Seni peran: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
FianM (bicara | kontrib)
menambahkan referensi
Bebasnama (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:Bernhardt_Hamlet2.jpg|ka|jmpl| Panggung Prancis dan aktris film awal bernama [[Sarah Bernhardt]] yang berperan sebagai [[Hamlet]].]]
[[Berkas:Bernhardt_Hamlet2.jpg|ka|jmpl| Panggung Prancis dan aktris film awal bernama [[Sarah Bernhardt]] yang berperan sebagai [[Hamlet]].]]
[[Berkas:Samurai_actors.jpg|jmpl| Aktor dengan kostum [[samurai]] dan [[ronin]] di penyutingan film [[Kyoto]], Eigamura.]]
[[Berkas:Samurai_actors.jpg|jmpl| Aktor dengan kostum [[samurai]] dan [[ronin]] di penyutingan film [[Kyoto]], Eigamura.]]
'''Akting''' adalah kegiatan menceritakan sebuah cerita melalui tindakan oleh seorang [[pemeran]] yang meniru tindakan [[Tokoh fiksi|karakter]]. Akting dapat dilakukan di [[teater]], [[televisi]], [[film]], [[radio]], atau media lain apa pun yang menggunakan mode [[Mimesis|mimetik]].
'''Akting''', '''pemeranan''', atau '''seni peran''' adalah kegiatan menceritakan sebuah cerita melalui tindakan oleh seorang [[pemeran]] yang meniru tindakan [[Tokoh fiksi|karakter]]. Akting dapat dilakukan di [[teater]], [[televisi]], [[film]], [[radio]], atau media lain apa pun yang menggunakan mode [[Mimesis|mimetik]].


Akting melibatkan berbagai keterampilan dalam hal [[pengembangan]] [[imajinasi]], pengendalian emosional, ekspresifitas fisik, proyeksi vokal, kecakapan [[wicara]], dan kemampuan untuk menafsirkan [[drama]]. Akting juga memerlukan kemampuan untuk menggunakan [[dialek]], [[Logat|aksen]], [[improvisasi]], [[observasi]]. Selain itu, diperlukan emulasi, [[pantomim]], dan pertarungan panggung. Sebagian besar aktor pemula mengembangkan kemampuan akting dengan mengikuti program spesialis atau [[perguruan tinggi]]. Sedangkan sebagian besar aktor profesional mengikuti pelatihan secara teratur dan berkelanjutan. Instruktur dan guru disediakan bagi para pemeran untuk berbagai pelatihan. Kegiatan pelatihan meliputi kegiatan [[menyanyi]], adegan bekerja, [[Audisi|teknik audisi]], dan bersandiwara di depan [[kamera]].
Akting melibatkan berbagai keterampilan dalam hal [[pengembangan]] [[imajinasi]], pengendalian emosional, ekspresifitas fisik, proyeksi vokal, kecakapan [[wicara]], dan kemampuan untuk menafsirkan [[drama]]. Akting juga memerlukan kemampuan untuk menggunakan [[dialek]], [[Logat|aksen]], [[improvisasi]], [[observasi]]. Selain itu, diperlukan emulasi, [[pantomim]], dan pertarungan panggung. Sebagian besar aktor pemula mengembangkan kemampuan akting dengan mengikuti program spesialis atau [[perguruan tinggi]]. Sedangkan sebagian besar aktor profesional mengikuti pelatihan secara teratur dan berkelanjutan. Instruktur dan guru disediakan bagi para pemeran untuk berbagai pelatihan. Kegiatan pelatihan meliputi kegiatan [[menyanyi]], adegan bekerja, [[Audisi|teknik audisi]], dan bersandiwara di depan [[kamera]].

Revisi per 9 April 2022 12.02

Panggung Prancis dan aktris film awal bernama Sarah Bernhardt yang berperan sebagai Hamlet.
Aktor dengan kostum samurai dan ronin di penyutingan film Kyoto, Eigamura.

Akting, pemeranan, atau seni peran adalah kegiatan menceritakan sebuah cerita melalui tindakan oleh seorang pemeran yang meniru tindakan karakter. Akting dapat dilakukan di teater, televisi, film, radio, atau media lain apa pun yang menggunakan mode mimetik.

