Ortodoksi: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 9: Baris 9:
{{Main|Stawirawada}}
{{Main|Stawirawada}}
Dari isi kitab [[kalama Sutta|Kalamasutra]] (Wejangan kepada Puak Kalama), dapat diketahui bahwa [[Siddhartha Gautama|Sang Buddha Gautama]] menentang sikap percaya membabi buta kepada kitab-kitab suci maupun asas-asas [[dogma|dogmatis]].<ref>{{Cite web|url=https://www.accesstoinsight.org/ati/tipitaka/an/an03/an03.065.than.html|title=Kalama Sutta: To the Kalamas|website=[[Access to Insight]] |publisher= Barre Center for Buddhist Studies|language=en|access-date=2018-03-14}}</ref> Di lain pihak, [[agama Buddha]] aliran [[Stawirawada]] sangat mengutamakan kitab suci [[Kanon Pāli|Tripitaka bahasa Pali]] berikut ulasan-ulasannya, semisal kitab [[Visuddhimagga|Wisudimarga]] (Jalan Pemurnian). Karena dikenal sangat konservatif, terutama di bidang ilmu dan pengamalan [[vinaya|Winaya]] (tata tertib [[sangha|Sangga]]), aliran Stawirawada dianggap sebagai aliran yang paling ortodoks di dalam agama Buddha.
Dari isi kitab [[kalama Sutta|Kalamasutra]] (Wejangan kepada Puak Kalama), dapat diketahui bahwa [[Siddhartha Gautama|Sang Buddha Gautama]] menentang sikap percaya membabi buta kepada kitab-kitab suci maupun asas-asas [[dogma|dogmatis]].<ref>{{Cite web|url=https://www.accesstoinsight.org/ati/tipitaka/an/an03/an03.065.than.html|title=Kalama Sutta: To the Kalamas|website=[[Access to Insight]] |publisher= Barre Center for Buddhist Studies|language=en|access-date=2018-03-14}}</ref> Di lain pihak, [[agama Buddha]] aliran [[Stawirawada]] sangat mengutamakan kitab suci [[Kanon Pāli|Tripitaka bahasa Pali]] berikut ulasan-ulasannya, semisal kitab [[Visuddhimagga|Wisudimarga]] (Jalan Pemurnian). Karena dikenal sangat konservatif, terutama di bidang ilmu dan pengamalan [[vinaya|Winaya]] (tata tertib [[sangha|Sangga]]), aliran Stawirawada dianggap sebagai aliran yang paling ortodoks di dalam agama Buddha.

=== Agama Hindu ===
{{Main|Agama Hindu Ortodoks}}
{{See also|Āstika dan nāstika}}
Tidak ada ortodoksi di dalam [[agama Hindu]],<ref>{{Cite document|title=The Human Icon: A Comparative Study of Hindu and Orthodox Christian Beliefs|doi=10.1111/rirt.13458}}</ref> karena kata ''Hindu'' itu sendiri merupakan sebutan kolektif bagi berbagai keyakinan anutan masyarakat yang mendiami daerah Lembah [[Sungai Indus|Sungai Sindu]], tunas [[Peradaban Lembah Sungai Indus|Peradaban Lembah Sungai Sindu]]. Agama Hindu merupakan sintesis ajaran-ajaran ribuan [[guru (agama dharma)|''guru'']], yakni tokoh-tokoh yang disamakan pihak-pihak di luar agama Hindu dengan nabi-nabi.<ref>{{Cite web|url=http://altlib.org/item/githa-vahini/|title=Githa Vahini|website=altlib.org|access-date=2020-07-07}}</ref> Agama Hindu juga tidak memiliki tokoh pendiri maupun kewenangan atau kuasa memerintah, tetapi hanya anjuran-anjuran. Istilah agama Hindu yang paling dekat dengan istilah ''ortodoksi'' mengandung makna tradisi-tradisi yang "berterima umum", bukan "kesesuaian dengan suatu doktrin". Sebagai contoh, istilah agama Hindu yang disamakan para penganut agama-agama Timur Tengah dengan ''doktrin'' adalah [[Sanātanī|Sanatana Dharma]], yang paling banter dapat diterjemahkan menjadi "tradisi-tradisi yang sudah ada sejak purbakala", dan oleh karena itu menunjukkan bahwa tradisi-tradisi tersebut diterima bukan melalui doktrin dan paksaan melainkan melalui uji adopsi dan retensi berdasarkan atrisi lingkungan selama beribu-ribu tahun.<ref>{{Cite web|url=https://science.jrank.org/pages/10548/Orthodoxy-Hinduism.html|title=Orthodoxy in Hinduism|website=science.jrank.org|access-date=2020-07-07}}</ref>

