Partai Fasis Nasional

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 24 Mei 2018 05.16 oleh Anantagita (bicara | kontrib) (melanjutkan terjemahan)
Partai Fasis Nasional
Partito Nazionale Fascista
DuceBenito Mussolini
Sekretaris
Dibentuk9 November 1921
Dibubarkan27 Juli 1943
Digabungkan dariFasci Italiani di Combattimento,
Asosiasi Nasionalis Italia
Diteruskan olehPartai Fasis Republikan
Kantor pusatPalazzo della Farnesina
Via della Lungara, 230
Roma, Italia
Surat kabarIl Popolo d'Italia
Sayap pelajarGruppi Universitari Fascisti
Sayap pemudaOpera Nazionale Balilla
Gioventù Italiana del Littorio
Sayap paramiliterMilizia Volontaria per la Sicurezza Nazionale
Serikat pekerjaOpera Nazionale Dopolavoro
Confederazione Generale del Lavoro
Keanggotaan (1939)6.000.000
IdeologiFasisme (Italia)
Posisi politikKanan jauh
Afiliasi internasionalFasis International (pengamat)
WarnaHitam
HimneGiovinezza (bahasa Indonesia: Pemuda)
Bendera

Partai Fasis Nasional (bahasa Italia: Partito Nazionale Fascista, PFN) adalah partai politik Italia yang dibentuk oleh Benito Mussolini sebagai ekspresi pemikiran politik fasisme (sebelumnya diwakili oleh kelompok bernama Fasci, lihat fasisme Italia). Partai ini menguasai Italia selama 21 tahun, sejak kaum fasis mengambil kekuasaan, hingga tahun 1943, ketika Mussolini dijatuhkan oleh Majelis Besar Fasisme.

Sebelum PFN, partai politik pertama yang dibangun Mussolini adalah Partai Fasis Revolusioner (Partito Fascista Rivoluzionario, PFR), yang menurut Mussolini, didirikan tahun 1915.[1] Setelah kegagalan dalam pemilihan umum 1919, partai ini berganti nama sebagai Partai Fasis Nasional, sesuai hasil Kongres Fasis Ketiga di Roma pada tanggal 7-10 November 1921.[2][3]

Ideologi partai ini berakar pada nasionalisme Italia. Partai ini ingin mengembalikan dan memperluas wilayah Italia; mereka menganggap hal ini penting untuk memastikan superioritas dan kekuatan, serta menghindari keruntuhan Italia.[4] Kaum fasis Italia mengklaim bahwa Italia modern adalah pewaris kejayaan Kerajaan Romawi dan warisannya. Mereka mendukung pembangunan Imperium Italia untuk menyediakan spazio vitale ("ruang hidup") untuk dikolonisasi orang Italia. Mereka juga mendukung penaklukan Laut Mediterania.[5]

Kaum fasis mendukung sistem ekonomi korporatis. Di dalam sistem ini, asosiasi pengusaha dan serikat buruh tergabung bersama dalam sebuah asosiasi untuk mewakili para produsen dalam ekonomi, serta bekerja sama dengan negara untuk menciptakan kebijakan ekonomi.[6] Sistem ini digunakan demi menghindari konflik kelas, dengan cara kerja sama antarkelas.[7]

Partai ini, serta partai pewarisnya, Partai Fasis Republikan, adalah partai-partai yang dilarang didirikan kembali di dalam Konstitusi Italia: "Dilarang untuk melakukan reorganisasi, dalam bentuk apapun, atas partai fasis yang telah dibubarkan".

Sejarah

Latar belakang sejarah

Mussolini pada tahun 1920an

Setelah berakhirnya Perang Dunia I (1914–1918), meskipun Kerajaan Italia berada di sisi Blok Sekutu dalam Perang Dunia I, kaum nasionalis di Italia mengklaim bahwa Italia telah dicurangi dalam Perjanjian Saint-Germain-en-Laye (1919). Menurut kaum nasionalis, Blok Sekutu merintangi jalan Italia untuk menjadi sebuah "Kekuatan Besar".[8] Sejak saat itu, Partai Fasis Nasional mengeksploitasi anggapan penghinaan terhadap nasionalisme Italia itu untuk menampilkan fasisme sebagai ideologi yang paling pantas memerintah negeri, sambil mengklaim bahwa demokrasi, liberalisme, dan sosialisme adalah sistem-sistem gagal.