Akting melibatkan berbagai keterampilan dalam hal pengembangan imajinasi, pengendalian emosional, ekspresifitas fisik, proyeksi vokal, kecakapan wicara, dan kemampuan untuk menafsirkan drama. Akting juga memerlukan kemampuan untuk menggunakan dialek, aksen, improvisasi, observasi. Selain itu, diperlukan emulasi, pantomim, dan pertarungan panggung. Sebagian besar aktor pemula mengembangkan kemampuan akting dengan mengikuti program spesialis atau perguruan tinggi. Sedangkan sebagian besar aktor profesional mengikuti pelatihan secara teratur dan berkelanjutan. Instruktur dan guru disediakan bagi para pemeran untuk berbagai pelatihan. Kegiatan pelatihan meliputi kegiatan menyanyi, adegan bekerja, teknik audisi, dan bersandiwara di depan kamera.

Sebagian besar penelitan dari sumber kuno di budaya Barat(Yunani: ὑπόκρισις, hipokrisis) menganggap akting sebagai bagian dari retorika. [1]

Sejarah

  Salah satu aktor pertama yang diketahui adalah seorang Yunani kuno adalah seorang yang tinggal di Athena bernama Thespis. Ia berasal dari Ikaria. Aristoteles menulis dalam bukunya Poetics ( c. 335 BCE ) bahwa Thespis memilih berhenti bekerja dari paduan suara dithyrambic. Nama Thespis diperoleh dari kata "thespian" Ia menyebut Thepsis sebagai karakter yang terpisah. Sebelum Thespis, ia menjadi pemeran paduan suara dengan menyebutkan tokoh bernama Dionysus. Setelah ia keluar, ia mengganti nama Dionysus dengan penyebutan dirinya. dua abad setelah peristiwa itu, menunjukkan Aristoteles kemudian membedakan kedua jenis penceritaan ini dengan tindakan dan narasi dan menggunakan istilah " mimesis " untuk penceritaan dengan tindakan dan " diegesis " untuk penceritaan dengan narasi. .

Pelatihan

 

Anggota Studio Pertama, yang mana Konstantin Stanislavski mulai mengembangkan program pelatihan aktornya. Program ini menjadi dasar bagi sebagian besar pelatihan profesional di dunia Barat.

Pelatihan konservatori dan sekolah drama biasanya berlangsung antara dua hingga empat tahun hanya untuk mempelajari semua aspek tentang akting. Sementara itu, sebagian besar universitas menawarkan program pelatihan selama tiga hingga empat tahun. Dalam universitas, peserta didik dapat memilih fokus pada akting sambil mempelajari aspek teater lainnya. Tiap sekolah menggunakan pendekatan yang berbeda-beda dalam mengajar akting. Metode yang paling populer di Amerika Utara adalah program Konstantin Stanislavski. Program ini dikembangkan dan dipopulerkan di Amerika sebagai metode yang digunakan oleh Lee Strasberg, Stella Adler dan Sanford Meisner.

Pendekatan lain berupa orientasi berbasis fisik. Pendekatan ini dipromosikan oleh praktisi teater antara lain Anne Bogart, Jacques Lecoq, Jerzy Grotowski dan Vsevolod Meyerhold. Kelas akting juga meliputi psikoteknik, pekerjaan topeng , teater fisik, improvisasi, dan akting di depan kamera.

Selain pendekatan dari sekolah, peserta pelatihan harus mengikuti pelatihan intensif. Pendekatan ini menggunakan interpretasi tekstual, suara, dan gerakan. Audisi ekstensif umumnya digunakan untuk memilih program drama dan konservatori yang akan diberikan. Pendaftar berasal dari peserta yang berusia lebih dari 18 tahun. Beberapa jenis pelatihan juga dapat dimulai pada usia yang lebih muda. Kelas akting dan sekolah profesional dengan peserta berusia di bawah 18 tahun banyak ditemukan. Aktor muda diperkenalkan oleh pelatih ke berbagai aspek akting dan teater. Salah satu aspek ini adalah studi adegan.