=== Agama Islam ===
{{Main|Suni}}
Islam [[Suni]] adakalanya disebut "Islam Ortodoks".<ref>{{cite book|author1=John Richard Thackrah|title=Dictionary of Terrorism|date=5 Sep 2013|publisher=Routledge|isbn=978-1-135-16595-6|page=252|edition=2, revisi}}</ref><ref>{{cite book|editor1-last=Nasir|editor1-first=Jamal J.|title=The Status of Women Under Islamic Law and Modern Islamic Legislation|date=2009|publisher=BRILL|isbn=9789004172739|page=11|edition=revisi}}</ref><ref>{{cite book|author1=George W. Braswell|title=What You Need to Know about Islam & Muslims|date=2000|publisher=B&H Publishing Group|isbn=978-0-8054-1829-3|page=62|edition=berilustrasi}}</ref> Meskipun demikian, sarjana-sarjana lain yang mempelajari agama Islam semisal [[John Burton (akademisi)|John Burton]] yakin bahwa tidak ada yang namanya "Islam Ortodoks."<ref>Burton, John. 1996. ''An Introduction to the Hadith''. Edinburgh: [[Edinburgh University Press]]. hlm. 201: "Suni: Dari atau sesuai ''sunah'', teristimewa ''Sunah'' Nabi. Digunakan sebagai lawan dari Syiah. Karena tidak ada eklesia atau magisterium terpusat, maka tidak tepat jika diterjemahkan menjadi 'ortodoks'. Bagi umat islam, 'tidak ortodoks' berarti bidat, ''mubtadi'', dari kata ''bid'ah'', lawan dari ''sunah'', jadi berarti 'inovasi'."</ref>


=== Agama Kristen ===
=== Agama Kristen ===
{{Main|Gereja Ortodoks Oriental|Gereja Ortodoks Timur|Gereja Ortodoks Ritus Barat}}
{{Main|Gereja Ortodoks Oriental|Gereja Ortodoks Timur|Gereja Ortodoks Ritus Barat}}
[[File:Nicaea icon.jpg|thumb|[[Syahadat Nikea]] umum dipakai sebagai alat uji ortodoksi di dalam agama Kristen]]
[[File:Nicaea icon.jpg|thumb|[[Syahadat Nikea]] umum dipakai sebagai alat uji ortodoksi di dalam agama Kristen]]
Dalam makna Kristen klasiknya, istilah ''ortodoks'' mengacu kepada seperangkat doktrin yang dianut [[Gereja perdana|umat Kristen perdana]]. [[konsili oikumenis|Konsili-konsili ekumene]] yang terselenggara dalam rentang waktu beberapa abad merupakan usaha untuk membakukan doktrin-doktrin tersebut. Hasil yang terpenting dari usaha pembakuan ini keputusan-keputusan berkenaan dengan doktrin [[Homoousion]] yang diusung [[Athanasius|Atanasius]] dan [[Eustatius dari Antiokhia|Eustatius]] ([[Tritunggal|Tritunggalisme]]) maupun doktrin [[Heteroousion]] yang diusung [[Arius]] dan [[Eusebius dari Nikomedia|Eusebius]] ([[Arianisme]]). Doktrin Homoousion, yang mendefinisikan Yesus sebagai Allah sekaligus manusia di dalam kanon-kanon [[Konsili Efesus]] tahun 431, menjadi doktrin yang berjaya di dalam Gereja, dan disebut sebagai ''ortodoksi'' dalam berbagai konteks Kristen karena merupakan pandangan para Bapa Gereja terdahulu serta dikukuhkan kembali dalam konsili-konsili ekumene. [[Anti-Tritunggal|Umat Kristen Antitritunggal]] adalah kelompok minoritas yang menolak doktrin ini.
Dalam makna Kristen klasiknya, istilah ''ortodoks'' mengacu kepada seperangkat doktrin yang dianut [[Gereja perdana|umat Kristen perdana]]. [[konsili oikumenis|Konsili-konsili ekumene]] yang terselenggara dalam rentang waktu beberapa abad merupakan usaha untuk membakukan doktrin-doktrin tersebut. Hasil yang terpenting dari usaha pembakuan ini keputusan-keputusan berkenaan dengan doktrin [[Homoousion]] yang diusung [[Athanasius|Atanasius]] dan [[Eustatius dari Antiokhia|Eustatius]] ([[Tritunggal|Tritunggalisme]]) maupun doktrin [[Heteroousion]] yang diusung [[Arius]] dan [[Eusebius dari Nikomedia|Eusebius]] ([[Arianisme]]). Doktrin Homoousion, yang mendefinisikan Yesus sebagai Allah sekaligus manusia di dalam kanon-kanon [[Konsili Efesus]] tahun 431, menjadi doktrin yang berjaya di dalam Gereja, dan disebut sebagai ''ortodoksi'' dalam berbagai konteks Kristen karena merupakan pandangan para Bapa Gereja terdahulu serta dikukuhkan kembali dalam konsili-konsili ekumene. [[Anti-Tritunggal|Umat Kristen Antitritunggal]] (Nontrinitarian) adalah kelompok minoritas yang menolak doktrin ini.

