Suku Dayak Abal: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k →‎Pranala luar: clean up
Alamnirvana (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
 
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:Suku Abal.jpg|jmpl|200px|Gambar suku Dayak Abal di Museum Wasaka Banjarmasin.]]
[[Berkas:Suku Abal.jpg|jmpl|200px|Gambar suku Abal di Museum Wasaka Banjarmasin.]]
[[Berkas:Letak-kec-haruai-tabalong.PNG|130px|jmpl|ka|Sebagian desa di Kecamatan Haruai, merupakan lokasi kediaman suku Abal di Kabupaten Tabalong]]
[[Berkas:Letak-kec-haruai-tabalong.PNG|130px|jmpl|ka|Sebagian desa di Kecamatan Haruai, merupakan lokasi kediaman suku Abal di Kabupaten Tabalong]]
'''Suku Dayak Abal''' adalah sub-[[suku Dayak]] yang berdiam di Desa [[Kupang Nunding, Muara Uya, Tabalong|Kupang Nunding]], kecamatan [[Muara Uya, Tabalong]] dahulu juga terdapat di Desa [[Halong, Haruai, Tabalong|Halong]] Dalam, Desa Agong, dan Desa [[Suput, Haruai, Tabalong|Suput]]. Ketiga desa ini merupakan bagian wilayah administratif Kecamatan [[Haruai, Tabalong]], Provinsi [[Kalimantan Selatan]]. Kecamatan Haruai yang luasnya 861,27 km2 pada tahun [[1990]] berpenduduk 21.948 [[jiwa]] (mayoritas [[suku Banjar]]), tetapi tidak tersedia [[data]] jumlah orang [[Dayak Abal]] di antara jumlah tersebut. [[Orang Abal]] ini mempunyai [[bahasa]] sendiri yakni [[bahasa Abal]]. Antara sesamanya mereka menggunakan bahasa Abal sebagai [[bahasa ibu]], tetapi dengan orang luar misalnya dengan orang Banjar, atau [[Dayak Maanyan]], [[Dayak Dusun Deyah]] yang penduduk asal di kabupaten ini, mereka menggunakan [[bahasa Banjar]] sebagai [[bahasa pengantar]]. Pengaruh orang Banjar menyebabkan mereka telah lama memeluk [[agama]] [[Islam]], dan [[asimilasi]] dengan [[orang Banjar]] ini terjadi sedemikian rupa sehingga [[budaya]] lama mereka sendiri sudah hampir-hampir punah. Seperti [[penduduk]] [[Kabupaten Tabalong]] umumnya, mereka hidup dari sektor [[pertanian]] dan hasil [[hutan]].<ref name="Demography of Indonesia's Ethnicity">{{cite book|last=Ananta|first=Aris|date=29 April 2016|year=2016|url=https://books.google.co.id/books?id=Nh1qDwAAQBAJ&pg=PT411&dq=pasir-pematang&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwi18fn-s9voAhV2xTgGHT5UA10Q6AEILTAB#v=onepage&q=pasir-pematang&f=false|title=Demography of Indonesia's Ethnicity|location=|publisher=Flipside Digital Content Company Inc|isbn=9814695947|language=en|translator=|authorlink=Aris Ananta}} ISBN 9789814695947</ref><ref name="Sumbawa pada masa dulu">{{cite book
'''Suku Abal''' atau '''Suku Dayak Abal''' adalah sub-[[suku Dayak]] yang berdiam di Desa [[Kupang Nunding, Muara Uya, Tabalong|Kupang Nunding]], kecamatan [[Muara Uya, Tabalong]] dahulu juga terdapat di Desa [[Halong, Haruai, Tabalong|Halong]] Dalam, Desa Agong, dan Desa [[Suput, Haruai, Tabalong|Suput]]. Ketiga desa ini merupakan bagian wilayah administratif Kecamatan [[Haruai, Tabalong]], Provinsi [[Kalimantan Selatan]]. Kecamatan Haruai yang luasnya 861,27 km2 pada tahun [[1990]] berpenduduk 21.948 [[jiwa]] (mayoritas [[suku Banjar]]), tetapi tidak tersedia [[data]] jumlah orang [[Dayak Abal]] di antara jumlah tersebut. [[Orang Abal]] ini mempunyai [[bahasa]] sendiri yakni [[bahasa Abal]]. Antara sesamanya mereka menggunakan bahasa Abal sebagai [[bahasa ibu]], tetapi dengan orang luar misalnya dengan orang Banjar, atau [[Dayak Maanyan]], [[Dayak Dusun Deyah]] yang penduduk asal di kabupaten ini, mereka menggunakan [[bahasa Banjar]] sebagai [[bahasa pengantar]]. Pengaruh orang Banjar menyebabkan mereka telah lama memeluk [[agama]] [[Islam]], dan [[asimilasi]] dengan [[orang Banjar]] ini terjadi sedemikian rupa sehingga [[budaya]] lama mereka sendiri sudah hampir-hampir punah. Seperti [[penduduk]] [[Kabupaten Tabalong]] umumnya, mereka hidup dari sektor [[pertanian]] dan hasil [[hutan]].<ref name="Demography of Indonesia's Ethnicity">{{cite book|last=Ananta|first=Aris|date=29 April 2016|year=2016|url=https://books.google.co.id/books?id=Nh1qDwAAQBAJ&pg=PT411&dq=pasir-pematang&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwi18fn-s9voAhV2xTgGHT5UA10Q6AEILTAB#v=onepage&q=pasir-pematang&f=false|title=Demography of Indonesia's Ethnicity|location=|publisher=Flipside Digital Content Company Inc|isbn=9814695947|language=en|translator=|authorlink=Aris Ananta}} ISBN 9789814695947</ref><ref name="Sumbawa pada masa dulu">{{cite book
| first= M. J.
| first= M. J.
| last= Melalatoa
| last= Melalatoa