Pelatihan ketenangan dan santai secara fisiologi diadakan dengan peningkatan pelatihan dan paparan pidato.[2] Perubahan stres diukur dengan menghitung jumlah detak jantung pembicara publik. Kecemasan terukur ketika detak jantung meningkat. Aktor dengan peningkatan kinerja memiliki detak jantung dan bukti stres yang lebih rendah.[3] Pidato merupakan latihan penting untuk aktor, karena termasuk tindakan adaptasi yang dapat mengatur kecemasan dari dalam diri maupun dari luar diri.[4] Tindakan fisiologi akan meningkat dengan menghadiri institusi dengan spesialisasi akting. Tubuh menjadi lebih rileks dan stres dapat berkurang. Efek yang ditimbulkan bersifat menyehatkan secara hormonal hingga kesehatan kognitif. Efek ini mampu memengaruhi kualitas hidup dan kinerja.[5]

Improvisasi

 

Dua karakter bertopeng dari commedia dell'arte, yang " lazzi " melibatkan tingkat improvisasi yang signifikan.

Beberapa bentuk akting klasik memanfaatkan elemen substansial. Akting dilakukan dengan improvisasi dari pemeran. Contoh improvisasi adalah pada rombongan commedia dell'arte. Kelompok ini merupakan suatu bentuk komedi bertopeng yang sering diadakan di Italia.

Praktisi teater Rusia yang bernama Konstantin Stanislavski menjadikan improvisasi sebagai pendekatan utama untuk akting. Ia mengembangkan sistem pelatihan aktor pada tahun 1910-an. Akhir tahun 1910, Stanislavski diundang ke Capri untuk berdiskusi dengan dramawan bernama Maxim Gorky. Keduanya membahas pelatihan dan tata bahasa dalam akting.[6] Gorky terinspirasi oleh pertunjukan teater populer di Napoli yang memanfaatkan teknik commedia dell'arte. Ia menyarankan agar Stanislavski membentuk sebuah perusahaan bersamanya. Selain itu, ia menyarankan agar perusahaan ini meniru pemain berjalan abad pertengahan. Pada model drama ini, drama baru dirancang bersama oleh seorang penulis naskah dan sekelompok aktor muda melalui improvisasi. [7] Stanislavski menyetujuinya dan mengembangkan penggunaan improvisasi ini dalam karyanya dengan studio pertamanya di Teater Seni Moskow.[8] Murid-murid Stanislavski menegmbangkan sistemnya dalam pendekatan akting. Dua murid Stanislavski adalah Michael Chekhov dan Maria Knebel.

Penggunaan improvisasi dipelopori di Inggris pada tahun 1930-an oleh Joan Littlewood. Penggunaan teknik improvisasi ini kemudian dilanjutkan oleh Keith Johnstone dan Clive Barker. Sementara di Amerika Serikat, Viola Spolin menjadi orang pertama yang mempromosikan improvisasi. Ia memulai promosinya setelah mulai bekerja dengan Neva Boyd di Hull House di Chicago, Illinois. Spolin menjadi murid Boyd dari tahun 1924 hingga tahun 1927. Seperti praktisi Inggris, Spolin meyakini bahwa permainan merupakan sarana yang berguna dalam pelatihan dan peningkatan kinerja aktor. Ia meyakini bahwa improvisasi mampu membuat seseorang menemukan kebebasan berekspresi. Alasannya adalah improvisasi berubah seiring kondisi tertentu. Improvisasi menuntut pikiran terbuka agar spontanitas dapat dipertahankan. Ini berbeda dengan merencanakan respons sebelumnya. Aktor menciptakan sebuah karakter tanpa mengacu pada teks dramatis sehingga sebuah drama dapat dikembangkan dari interaksi spontan dengan aktor lain. Pendekatan ini telah dikembangkan secara substansial oleh pembuat film Inggris Mike Leigh. Ia menerapkannya dalam film-film seperti Secrets & Lies (1996), Vera Drake (2004), Another Year (2010), dan Mr. Turner (2014).

Kesalahan seorang pemeran juga dapat ditutupi dengan mengadakan Improvisasi.