Sesudah [[Skisma Timur-Barat|Skisma Akbar]] tahun 1054, baik Gereja Katolik maupun [[Gereja Ortodoks Timur]] masing-masing menganggap diri sendiri sebagai satu-satunya pihak yang ''ortodoks'' sekaligus ''[[kekatolikan|''katolik'']].<!-- [[Augustine]] wrote in ''On True Religion'': "Religion is to be sought…only among those who are called Catholic or orthodox Christians, that is, guardians of truth and followers of right."<ref>{{cite book|last1=Dulles S.J.|first1=Avery|url=https://www.amazon.com/Orthodox-Imperative-Selected-Essays-Cardinal-ebook/dp/B008R551PO|title=The Orthodox Imperative: Selected Essays of Avery Cardinal Dulles, S.J.|publisher=First Things Press|year=2012|editor1-last=Reno|editor1-first=R.R.|edition=Kindle|pages=224}}</ref> Over time, the Western Church gradually identified with the "Catholic" label, and people of Western Europe gradually associated the "Orthodox" label with the Eastern Church (in some languages the "Catholic" label is not necessarily identified with the Western Church). This was in note of the fact that both Catholic and Orthodox were in use as ecclesiastical adjectives as early as the 2nd and 4th centuries respectively.

Lama sebelum Skisma Akbar, Gereja-[[Gereja Ortodoks Oriental]] berpisah dari golongan [[Kristen Kalsedon]] selepas penyelenggaraan [[Konsili Kalsedon]] tahun 451 akibat berbeda pandangan soal [[Kristologi|kodrat Kristus]].{{sfn|Meyendorff|1989|p=}} Sejak saat itu, Gereja-Gereja Ortodoks Oriental melestarikan ''orthodox'' designation as a symbol of their theological traditions.{{sfn|Krikorian|2010|p=}}