Dalam Konferensi Perdamaian Paris, 1919, blok Sekutu memaksa Kerajaan Italia untuk memberikan pelabuhan Fiume (Rijeka) di Kroasia, kepada Yugoslavia. Fiume adalah sebuah kota kecil yang sebelumnya awal tahun 1919 tidak pernah masuk ke radar kaum nasionalis. Lebih lanjut, Italia juga kemudian dikecualikan dari Perjanjian London (1915) yang bersifat rahasia perang. Dalam perjanjian itu, Triple Entente[9] menjanjikan bahwa Italia harus meninggalkan Triple Alliance dan bergabung ke sisi musuh dengan mendeklarasikan perang melawan Imperium Jerman dan Austria-Hungaria, dan sebagai gantinya akan diberikan wilayah yang diklaim Italia pada akhir perang (lihat Italia irredenta).

Pada September 1919, seorang pahlawan perang nasionalis, Gabriele D'Annunzio, marah menanggapi hal ini dan mendeklarasikan pendirian Kabupaten Italia Carnaro. [10] Di negara Italia merdeka miliknya, ia memajukan dirinya sendiri sebagai Bupati Duce (Pimpinan) dan mengajukan Carta del Carnaro (Akta Carnaro, 8 September 1920). Akta ini merupakan sebuah rekaan konstitusi yang sinkretik secara politik, menggabungkan ide-ide anarkisme sayap kiri dan kanan, protofasisme, serta politik demokrasi republikan. Akta ini amat berpengaruh terhadap perkembangan politis-filosofis Fasisme Italia awal. Militer Italia memutuskan untuk menanggapi hal ini sesuai dengan Perjanjian Rapallo (1920); mereka menurunkan Duce D'Annunzio pada hari Natal tahun 1920. Dalam perjalanannya, D'Annunzio kemudian dikenal sebagai seorang nasionalis dan bukan seorang fasis. Warisan praksis politiknya, "Politik sebagai Teater", yaitu anggapan bahwa gaya (upacara, seragam, pawai, dan nyanyian) lebih penting daripada substansi, kemudian dikembangkan menjadi sebuah model pemerintahan oleh Italia Fasis.[10][11]

Fasci Italiani di Combattimento, yang didirikan di Roma pada Kongres Fasis Ketiga di tanggal 7–10 November 1921,[2] adalah sebuah kelompok dengan posisi politik yang lebih koheren daripada statusnya sebelumnya sebagai kelompok paramiliter (Fasci didirikan oleh Mussolini di Piazza San Sepolcro, Milan, pada tanggal 23 Maret 1919).

Partai Fasis memegang peranan penting dalam mengarahkan dan menyiarkan dukungan bagi ideologi Mussolini. Di awal perjalanannya, kelompok-kelompok di dalam PFN yang dipanggil Blackshirts (squadristi) membangun kekuasaan dengan cara menyerang kaum sosialis serta institusi-institusi mereka di Sungai Po. Dengan demikian, mereka mendapatkan dukungan dari para pemilik tanah. Berbeda dengan para pendahulunya, PNF sama sekali mengabaikan republikanisme, dan sepenuhnya bergerak ke sisi kanan jauh dalam spektrum politik.

Pawai ke Roma

Pada 22 Oktober 1922, Mussolini mencoba melakukan kudeta yang kemudian diberi julukan oleh propaganda Italia sebagai Pawai ke Roma. Sekitar 30.000 orang fasis turut berpartisipasi dalam pawai ini. Kuadrumvir yang memimpin Partai Fasis, yaitu Jenderal Emilio De Bono, Italo Balbo (salah satu ras yang paling terkenal), Michele Bianchi, dan Cesare Maria de Vecchi, mengatur jalannya Pawai sementara Mussolini berada di belakang, meskipun ia membolehkan pengambilan foto berisi dirinya sedang bergerak bersama orang lain. Jenderal Gustavo Fara dan Sante Ceccherini membantu persiapan pawai ini. Panitia lain termasuk Marquis Dino Perrone Compagni dan Ulisse Igliori.

Benito Mussolini dengan para Blackshirts dalam Pawai ke Roma

Pada 24 Oktober 1922, di hadapan 60.000 orang di Kongres Fasis di Napoli, Mussolini menyatakan: "Tujuan kami sederhana: kami ingin memerintah Italia."[12] Sementara itu, kaum Blackshirts yang menguasai daerah Po, mengambil alih semua titik strategis dalam negeri. Pada 26 Oktober, mantan perdana menteri Antonio Salandra memperingatkan perdana menteri yang sedang menjabat waktu itu, Luigi Facta, bahwa Mussolini sedang meminta pengunduran dirinya dan bahwa Mussolini sedang menyiapkan sebuah pawai ke Roma. Akan tetapi, Facta tidak memercayai Salandra dan ia berpikir bahwa Mussolini akan membantunya memerintah di bawah pemerintahannya. Untuk melawan ancaman dari kelompok fasis yang kini sudah ramai di luar kota Roma, Facta (yang pada waktu itu sudah mengundurkan diri tetapi masih memiliki kekuasaan) mendeklarasikan kondisi darurat di kota Roma. Facta yakin bahwa deklarasi kondisi darurat itu akan disetujui oleh Raja karena mereka pernah berbicara tentang represi kekerasan fasis,[13] akan tetapi Raja Victor Emmanuel III menolak menandatangani aksi militer itu.[14] Pada 28 Oktober, sang Raja memberikan kekuasaan kepada Mussolini, yang didukung oleh militer, para pebisnis, dan orang-orang sayap kanan di Italia.