Efek fisiologis

Stres dapat timbul ketika pemeran sedang berbicara atau berakting di depan penonton. Stres ini mengakibatkan peningkatan detak jantung.[9] [10]

Pada tahun 2017 diadakan sebuah studi kepada para mahasiswa di Amerika Serikat yang belajar menjadi pemeran. Para pemeran ini menunjukkan peningkatan detak jantung yang sama sepanjang penampilan mereka walaupun memiliki tingkat pengalaman yang berbeda-beda. Ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya bahwa detak jantung meningkat baik pada aktor profesional maupun aktor amatir.[11] Stres dialami oleh semua jenis aktor, tetapi terdapat perbedaan dalam keragaman jumlah detak jantung. Aktor yang lebih berpengalaman memiliki detak jantung yang berubah dengan rentang nilai yang kecil. Sementara aktor amatir memiliki detak jantung yang beragam dengan rentang yang lebih besar. Stres yang dialami oleh aktor yang lebih berpengalaman lebih sedikit dibandingkan aktor amatir. Kestabilan detak jantung dengan demikian ditentukan oleh tingkat pengalaman dari seorang pemeran.

Semiotika

Antonin Artaud membandingkan efek penampilan seorang aktor pada penonton diTheater of Cruelty. Pembandingan dilakukan dengan cara tarian ular yang dapat mempengaruhi ular.

Akting memanfaatkan ilmu semiotika untuk mengetahui tentang cara-cara memulai pertunjukan dengan menjadikan penonton sebagai tanda. Semiotika sebagian besar melibatkan pembentuksn makna yang mempengaruhi kinerja aktor dalam konteks yang lebih luas. Tindakan dramatis dalam dunia nyata dapat membentuk hubungan masing-masing aktor.

Referensi

  1. ^ Csapo and Slater (1994, 257); hypokrisis, which literally means "acting," was the word used in discussions of rhetorical delivery.
  2. ^ Zuardi; Crippa; Gorayeb (2012). "Human experimental anxiety: actual public speaking induces more intense physiological responses than simulated public speaking". Sci Elo Brazil. 35 (3): 248–253. doi:10.1590/1516-4446-2012-0930. PMID 24142085. 
  3. ^ Mesri, Bita; Niles, Andrea; Pittig, Andre; LeBeau, Richard; Haik, Ethan; Craske, Michelle (2017). "Public speaking avoidance as a treatment moderator for social anxiety disorder". Journal of Behavior Therapy and Experimental Psychiatry. 55: 66–72. doi:10.1016/j.jbtep.2016.11.010. PMC 5315620alt=Dapat diakses gratis. PMID 27915159. 
  4. ^ Gyurak, Anett; Gross, James; Etkin, Amit (2012). "Explicit and Implicit Emotion Regulation: A Dual-Process Framework". Cogn Emot. 3 (25): 400–412. doi:10.1080/02699931.2010.544160. PMC 3280343alt=Dapat diakses gratis. PMID 21432682. 
  5. ^ Sonia, Lupien; McEwen, Bruce; Gunnar, Megan; Hein, Christine (2009). "Effects of stress throughout the lifespan on the brain, behaviour and cognition". Nature Reviews Neuroscience. 10 (6): 434–445. doi:10.1038/nrn2639. PMID 19401723. 
  6. ^ Benedetti (1999, 203) and Magarshack (1950, 320).
  7. ^ Benedetti (1999, 203-204) and Magarshack (1950, 320-321).
  8. ^ Benedetti (1999, 204) and Magarshack (1950, 320-322, 332-333).
  9. ^ Baldwin, Clevenger, T (1980). "Effect of Speakers' Sex and size of audience on heart-rate changes during short impromptu speeches". Psychological Reports. 46 (1): 123–130. doi:10.2466/pr0.1980.46.1.123. PMID 7367532. 
  10. ^ Lacey (1995). "Coronary vasoconstriction induced by mental stress (simulated public speaking)". The American Journal of Cardiology. 75 (7): 503–505. doi:10.1016/s0002-9149(99)80590-6. PMID 7863998. 
  11. ^ Konijin, Elly A. (1991). "What's on between the actor and his audience? Empirical Analysis of emotion processes in the theatre". Dalam Wilson, Glenn D. Psychology and Performing Arts. Swets & Zeitlinger. ISBN 978-0312653163. 

Pranala luar