Sesudah [[Skisma Timur-Barat|Skisma Akbar]] tahun 1054, baik Gereja Katolik maupun [[Gereja Ortodoks Timur]] masing-masing menganggap diri sendiri sebagai satu-satunya pihak yang ''ortodoks'' sekaligus ''[[kekatolikan|''katolik'']]. [[Agustinus dari Hippo|Agustinus]] mengemukakan di dalam makalahnya, ''Perihal Agama Sejati'', bahwa "agama hendaknya dicari ... hanya di antara orang-orang yang disebut umat Kristen Katolik atau umat Kristen yang ortodoks, yakni pengawal-pengawal kebenaran dan pengikut-pengikut kesahihan."<ref>{{cite book|last1=Dulles S.J.|first1=Avery|url=https://www.amazon.com/Orthodox-Imperative-Selected-Essays-Cardinal-ebook/dp/B008R551PO|title=The Orthodox Imperative: Selected Essays of Avery Cardinal Dulles, S.J.|publisher=First Things Press|year=2012|editor1-last=Reno|editor1-first=R.R.|edition=Kindle|pages=224}}</ref> Seiring waktu berlalu, Gereja Barat lambat laun identik dengan label "Katolik", dan masyarakat Eropa Barat lambat laun melekatkan label "Ortodoks" pada Gereja Timur (dalam beberapa bahasa, label "Katolik" tidak harus identik dengan Gereja Barat), berpangkal dari kenyataan bahwa istilah ''katolik'' dan ''ortodoks'' masing-masing dipakai sebagai kata sifat gerejawi sejak abad ke-2 dan abad ke-4.
===Hinduism===
{{Main|Orthodox Hinduism}}
{{See also|Āstika and nāstika}}
Orthodoxy does not exist in [[Hinduism]],<ref>{{Cite document|title=The Human Icon: A Comparative Study of Hindu and Orthodox Christian Beliefs|doi=10.1111/rirt.13458}}</ref> as the word ''Hindu'' itself collectively refers to the various beliefs of people who lived beyond the [[Indus River|Sindhu river]] of the [[Indus Valley Civilization]]. It is a synthesis of the accepted teachings of each of thousands of [[guru]]s, who others equate to prophets,<ref>{{Cite web|url=http://altlib.org/item/githa-vahini/|title=Githa Vahini|website=altlib.org|access-date=2020-07-07}}</ref> and has no founder, no authority or command, but recommendations. The term most equivalent to orthodoxy at best has the meaning of "commonly accepted" traditions rather than the usual meaning of "conforming to a doctrine", for example, what people of middle eastern faiths attempt to equate as doctrine in Hindu philosophies is [[Sanātanī|Sanatana Dharma]], but which at best can be translated to mean "ageless traditions", hence denoting that they are accepted not through doctrine and force but through multi-generational tests of adoption and retention based on circumstantial attrition through millennia.<ref>{{Cite web|url=https://science.jrank.org/pages/10548/Orthodoxy-Hinduism.html|title=Orthodoxy in Hinduism|website=science.jrank.org|access-date=2020-07-07}}</ref>


Lama sebelum Skisma Akbar terjadi, Gereja-[[Gereja Ortodoks Oriental]] berpisah dari golongan [[Kristen Kalsedon]] selepas penyelenggaraan [[Konsili Kalsedon]] tahun 451 akibat berbeda pandangan soal [[Kristologi|kodrat Kristus]].{{sfn|Meyendorff|1989|p=}} Sejak saat itu, Gereja-Gereja Ortodoks Oriental melestarikan sebutan ''ortodoks'' sebagai lambang tradisi-tradisi teologis mereka.{{sfn|Krikorian|2010|p=}}
===Islam===
{{Main|Sunni Islam}}
[[Sunni Islam]] is sometimes referred to as "orthodox Islam".<ref>{{cite book|author1=John Richard Thackrah|title=Dictionary of Terrorism|date=5 Sep 2013|publisher=Routledge|isbn=978-1-135-16595-6|page=252|edition=2, revised}}</ref><ref>{{cite book|editor1-last=Nasir|editor1-first=Jamal J.|title=The Status of Women Under Islamic Law and Modern Islamic Legislation|date=2009|publisher=BRILL|isbn=9789004172739|page=11|edition=revised}}</ref><ref>{{cite book|author1=George W. Braswell|title=What You Need to Know about Islam & Muslims|date=2000|publisher=B&H Publishing Group|isbn=978-0-8054-1829-3|page=62|edition=illustrated}}</ref> However, other scholars of Islam, such as [[John Burton (academic)|John Burton]] believe that there is no such thing as "orthodox Islam."<ref>Burton, John. 1996. ''An Introduction to the Hadith''. Edinburgh: [[Edinburgh University Press]]. p. 201: "Sunni: Of or pertaining ''sunna'', especially the ''Sunna'' of the Prophet. Used in conscious opposition to Shi'a, Shi'í. There being no ecclesia or centralized magisterium, the translation 'orthodox' is inappropriate. To the Muslim 'unorthodox' implies heretical, ''mubtadi'', from ''bid'a'', the contrary of ''sunna'', and so 'innovation'."</ref>