Pawai ke Roma itu sendiri sebenarnya hanya berisi kurang dari 30.000 orang, akan tetapi raja khawatir akan meletusnya sebuah perang saudara karena squadristi sudah mengendalikan dataran Po dan hampir seluruh negeri. Di sisi lain, fasisme sudah tidak dianggap sebagai ancaman bagi negara. Mussolini diminta membangun kabinetnya pada 29 Oktober 1922, dan pada waktu yang sama sebanyak 25.000 Blackshirts sedang berada di Roma. Dengan demikian, Mussolini mendapatkan kekuasaan secara legal, sesuai dengan konstitusi Italia, Statuto Albertino. Pawai ke Roma bukanlah sebuah penaklukan dengan paksa sebagaimana kemudian diklaim oleh rezim fasis Mussolini sendiri, melainkan sebuah kekuatan awal untuk mengambil kekuasaan di dalam batasan-batasan konstitusional. Pengambilan kekuasaan ini juga kurang lebih dimungkinkan karena para otoritas publik menyerah di hadapan intimidasi fasis. Para pemimpin di bisnis dan sektor keuangan yakin mereka akan dapat memanipulasi Mussolini yang pidato-pidato dan kebijakan-kebijakan awalnya mendukung pasar bebas dan ekonomi laissez-faire.[15] Ternyata mereka terlalu optimis karena pandangan korporatis Mussolini lebih menekankan pada kekuasaan total negara pada bisnis, sama besarnya dengan kekuasaan total negara atas individu. Hal ini dilakukan melalui badan-badan industri ("korporasi") pegangan partai fasis yang memerintah perusahaan lain. Di dalam model ini, perusahan-perusahaan boleh memiliki properti, tetapi tidak banyak yang dapat mereka lakukan dengan properti itu.

Meskipun kudeta itu tidak memberikan kekuasaan langsung kepada Partai Fasis, tetap ada perjanjian antara Mussolini dan raja Victor Emmanuel III yang isinya memberikan takhta kepemimpinan pemerintahan Italia kepada Mussolini. Pada 15 Desember, Majelis Besar Fasisme didirikan dan dijadikan organ besar PFN.

Pemerintahan fasis

Setelah melakukan perubahan drastis terhadap hukum pemilu (Hukum Acerbo), Partai Fasis Nasional memenangkan pemilu yang sangat kontroversial di bulan April 1924. Di awal tahun 1925, Mussolini melepaskan segala pretensi demokrasi dan menciptakan sebuah keditatoran total. Efektif sejak saat itu, PFN adalah satu-satunya partai yang diperbolehkan ada secara hukum di Italia. Status ini dimasukkan dalam undang-undang di tahun 1928 dan Italia menjadi sebuah negara satu partai hingga akhir rezim fasis di tahun 1943. Hukum-hukum yang baru dikritik kuat oleh pemimpin Partai Sosialis, Giacomo Matteotti, pada pidatonya di Parlemen. Beberapa hari kemudian, Matteotti diculik dan dibunuh oleh para Blackshirts.

Potret resmi Mussolini

Setelah mengambil kekuasaan, rezim fasis mulai menekankan ideologi fasis dan simbolismenya di seluruh negeri. Seseorang harus menjadi anggota PNF untuk mendapatkan pekerjaan atau meminta bantuan dari pemerintah. Simbol fasci dipajang di bangunan-bangunan umum; slogan-slogan dan simbolisme fasis ditunjukkan dalam seni, dan propaganda fasis mendirikan kultus individu di sekitar Mussolini, dengan cara memanggilnya "Il Duce", "Sang Pemimpin". Tugas-tugas Parlemen Italia digantikan oleh Majelis Fasci dan Korporasi, yang diisi sepenuhnya oleh anggota Partai Fasis. PFN menyiarkan imperialisme Italia di Afrika dan menghimbau pemisahan ras dan supremasi kulit putih orang Italia di koloni.

