Penyerbuan Kotabaru Yogyakarta
Penyerbuan Kotabaru Yogyakarta | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Bagian dari Revolusi Nasional Indonesia | |||||||
| |||||||
Pihak terlibat | |||||||
Indonesia | Jepang | ||||||
Tokoh dan pemimpin | |||||||
Hamengkubuwono IX Soeharto | Mayor Otzuka | ||||||
Kekuatan | |||||||
Ribuan | ca 370 | ||||||
Korban | |||||||
21 mati 32 terluka |
9 mati 20 terluka 360 tertangkap |
Penyerbuan markas Jepang di Kotabaru Yogyakarta (atau lebih dikenal sebagai Penyerbuan Kotabaru Yogyakarta) diawali dengan perundingan antara Jepang dengan pejuang Yogyakarta yang berlangsung pada tanggal 6 Oktober 1945. Perundingan ini tidak mencapai mufakat karena Jepang tidak mau menyerahkan senjatanya pada pejuang Yogyakarta sehingga pada tanggal 7 Oktober 1945 dilakukan penyerbuan ke markas Jepang oleh para pejuang Yogyakarta.
Badan Keamanan Rakyat merupakan pemimpin perundingan dan pertempuran di Kotabaru, selain itu KNID Yogyakarta dan Polisi Istimewa juga ikut serta dengan menjadi penyemangat para pejuang lainnya karena Badan Keamanan Rakyat dan Polisi Istimewa telah memiliki persenjataan yang modern sehingga menjadi pelindung laskar rakyat yang bersenjata tradisional, para pemuda di sekitar Kotabaru juga ikut dalam pertempuran dengan bergabung dan diberi nama laskar rakyat.
Dampak pertempuran Kotabaru ini memberikan kekuatan baru bagi Badan Keamanan Rakyat, hal ini disebabkan karena persenjataan Jepang yang berhasil direbut diberikan kepada Badan Keamanan Rakyat sehingga dapat melebur menjadi Tentara Keamanan Rakyat dan kemenangan di Kotabaru ini memberikan semanagat perjuangan untuk melucuti senjata Jepang yang bermarkas di Pingit dan Maguwo (lokasi bandara lama Yogyakarta).
Dalam peristiwa penyerbuan Kotabaru ini sebanyak 21 pejuang dan pemuda Yogyakarta gugur dan di pihak musuh 27 tentara tewas. Nama-nama para pejuang yang gugur inilah kemudian diabadikan menjadi nama jalan di sekitar kawasan Kotabaru.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]