===Judaism===
=== Agama Yahudi ===
{{Main|Orthodox Judaism}}
{{Main|Yahudi Ortodoks}}
[[Orthodox Judaism]] is a collective term for the traditionalist branches of [[Judaism]], which seek to fully maintain the received Jewish beliefs and observances and which coalesced in opposition to the various challenges of [[modernity]] and [[secularization]]. [[Theology|Theologically]], it is chiefly defined by regarding the [[Torah]], both [[Written Torah|Written]] and [[Oral Torah|Oral]], as literally [[Revelation|revealed]] by God on [[biblical Mount Sinai]] and faithfully transmitted ever since. The movement advocates a strict observance of ''[[halakha]]'' (Jewish Law), which is to be interpreted only according to received methods due to its divine character. Orthodoxy considers ''halakha'' as eternal and beyond historical influence, being applied differently to changing circumstances but basically unchangeable in itself.
Agama [[Yahudi Ortodoks]] adalah sebutan kolektif untuk cabang-cabang tradisionalis dari [[agama Yahudi]], yang berusaha mempertahankan segenap keyakinan dan pengamalan agama Yahudi warisan leluhur, dan yang bersatu menentang berbagai tantangan [[modernitas]] dan [[sekularisasi]]. <!--[[Theology|Theologically]], it is chiefly defined by regarding the [[Torah]], both [[Written Torah|Written]] and [[Oral Torah|Oral]], as literally [[Revelation|revealed]] by God on [[biblical Mount Sinai]] and faithfully transmitted ever since. The movement advocates a strict observance of ''[[halakha]]'' (Jewish Law), which is to be interpreted only according to received methods due to its divine character. Orthodoxy considers ''halakha'' as eternal and beyond historical influence, being applied differently to changing circumstances but basically unchangeable in itself.


Orthodox Judaism is not a centralized denomination. Relations between its different subgroups are sometimes strained and the exact limits of Orthodoxy are subject to intense debate. Very roughly, it may be divided between [[Haredi Judaism]], which is more conservative and reclusive, and [[Modern Orthodox Judaism]], which is relatively open to outer society. Each of those is itself formed of independent streams. They are almost uniformly exclusionist, regarding Orthodoxy as the only authentic form of Judaism and rejecting all non-Orthodox interpretations as illegitimate.
Orthodox Judaism is not a centralized denomination. Relations between its different subgroups are sometimes strained and the exact limits of Orthodoxy are subject to intense debate. Very roughly, it may be divided between [[Haredi Judaism]], which is more conservative and reclusive, and [[Modern Orthodox Judaism]], which is relatively open to outer society. Each of those is itself formed of independent streams. They are almost uniformly exclusionist, regarding Orthodoxy as the only authentic form of Judaism and rejecting all non-Orthodox interpretations as illegitimate.


===Others===
=== Lain-lain ===
[[Kemetic Orthodoxy]] is a denomination of [[Kemetism]], a reform reconstruction of [[Egyptian polytheism]] for modern followers. It claims to derive a spiritual lineage from the [[Ancient Egyptian religion]].<ref>{{cite web |title=What is Kemetic Orthodoxy?: Introduction |url=http://www.kemet.org/about |publisher=The House of Netjer |access-date=4 October 2013}}</ref>
[[Kemetic Orthodoxy]] is a denomination of [[Kemetism]], a reform reconstruction of [[politeisme Mesir]] untuk para penganut modern. It claims to derive a spiritual lineage from the [[Ancient Egyptian religion]].<ref>{{cite web |title=What is Kemetic Orthodoxy?: Introduction |url=http://www.kemet.org/about |publisher=The House of Netjer |access-date=4 October 2013}}</ref>


There are organizations of [[Slavic Native Faith]] (Rodnovery) which characterize the religion as Orthodoxy, and by other terms.-->
There are organizations of [[Slavic Native Faith]] (Rodnovery) which characterize the religion as Orthodoxy, and by other terms.-->

Revisi per 28 April 2021 06.41

Ortodoksi (Yunani: ὀρθοδοξία, ortodoksía, artinya "pendapat yang benar")[1][2] adalah kepatuhan terhadap keyakinan-keyakinan yang benar atau yang berterima, khususnya di dalam kehidupan beragama.[3]

