Lompat ke isi

Sumur Bandung

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sumur Bandung yaitu sumur yang dibuat di bekas tancapan tongkat R.A.A Wiranatakusumah. Yang adanya di sebelah selatan Pendopo Kabupaten Bandung, Bandung, Jawa Barat.[1]

Deskripsi

[sunting | sunting sumber]

Tidak banyak yang mengetahui, salah satu tempat yang berada di belakang tempat parkir Gedung Pertemuan Sumur Bandung yang adanya disebelah barat Cikapundung ada sumur yang dinamakan Sumur Bandung.[2] Bangunannya sama dengan sumur-sumur pada umumnya, hanya saja sumur ini begitu dihormati dalam nilai budaya dan adat, sebab sumur ini disebut keramat oleh masyarakat di sana.[3] Di bagian atas sumur itu diberi cungkup penutup dan dikelilingi oleh rantai pembatas. Dalam salahsatu sisinya ada prasasti yang tulisannya:

Sumur Bandung Méré Karahayuan ka Rahayat Bandung


Sumur Bandung Méré Karahayuan ka Dayeuh Bandung
Sumur Bandung Kahayuning Dayeuh Bandung
Ayana di Gedung PLN Bandung.

Bandung 25 Mei 1811


Raden Adipati Wiranata Kusumah II. ¬¬

Sumur Bandung dipercaya mempunyai hubungan sejarah dengan berdirinya Kota Bandung.[2] Ceritanya ketika rombongan bupati dan pengiringnya menyusuri Cikapundung mencari tempat yang pantas untuk mendirikan pusat kota yang cocok.[2] Ketika bupati menancapkan tongkat lalu ditarik lagi, dari bekas tongkat itu keluar air.[2] Di lokasi air tersebut selanjutnya dibuat sumur yang selanjutnya pula disebut Sumur Bandung.[2] Pada tahun 1930-an, di atas tanah 3.945 m2 tersebut, didirikan bangunan bertingkat hasil rancangan Prof. Charles Prosper Wolff Schoemaker.[2] yang setelah diresmikan pada tanggal 26 Oktober 1939, bangunan tersebut ditempati oleh N.V. Gemeentelijke Electriciteitsbedrijf Bandoeng en Omstreken (GEBEO).[2] Gedung yang berada di ujung pertigaan Jl. Asia-Afrika dan Jl. Cikapundung tersebut kemudian menjadi kantor Perusahaan Listrik Negara Unit Induk Distribusi Jawa Barat.[2] Sumur Bandung pun terletak di lantai dasar Gedung PLN.[2] Airnya masih tetap bersih dan tidak pernah kering walaupun musim kemarau.[2]

  1. ^ Affandy, Frances B., Andi Abubakar.2003. Potrait of West Java Heritage (Potret Pusaka Jawa Barat). Bandung: Paguyuban Pelestarian Budaya Bandung, Dinas Kabudayaan jeung Pariwisata Jawa Barat.
  2. ^ a b c d e f g h i j Suganda, Her. 2008. Jendela Bandung Pengalaman Bersama Kompas. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
  3. ^ Hardjasaputra, A. Sobana.2000. Bandung, Sejarah Kota-kota Lama di Jawa Barat. Jatinangor: Alwaprint.