Lompat ke isi

Pumpkin Spice Latte

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Pumpkin Spice Latte adalah minuman kopi yang diberi campuran rempah khas musim gugur (kayu manis, pala, dan cengkeh), susu panas, espresso, dan gula, ditambah krim kocok dan bubuk pai labu. Sejak 2015, esens labu ditambahkan sebagai bahan minuman ini. Minuman ini dijual terbatas oleh Starbucks dan kafe-kafe lain, biasanya pada akhir Agustus hingga Januari.

Starbucks mulai mengembangkan menu Pumpkin Spice Latte pada Januari 2003 setelah berhasil memasarkan menu khas musim dingin seperti Peppermint Mocha dan Eggnog Latte. Menurut Peter Dukes, pengembang produk Starbucks, tim ahlinya mengetes sepuluh produk di pasaran. Pumpkin Spice Latte keluar di tengah-tengah setelah menu cokelat dan karamel. Menurut Dukes, "tim menyadari rasa labu memiliki ciri khasnya sendiri, apalagi waktu itu labu masih dianggap biasa saja". Starbucks mencoba berbagai kombinasi dan rasio labu dengan rempah dan memutuskan resep tanpa labu sama sekali.[1]

Pada musim gugur 2003, resep akhir ini diuji coba di Vancouver dan Washington, D.C. Penjualan menu ini melampaui perkiraan perusahaan. Kata Dukes, "kami awalnya tidak sanggup memenuhi permintaan pasar... kami terpaksa mempercepat pengisian stok di setiap gerai."[1][2] PRoduk ini dijual di semua gerai di Amerika Serikat pada tahun selanjutnya.

Menurut perusahaan, Pumpkin Spice Latte adalah minuman musiman terpopuler mereka. Lebih dari 200 juta cangkir terjual sejak menu ini diperkenalkan tahun 2003 hingga 2015.[1] Minuman ini memulai tren barang-barang berbau rempah labu seperti lilin, pengharum ruangan, donat, sereal sarapan, permen obat batuk, dan saus pasta.[3][4]

Pada Agustus 2015, Starbucks mengubah resepnya dengan menambah labu dan menghilangkan pewarna buatan. Resep baru ini juga meliputi "sirup rasa pai labu" bercampur gula, susu skim kental, esens labu, pewarna, dan pengawet.[5]

Pada tahun 2014, Vani Hari, seorang narablog pseudosains kontroversial,[6] mempersoalkan bahan-bahan yang digunakan oleh Pumpkin Spice Latte.[7] Hari menyoroti penggunaan pewarna karamel Kelas IV (E 150d)[7] yang mengandung sedikit 4-MEI, senyawa karsinogen potensial.[8] Pewarna karamel umumnya dinilai aman oleh Food and Drug Administration (FDA),[7] European Food Safety Authority,[9] dan Health Canada.[10] FDA menilai keterpaparan 4-MEI oleh manusia dalam kadar normal masih aman.[11]

Sebelum esens labu ditambahkan tahun 2015, Hari juga mempersoalkan tidak adanya labu betulan dalam resep minuman ini. Juru bicara Institute of Food Technologists (IFT), Kantha Shelke, berpendapat bahwa minuman ini bertujuan memperkuat rasa rempah yang dipakai oleh pai labu, bukan rasa labu itu sendiri.[12][13]

Hari dan peneliti lainnya mempersoalkan tingginya kandungan gula dalam minuman ini. Wartawan Time, Mandy Oaklander, melaporkan bahwa satu sajian saus labu Starbucks mengandung 8 gram (0,28 oz) gula. Pumpkin Spice Latte ukuran "grande" (tiga sajian sirup) mengandung 49 g (1,7 oz) gula, 24 g (0,85 oz) di antaranya berasal dari perisa rempah labu.[12] Pumpkin Spice Latte ukuran 16 US fl oz (470 ml) mengandung 380 kalori (1.600 kJ).[14] Acuan Konsumsi Harian yang dikeluarkan oleh FDA merekomendasikan agar konsumsi gula tambahan dibatasi 50 g (1,8 oz) per hari.[15][16]