Dalam agama Kristen, ortodoksi mengacu kepada penerimaan terhadap doktrin-doktrin yang terumuskan di dalam syahadat-syahadat dan yang ditetapkan konsili-konsili ekumene pada Abad Kuno. Meskipun demikian, penerimaan terhadap berbagai syahadat maupun konsili berbeda-beda antara satu Gereja dengan Gereja lain. Perbedaan tersebut muncul karena banyak sebab, antara lain hambatan-hambatan bahasa dan budaya. Ortodoksi Gereja Ortodoks Timur lebih ditonjolkan lewat penerimaan terhadap ketetapan-ketetapan tujuh konsili ekumene terdahulu, sementara ortodoksi Gereja-Gereja Ortodoks Oriental didasarkan atas ketetapan-ketetapan tiga konsili ekumene terdahulu.[4][5]

Umat Yahudi yang mematuhi semua tradisi dan perintah agama yang ditetapkan di dalam Talmud sering kali disebut umat Yahudi Ortodoks.

Agama-agama

Agama Buddha

Dari isi kitab Kalamasutra (Wejangan kepada Puak Kalama), dapat diketahui bahwa Sang Buddha Gautama menentang sikap percaya membabi buta kepada kitab-kitab suci maupun asas-asas dogmatis.[6] Di lain pihak, agama Buddha aliran Stawirawada sangat mengutamakan kitab suci Tripitaka bahasa Pali berikut ulasan-ulasannya, semisal kitab Wisudimarga (Jalan Pemurnian). Karena dikenal sangat konservatif, terutama di bidang ilmu dan pengamalan Winaya (tata tertib Sangga), aliran Stawirawada dianggap sebagai aliran yang paling ortodoks di dalam agama Buddha.

Agama Hindu

Tidak ada ortodoksi di dalam agama Hindu,[7] karena kata Hindu itu sendiri merupakan sebutan kolektif bagi berbagai keyakinan anutan masyarakat yang mendiami daerah Lembah Sungai Sindu, tunas Peradaban Lembah Sungai Sindu. Agama Hindu merupakan sintesis ajaran-ajaran ribuan guru, yakni tokoh-tokoh yang disamakan pihak-pihak di luar agama Hindu dengan nabi-nabi.[8] Agama Hindu juga tidak memiliki tokoh pendiri maupun kewenangan atau kuasa memerintah, tetapi hanya anjuran-anjuran. Istilah agama Hindu yang paling dekat dengan istilah ortodoksi mengandung makna tradisi-tradisi yang "berterima umum", bukan "kesesuaian dengan suatu doktrin". Sebagai contoh, istilah agama Hindu yang disamakan para penganut agama-agama Timur Tengah dengan doktrin adalah Sanatana Dharma, yang paling banter dapat diterjemahkan menjadi "tradisi-tradisi yang sudah ada sejak purbakala", dan oleh karena itu menunjukkan bahwa tradisi-tradisi tersebut diterima bukan melalui doktrin dan paksaan melainkan melalui uji adopsi dan retensi berdasarkan atrisi lingkungan selama beribu-ribu tahun.[9]

Agama Islam

Islam Suni adakalanya disebut "Islam Ortodoks".[10][11][12] Meskipun demikian, sarjana-sarjana lain yang mempelajari agama Islam semisal John Burton yakin bahwa tidak ada yang namanya "Islam Ortodoks."[13]

Agama Kristen

Syahadat Nikea umum dipakai sebagai alat uji ortodoksi di dalam agama Kristen

Dalam makna Kristen klasiknya, istilah ortodoks mengacu kepada seperangkat doktrin yang dianut umat Kristen perdana. Konsili-konsili ekumene yang terselenggara dalam rentang waktu beberapa abad merupakan usaha untuk membakukan doktrin-doktrin tersebut. Hasil yang terpenting dari usaha pembakuan ini keputusan-keputusan berkenaan dengan doktrin Homoousion yang diusung Atanasius dan Eustatius (Tritunggalisme) maupun doktrin Heteroousion yang diusung Arius dan Eusebius (Arianisme). Doktrin Homoousion, yang mendefinisikan Yesus sebagai Allah sekaligus manusia di dalam kanon-kanon Konsili Efesus tahun 431, menjadi doktrin yang berjaya di dalam Gereja, dan disebut sebagai ortodoksi dalam berbagai konteks Kristen karena merupakan pandangan para Bapa Gereja terdahulu serta dikukuhkan kembali dalam konsili-konsili ekumene. Umat Kristen Antitritunggal (Nontrinitarian) adalah kelompok minoritas yang menolak doktrin ini.