Revisi terkini sejak 24 Maret 2024 09.28

Gambar suku Abal di Museum Wasaka Banjarmasin.
Sebagian desa di Kecamatan Haruai, merupakan lokasi kediaman suku Abal di Kabupaten Tabalong

Suku Abal atau Suku Dayak Abal adalah sub-suku Dayak yang berdiam di Desa Kupang Nunding, kecamatan Muara Uya, Tabalong dahulu juga terdapat di Desa Halong Dalam, Desa Agong, dan Desa Suput. Ketiga desa ini merupakan bagian wilayah administratif Kecamatan Haruai, Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan. Kecamatan Haruai yang luasnya 861,27 km2 pada tahun 1990 berpenduduk 21.948 jiwa (mayoritas suku Banjar), tetapi tidak tersedia data jumlah orang Dayak Abal di antara jumlah tersebut. Orang Abal ini mempunyai bahasa sendiri yakni bahasa Abal. Antara sesamanya mereka menggunakan bahasa Abal sebagai bahasa ibu, tetapi dengan orang luar misalnya dengan orang Banjar, atau Dayak Maanyan, Dayak Dusun Deyah yang penduduk asal di kabupaten ini, mereka menggunakan bahasa Banjar sebagai bahasa pengantar. Pengaruh orang Banjar menyebabkan mereka telah lama memeluk agama Islam, dan asimilasi dengan orang Banjar ini terjadi sedemikian rupa sehingga budaya lama mereka sendiri sudah hampir-hampir punah. Seperti penduduk Kabupaten Tabalong umumnya, mereka hidup dari sektor pertanian dan hasil hutan.[1][2]

Bahasa Abal[sunting | sunting sumber]

Bahasa Abal merupakan bahasa yang berada diambang kepunahan, karena hanya segilintir orang-orang tua saja yang masih menggunakan bahasa tersebut, sedangkan generasi muda suku Abal lebih menggunakan bahasa daerah lainnya.

Rujukan[sunting | sunting sumber]

Melalatoa, J. 1995. Ensiklopedia Sukubangsa di Indonesia. Jilid A--K. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Ananta, Aris (29 April 2016). Demography of Indonesia's Ethnicity (dalam bahasa Inggris). Flipside Digital Content Company Inc. ISBN 9814695947.  ISBN 9789814695947
  2. ^ Melalatoa, M. J. (1995). Ensiklopedia Sukubangsa di Indonesia. Jilid A--K. Jakarta, Indonesia: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 1.