Tahun 2015, Starbucks menambah labu dan menghapus pewarna buatan dalam resepnya.[17] Shelke menulis bahwa perubahan ini tidak cukup terasa di lidah dan hanya bertujuan untuk "memuaskan orang-orang yang ingin melihat labu betulan di resepnya."[13]

Penjualan dan pemasaran

[sunting | sunting sumber]

Starbucks menjual lebih dari 200 juta cangkir Pumpkin Spice Latte sejak diluncurkan sampai 2013. Hasil penjualan menu ini mencapai $80 juta per tahun, lebih laris daripada Eggnog Latte dan Peppermint Mocha.[18][19]

Dalam artikel Forbes tahun 2013, Debra Donston-Miller menulis, "produk-produk yang hanya dijual dalam jangka waktu terbatas memiliki mekanisme pemasaran alami yang dampaknya bisa membesar seiring waktu."[20] Namun, ahli pemasaran di Mottis mengatakan pada tahun 2014 bahwa kesuksesan Pumpkin Spice Latte justru dipicu oleh pemasaran jor-joran oleh Starbucks.[21]

Starbucks menyasar laki-laki dan perempuan usia 25 sampai 40 tahun melalui desain dan kata-kata promosi modern. Starbucks menyatakan bahwa target konsumen mereka sangat suka menggunakan media sosial, termasuk Twitter, Facebook, dan Instagram.[21] Tahun 2013, perusahaan ini memperkenalkan elemen permainan untuk menyambut kehadiran menu ini; pelanggan dapat memesan minuman ini di gerai Starbucks lebih awal menggunakan kode khusus.[2] Pada Agustus 2012 sampai Januari 2014, tanda pagar #pumpkinspice dipos sebanyak 29.000 kali[22] dan #PSL pernah dipos lebih dari 12 juta kali dalam satu hari saja.[butuh rujukan]

Sejak Starbucks memperkenalkan Pumpkin Spice Latte, sejumlah perusahaan ikut mengeluarkan produk berbau Pumpkin Spice. Menurut Datassential Menu Trends, menu terbatas berbahan labu di restoran bertambah 234 persen pada tahun 2008 hingga 2012, sedangkan menu terbatas umum bertambah 143 persen dalam jangka waktu yang sama.[23] Menu-menu yang dimaksud meliputi M&M's rasa labu, kopi labu Dunkin' Donuts, dan wiski rasa labu. Perusahaan-perusahaan lain juga mengeluarkan losion, sampo, dan lilin rempah labu.[18]

Pumpkin Spice Latte juga bisa dibuat dingin atau diblender seperti Frappuccino di gerai Starbucks. Pada musim gugur 2017, Starbucks mengeluarkan variasi teh bernama Pumpkin Spice Chai Latte.[24][25] Selain itu, Starbucks juga menjual kopi instan rempah labu.

