya di kalangan komunitas Yahudi keturunan dari tanah Arab, adalah bahwa orang-orang Yahudi merupakan diaspora dan kelompok etnis, bukan hanya kelompok "agama", dan bahwa penggunaan istilah "Arab "merujuk pada arti yang sebaliknya. Argumen terkait adalah bahwa masyarakat Yahudi di tanah Arab tidak pernah menyebut diri mereka sebagai "Yahudi Arab" dan istilah ini baru dipakai setelah keluarnya sebagian besar masyarakat Yahudi dari tanah tersebut. Bahkan, dalam teks-teks tradisional yang disusun oleh orang-orang Yahudi Timur Tengah sebelum zaman modern, nama yang digunakan untuk "Arab" biasanya adalah "orang Ismael" ("Ishmaelites") dan menganggap mereka sebagai bangsa asing. Ini dapat dilihat misalnya dalam karya Maimonides, salah satu intelektual Yahudi yang paling produktif dan berpengaruh dari Abad Pertengahan, yang menulis antara lain "Surat kepada orang (Yahudi) Yaman".

Yahudi Arabi sebelum Islam

[sunting | sunting sumber]

Populasi Yahudi telah ada di Semenanjung Arab sejak sebelum Islam, di bagian utara, di mana mereka terhubung ke populasi Yahudi dari Levant dan Irak, di dataran pesisir Ihsaa ', dan di selatan, yaitu di Yaman.

Sementara populasi Yahudi di seluruh dunia sejauh India dan Ethiopia selalu mengaku sebagai keturunan dari dua belas suku Israel, tidak jelas apakah penduduk Yahudi di Arab mempunyai silsilah semacam itu, atau mereka adalah penduduk asli yang masuk menjadi penganut Yudaisme, atau campuran dari keduanya.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ [halaman dibutuhkan]Salim Tamari. "Ishaq al-Shami and the Predicament of the Arab Jew in Palestine" (PDF). Jerusalem Quarterly. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2007-09-28. Diakses tanggal 2007-08-23. 
  2. ^ Lynne Vittorio (16 Oktober 2002). "The Jews of the Arab World: A Community Unto Itself". Aramica. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-03-13. Diakses tanggal 2007-08-22. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]