Perang Salib Kelima
Perang Salib Kelima | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Bagian dari Perang Salib | |||||||
Para tentara Salib dari Frisia berhadapan dengan Menara Damietta di Mesir. | |||||||
| |||||||
Pihak terlibat | |||||||
|
| ||||||
Tokoh dan pemimpin | |||||||
Jean dari Brienne Bohémond IV Hugues I Kaykaus I Friedrich II Luitpold VI Albert IV Ludwig I Otto I Peire dari Montagut Hermann dari Salza Guérin dari Montaigu András II Willem I Philippe II Henri I dari Rodez † Pelagio Galvani |
Al-Kamil Al-Muazzam Al-Mujahid Al-Muzaffar Mahmud Al-Aziz Muhammad Bahramshah | ||||||
Kekuatan | |||||||
32.000 orang | Tak diketahui | ||||||
Korban | |||||||
Tak diketahui | Tak diketahui |
Perang Salib Kelima (1217–1221) adalah upaya kaum Eropa Barat untuk merebut kembali Yerusalem dan seluruh wilayah Tanah Suci lainnya dengan pertama-tama menaklukkan Dinasti Ayyubiyyah yang berkuasa di Mesir.
Paus Innosensius III dan penggantinya, Paus Honorius III, mengorganisir Tentara Salib yang dipimpin oleh Raja András II dari Hungaria dan Adipati Luitpold VI dari Austria; suatu serangan terhadap Yerusalem pada akhirnya menyebabkan kota itu tetap berada dalam kendali kaum Muslim. Kemudian pada 1218 sepasukan tentara Jerman yang dipimpin oleh Oliver dari Köln, dan sepasukan tentara campuran Belanda, Flandria, dan Frisia, yang dipimpin oleh Willem I, Comte Holandia bergabung dalam perang salib ini. Untuk menyerang Damietta di Mesir, mereka menjalin aliansi dengan Kesultanan Rûm Seljuk di Anatolia, yang mana melakukan penyerangan terhadap Dinasti Ayyubiyyah di Suriah, dengan maksud agar Tentara Salib tidak bertempur di dua front.
Setelah menduduki pelabuhan Damietta, para Tentara Salib bergerak ke selatan menuju Kairo pada bulan Juli 1221, tetapi kemudian berbalik setelah kekurangan perbekalan menyebabkan mereka terpaksa mengundurkan diri. Suatu serangan saat malam hari oleh Sultan Al-Kamil menyebabkan kerugian besar pada pihak Tentara Salib, dan akhirnya pasukan tersebut menyerah. Al-Kamil lalu menyepakati perjanjian damai selama delapan tahun dengan Eropa.
Persiapan
[sunting | sunting sumber]Paus Innosensius III telah merencanakan suatu perang salib sejak tahun 1208 untuk merebut Yerusalem kembali. Pada bulan April 1213 ia mengeluarkan bulla kepausan Quia maior yang menyerukan kepada seluruh Dunia Kristen untuk bergabung dalam suatu perang salib yang baru. Hal ini kemudian diikuti dengan bulla lainnya, yaitu Ad Liberandam pada tahun 1215.[1]
Prancis
[sunting | sunting sumber]Pesan mengenai perang salib ini disampaikan di Prancis oleh Robert dari Courçon. Tidak seperti Perang Salib lainnya, tidak banyak ksatria Prancis yang ikut serta karena mereka sedang berperang dalam Perang Salib Albigensian di Prancis selatan melawan sekte Kathar yang dipandang sesat.
Pada tahun 1215 Paus Innosensius III menyelenggarakan Konsili Lateran IV. Bersama dengan Patriark Latin Yerusalem, Raoul dari Mérencourt, ia membahas tentang bagaimana merebut kembali Tanah Suci di samping urusan gerejawi lainnya. Paus Innosensius menginginkan supaya perang ini dipimpin oleh pihak kepausan, sebagaimana mestinya seperti pada Perang Salib Pertama, untuk menghindari kesalahan-kesalahan dalam Perang Salib Keempat, yang mana diambil alih oleh pihak Venesia. Paus Innosensius merencanakan supaya para tentara salib bertemu di Brindisi pada tahun 1216, dan melarang perdagangan dengan kaum Muslim, untuk memastikan bahwa para tentara salib akan memiliki kapal dan senjata. Setiap tentara salib akan menerima indulgensi, termasuk mereka yang hanya ikut menolong membayar biaya-biaya seorang tentara salib namun tidak pergi berperang.
Hungaria dan Jerman
[sunting | sunting sumber]Oliver dari Köln telah mengkhotbahkan mengenai perang salib ini di Jerman, dan Kaisar Friedrich II berupaya untuk bergabung pada tahun 1215. Friedrich merupakan penguasa terakhir dari monarki tersebut yang diinginkan Paus Innosensius untuk bergabung, sebab ia telah menantang Kepausan (dan melakukannya lagi pada tahun-tahun mendatang). Paus Innosensius meninggal dunia pada tahun 1216 dan digantikan oleh Paus Honorius III, yang mana melarang Friedrich untuk berpartisipasi, sebaliknya ia mengorganisir bala tentara salib di bawah pimpinan Raja András II dari Hungaria dan Adipati Luitpold VI dari Austria.[2][3] András memiliki tentara kerajaan yang terbesar dalam sejarah perang salib (20.000 ksatria dan 12.000 garnisun-kastil).
Catatan kaki
[sunting | sunting sumber]- ^ Tyerman 2006, hlm. 616.
- ^ Tyerman 2006, hlm. 615.
- ^ Hindley 2004, hlm. 184.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- Tyerman, Christopher (2006). God's war: A new history of the crusades (edisi ke-1st). Harvard University Press.
- Hindley, Geoffrey (2004). A brief history of the crusades. London: Robinson. ISBN 9781841197661.
Bacaan lanjutan
[sunting | sunting sumber]- R. L. Wolff/H. W. Hazard (Hrsg.): The later Crusades, 1189–1311 (A History of the Crusades, volume II). University of Wisconsin Press, Madison/Wisconsin 1969, S. 377 dyb., Here online.
- Jonathan Riley-Smith (Hrsg.): Illustrierte Geschichte der Kreuzzüge. Frankfurt/New York 1999, S. 478 (Index, s.v. Damiette).
- Barbara Watterson. The Egyptians. Blackwell Publishing, 1998, hlm. 260.
- Heinrich von Zeißberg. Allgemeine Deutsche Biographie (ADB). Einzelband Nr. 18: Lassus – Litschower. 1. Auflage. Leipzig, Verlag von Dunder & Humblot, 1883, hlm. 389.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- http://crusades.boisestate.edu/5th/ Diarsipkan 2011-01-13 di Wayback Machine.