Menurut CNBC, Pumpkin Spice Latte adalah minuman musiman terpopuler Starbucks dan terjual sebanyak 424 juta cangkir di seluruh dunia.[26] Forbes memperkirakan Starbucks memperoleh $100 juta dari penjualan menu ini pada tahun 2015.[27]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c Chou, Jessica (October 28, 2013). "History of the Pumpkin Spice Latte". The Daily Meal. Diakses tanggal October 6, 2014. 
  2. ^ a b Fieisher, Lisa (August 30, 2013). "Pumpkin Spice Latte, the Drink That Almost Wasn't". Wall Street Journal. Diakses tanggal October 6, 2014. 
  3. ^ D'Costa, Krystal (September 20, 2017). "The Rise of Pumpkin Spice". Scientific American. Diakses tanggal September 12, 2018. 
  4. ^ Popomaronis, Tom (September 8, 2017). "The World Has An Obsession With Pumpkin Spice (And Businesses Know It)". Forbes. 
  5. ^ Dukes, Peter (Aug 17, 2015). "Big News for the Beloved Pumpkin Spice Latte". My Starbucks Idea. Starbucks Corporation. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-08-26.  Via Leah Durain (September 8, 2015). "Starbucks debuts new Pumpkin Spice Latte ingredients list". 12 News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-09-24. 
  6. ^ Belluz, Julia (April 7, 2015). "Why the "Food Babe" enrages scientists". Vox.com. Vox Media. 
  7. ^ a b c Engel, Meredith (September 18, 2014). "Battle Brews over Ingredients in Starbucks' Pumpkin Spice Lattes". Daily News (New York). New York. Diakses tanggal October 6, 2014. 
  8. ^ World Health Organization (1975) Toxicological evaluation of some food colours, enzymes, flavour enhancers, thickening agents, and certain food additives. Accessed on 2011-01-11.
  9. ^ "EFSA reviews safety of caramel colours". Diakses tanggal 2015-01-08. 
  10. ^ "Coke changes recipe; Pepsi still contains cancer-causing chemical, U.S. watchdog says". 2013-07-05. Diakses tanggal 2015-01-08. 
  11. ^ "Questions & Answers on Caramel Coloring and 4-MEI". FDA.gov. Food and Drug Administration. 2014-11-05. Diakses tanggal 2015-12-11. Based on the available information, FDA has no reason to believe that there is any immediate or short-term danger presented by 4-MEI at the levels expected in food from the use of caramel coloring. 
  12. ^ a b Oaklander, Mandy (September 3, 2014). "In Defense of the Pumpkin Spice Latte". Time. Diakses tanggal September 26, 2016. 
  13. ^ a b Shelke, Kantha. "Pumpkin Spice 101". Institute of Food Technologists. Diakses tanggal October 27, 2015. 
  14. ^ "Pumpkin Spice Lattee". Starbucks.com. Starbucks Coffee Company. Diakses tanggal February 5, 2017. 
  15. ^ "Dietary Reference Intakes (DRIs)" (PDF). Food and Nutrition Board, Institute of Medicine, National Academies. November 30, 2010. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2018-03-11. Diakses tanggal March 11, 2018. A complete document containing the four tables listed [at Dietary Reference Intakes Tables and Application: Health and Medicine Division]. 
  16. ^ "Dietary Reference Intakes Tables and Application : Health and Medicine Division". nationalacademies.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-03-11. 
  17. ^ Giammona, Craig. "Starbucks Pulls Artificial Coloring From Pumpkin Spice Latte". Bloomberg News. Diakses tanggal October 27, 2015. 
  18. ^ a b Maynard, Micheline (September 22, 2013). "How Starbucks Turned Pumpkin Spice Into A Marketing Bonanza". Forbes. Diakses tanggal October 6, 2014. 
  19. ^ "More than 200 Million Sold: Fans Celebrate the Return of the Original Pumpkin Spice Latte at Starbucks". Regional Business News, EBSCOhost. 2013. 
  20. ^ "The Branding Magic Behind Pumpkin Spice Lattes". Forbes. December 26, 2013. Diakses tanggal October 6, 2014. 
  21. ^ a b Bethany. "One Pumpkin Spice Latte with a Side of Marketing Success Please". Mottis. Diakses tanggal October 6, 2014. 
  22. ^ "Pumpkin Spice Latte". Starbucks Corporation. 2014-02-16. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-02-16. There have been over 29,000 tweets that have featured the hash tag: #pumpkinspice since August of 2012? 
  23. ^ Grant, Kelli B. (September 8, 2013). "Starbucks Latte Dries Early Pumpkin Foods Craze". CNBC. Diakses tanggal October 6, 2014. 
  24. ^ "Pumpkin Spice Chai Tea Latte". Starbucks Coffee Company. 
  25. ^ "New Drinks at Starbucks: Fall 2017". What's New at Starbucks This Fall. Starbucks. Diakses tanggal 28 September 2017. 
  26. ^ Lucas, Amelia (August 26, 2019). "Starbucks is introducing its first new pumpkin coffee beverage since the pumpkin spice latte". CNBC. Diakses tanggal September 9, 2019. 
  27. ^ O'Connor, Clare (November 10, 2015). "The Pumpkin Spice Economy: How Starbucks Lattes Fueled A $500 Million Craze". Forbes. Diakses tanggal September 9, 2019. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]