Pada tahun 1930 didirikanlah Fasci Pertarungan Anak Muda. Di tahun 1930, terjadi kampanye fasisme besar-besaran dalam bentuk upacara-upacara, pawai-pawai, dan penciptaan organisasi-organisasi yang meliputi seluruh aspek negara dan rakyat baik dalam hal pribadi maupun dalam hal publik. Kampanye ini diorganisasikan oleh sekretaris Achille Starace, seorang sekretaris fasis yang berasal dari Italia Selatan dan loyal kepada Mussolini. Agar gerakan anak muda ini tetap berjalan dengan baik, Starace memindahkan kendali Opera Nazionale Balilla (ONB) ke bawah PFN, serta menggabungkan ONB dan Fasci Anak Muda yang baru dibubarkan, ke dalam Gioventù Italiana del Littorio (GIL).

Pada 27 Mei 1933, keanggotaan partai dijadikan sebuah persyaratan umum untuk jabatan publik. Di tanggal 9 Maret 1937, keanggotaan partai diperlukan untuk masuk ke dalam kantor pemerintah apa pun, dan sejak 3 Juni 1938, rakyat yang tidak masuk ke dalam PFN tidak bisa mendapatkan pekerjaan. Di tahun 1939, Ettore Muti menggantikan Starace di jabatan teratas partai. Fakta ini menunjukkan meningkatnya pengaruh Galeazzo Ciano, menteri luar negeri dan menantu Mussolini.

Pada 10 Juni 1940, dari balkon Palazzo Venezia, Mussolini menyampaikan bahwa Italia secara resmi masuk Perang Dunia II di sisi Jerman Nazi pimpinan Adolf Hitler.

Kejatuhan Mussolini

Pada 25 Juli 1943, sesuai dengan permintaan dari Dino Grandi dan berdasar pada kegagalan perang, Majelis Besar Fasisme menurunkan Mussolini dengan cara meminta Raja untuk melanjutkan kekuasaan penuhnya dan melepaskan jabatan perdana menteri Mussolini. Kedua hal ini ia lakukan. Mussolini dipenjara dan sisa kaum fasis segera runtuh dengan sendirinya, dan partai fasis akhirnya dilarang oleh pemerintahan Pietro Badoglio pada 27 Juli.

Setelah Perampokan Gran Sasso yang dikendalikan Jerman Nazi berhasil menurunkan Mussolini di bulan September, PFN dihidupkan kembali sebagai Partai Fasis Republikan (Partito Fascista Repubblicano - PFR). Partai ini dideklarasikan sebagai satu-satunya partai di Republik Sosial Italia yang berada di Italia Utara dan dikendalikan oleh Nazi (Republik Salò). Sekretarisnya adalah Alessandro Pavolini. PFR tidak berhasil bertahan lebih dari eksekusi Mussolini di bulan April 1945.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Benito Mussolini (2006), My Autobiography with The Political and Social Doctrine of Fascism, Mineloa: NY: Dover Publication Inc., p. 227.
  2. ^ a b Charles F. Delzell, edit., Mediterranean Fascism 1919-1945, New York, NY, Walker and Company, 1971, p. 26
  3. ^ Joel Krieger, ed. (2012), The Oxford Companion to Comparative Politics, Oxford University Press, p. 120
  4. ^ Aristotle A. Kallis, Fascist ideology: territory and expansionism in Italy and Germany, 1922–1945. London, England, UK; New York City, USA: Routledge, 2000. Pp. 41.
  5. ^ Aristotle A. Kallis. Fascist ideology: territory and expansionism in Italy and Germany, 1922–1945. London, England, UK; New York City, USA: Routledge, 2000. Pp. 50.
  6. ^ Andrew Vincent. Modern Political Ideologies. Edisi ketiga. Malden, Massaschussetts, USA; Oxford, England, UK; West Sussex, England, UK: Blackwell Publishers Ltd., 2010. Pp. 160.
  7. ^ John Whittam. Fascist Italy. Manchester, England, UK; New York City, USA: Manchester University Press, 1995. Pp. 160.
  8. ^ "Mussolini and Fascism in Italy". FSmitha.com. 8 January 2008. 
  9. ^ The Fascist Experience by Edward R. Tannenbaum, p. 22
  10. ^ a b Macdonald, Hamish (1999). Mussolini and Italian Fascism. Nelson Thornes. ISBN 0-7487-3386-8. 
  11. ^ Roger Eatwell, Fascism: A History (1995)p. 49
  12. ^ Carsten (1982), p.62
  13. ^ Chiapello (2012), p.123
  14. ^ Carsten (1982), p.64
  15. ^ Carsten (1982), p.76