Sesudah Skisma Akbar tahun 1054, baik Gereja Katolik maupun Gereja Ortodoks Timur masing-masing menganggap diri sendiri sebagai satu-satunya pihak yang ortodoks sekaligus katolik. Agustinus mengemukakan di dalam makalahnya, Perihal Agama Sejati, bahwa "agama hendaknya dicari ... hanya di antara orang-orang yang disebut umat Kristen Katolik atau umat Kristen yang ortodoks, yakni pengawal-pengawal kebenaran dan pengikut-pengikut kesahihan."[14] Seiring waktu berlalu, Gereja Barat lambat laun identik dengan label "Katolik", dan masyarakat Eropa Barat lambat laun melekatkan label "Ortodoks" pada Gereja Timur (dalam beberapa bahasa, label "Katolik" tidak harus identik dengan Gereja Barat), berpangkal dari kenyataan bahwa istilah katolik dan ortodoks masing-masing dipakai sebagai kata sifat gerejawi sejak abad ke-2 dan abad ke-4.

Lama sebelum Skisma Akbar terjadi, Gereja-Gereja Ortodoks Oriental berpisah dari golongan Kristen Kalsedon selepas penyelenggaraan Konsili Kalsedon tahun 451 akibat berbeda pandangan soal kodrat Kristus.[15] Sejak saat itu, Gereja-Gereja Ortodoks Oriental melestarikan sebutan ortodoks sebagai lambang tradisi-tradisi teologis mereka.[16]

Agama Yahudi

Agama Yahudi Ortodoks adalah sebutan kolektif untuk cabang-cabang tradisionalis dari agama Yahudi, yang berusaha mempertahankan segenap keyakinan dan pengamalan agama Yahudi warisan leluhur, dan yang bersatu menentang berbagai tantangan modernitas dan sekularisasi.

Di luar konteks agama

Di luar konteks agama, istilah ortodoksi sering kali dipakai sebagai sebutan untuk keyakinan atau seperangkat keyakinan anutan bersama di bidang-bidang tertentu, teristimewa bilamana keyakinan atau seperangkat keyakinan yang sudah dianggap mutlak benar tersebut (dapat disebut "dogma") disanggah. Dalam situasi semacam ini, istilah ortodoksi mengandung sedikit konotasi peyoratif.

Pemakaian istilah ortodoksi di bidang tertentu yang paling lazim dijumpai adalah:

  • Ortodoksi politik
  • Ortodoksi sosial
  • Ortodoksi ekonomi
  • Ortodoksi ilmu pengetahuan
  • Ortodoksi seni

Istilah ortodoks dan ortodoksi juga digunakan dengan makna yang lebih luas sebagai sebutan bagi hal-hal selain gagasan dan keyakinan. Cara baru atau cara luar biasa yang dipakai dalam penyelesaian masalah dapat disebut "cara yang tidak ortodoks", sementara cara 'normal' atau cara yang lazim dipakai dalam penyelesaian masalah disebut "cara yang ortodoks".

Konsep-konsep terkait

Lawan kata ortodoksi adalah heterodoksi (ajaran yang lain) atau heresi (ajaran yang menyimpang, bidat). Pihak-pihak yang menyimpang dari ortodoksi dengan menganut doktrin yang dianggap keliru disebut heretikus (penyimpang, ahli bidat), sementara pihak-pihak yang menyempal dari kelompok utama penganut doktrin, baik dengan maupun tanpa menganut keyakinan yang menyimpang, disebut skismatikus (penyempal). Pemakaian istilah-istilah tersebut dalam berwacana kadang-kadang bergantung kepada aspek yang disoroti. Jika yang diwacanakan adalah kesatuan badan, maka mungkin saja skisma yang akan diberi penekanan, sementara jika yang diwacanakan adalah koherensi doktrin, maka mungkin saja heresi yang akan diberi penekanan. Penyimpangan yang lebih ringan daripada heresi pada umumnya disebut eror (kekhilafan), maksudnya penyimpangan tersebut tidak sebegitu parahnya sampai-sampai membuat pihak-pihak yang terlibat saling meliyankan sepenuhnya, kendati dampak buruknya terhadap persatuan tidak bisa dianggap sepele. Adakalanya istilah eror juga digunakan untuk menyebut heresi-heresi paripurna maupun kekhilafan-kekhilafan remeh. Doktrin atau amalan-amalan yang dianggap bukan bagian hakiki dari iman, sehingga sah-sah saja jika muncul ketidaksepahaman, disebut adiafora.

Konsep ortodoksi lazim dijumpai di dalam berbagai bentuk monoteisme-terorganisasi. Di lain pihak, agama-agama politeistis atau animistis, yang sering kali hanya sedikit atau sama sekali tidak memiliki konsep dogma, biasanya tidak terlampau mementingkan keyakinan yang ortodoks. Agama-agama tersebut juga menoleransi keberagaman tafsir doktrin maupun teologi, bahkan kadang-kadang menganjurkannya dalam konteks-konteks tertentu. Sebagai contoh, sinkretisme memainkan peran yang lebih besar di dalam agama non-monoteistis (terutama yang tidak berkitab suci). Norma pengatur yang paling lumrah di dalam politeisme adalah ortopraksi (amalan yang benar), alih-alih "keyakinan yang benar" atau ortodoksi.

Baca juga

Referensi

Rujukan

  1. ^ "Perseus Digital Greek Word Study Tool". www.perseus.tufts.edu. Diakses tanggal 03 Desember 2019. 
  2. ^ Harper, Douglas. "orthodoxy". Online Etymology Dictionary. Diakses tanggal 27 Januari 2016. 
  3. ^ "orthodox." Dictionary.com. The American Heritage Dictionary of the English Language (edisi ke-4) Houghton-Mifflin Company. 2004. Temu balik tanggal 03 Maret 2008.
  4. ^ Ware, Timothy (1963). The Orthodox Church. 
  5. ^ Syenudah Ketiga, Paus (1989). Life of Faith. 
  6. ^ "Kalama Sutta: To the Kalamas". Access to Insight (dalam bahasa Inggris). Barre Center for Buddhist Studies. Diakses tanggal 2018-03-14. 
  7. ^ "The Human Icon: A Comparative Study of Hindu and Orthodox Christian Beliefs". doi:10.1111/rirt.13458. 
  8. ^ "Githa Vahini". altlib.org. Diakses tanggal 2020-07-07. 
  9. ^ "Orthodoxy in Hinduism". science.jrank.org. Diakses tanggal 2020-07-07. 
  10. ^ John Richard Thackrah (5 Sep 2013). Dictionary of Terrorism (edisi ke-2, revisi). Routledge. hlm. 252. ISBN 978-1-135-16595-6. 
  11. ^ Nasir, Jamal J., ed. (2009). The Status of Women Under Islamic Law and Modern Islamic Legislation (edisi ke-revisi). BRILL. hlm. 11. ISBN 9789004172739. 
  12. ^ George W. Braswell (2000). What You Need to Know about Islam & Muslims (edisi ke-berilustrasi). B&H Publishing Group. hlm. 62. ISBN 978-0-8054-1829-3. 
  13. ^ Burton, John. 1996. An Introduction to the Hadith. Edinburgh: Edinburgh University Press. hlm. 201: "Suni: Dari atau sesuai sunah, teristimewa Sunah Nabi. Digunakan sebagai lawan dari Syiah. Karena tidak ada eklesia atau magisterium terpusat, maka tidak tepat jika diterjemahkan menjadi 'ortodoks'. Bagi umat islam, 'tidak ortodoks' berarti bidat, mubtadi, dari kata bid'ah, lawan dari sunah, jadi berarti 'inovasi'."
  14. ^ Dulles S.J., Avery (2012). Reno, R.R., ed. The Orthodox Imperative: Selected Essays of Avery Cardinal Dulles, S.J. (edisi ke-Kindle). First Things Press. hlm. 224. 
  15. ^ Meyendorff 1989.
  16. ^ Krikorian 2010.

Sumber rujukan

Pranala luar