Syam

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Syām (Arab:سام) adalah salah satu anak dari Nabi Nuh yang dikemudian hari, namanya digunakan untuk penyebutan sebuah negeri, yaitu Negeri Syam (Arab:بلاد الشام Bilād as-Syam). Negeri Syam merupakan tempat dari agama samawi yaitu Yudaisme, Nasrani, dan Islam. Menurut umat muslim, Negeri Syam dianggap sebagai "Negeri Kebaikan".[1] Pada masa kerasulan Nabi Isa, dikatakan bahwa Syam pernah dibangkitkan kembali oleh Isa, ketika ada permintaan dari Bani Israel.[2]

Genealogi

Silsilah lengkapnya adalah Syam bin Nuh bin Lamik bin Metusyalih bin Khanukh bin Yarid bin Mahlail bin Qainan bin Anusyi bin Syits bin Adam. Syam kemudian memiliki anak Elam, Asyur, Aram, Arfaksyad dan Lud, dan sejumlah anak perempuan. Nabi Ibrahim adalah masih keturunan Syam, oleh penganut ajaran samawi dianggap sebagai leluhur dari bangsa Ibrani dan Arab. Menurut Damrah bin Rabiah dari Ibnu Ata dari Ayahnya bahwa Syam menurunkan keturunan yang berwajah tampan dan berambut indah.

Lokasi

Nama Syam bin Nuh, kemudian digunakan untuk menyebutkan sebuah negeri. Pada saat ini Negeri Syam merujuk ke sejumlah tempat di Timur Tengah, diantaranya:

Tokoh

Musisi

Referensi

  1. ^ “Kebaikan pada negeri Syam. Kami bertanya, 'Mengapa wahai Rasulullah?' Beliau bersabda: 'Karena Malaikat rahmah (pembawa kebaikan) mengembangkan sayap di atasnya.” (Hadits riwayat Tirmizi, no. 3954, beliau berkomentar, haditsnya hasan gharib. Imam Ahmad dalam Al-Musnad, 35/483. Cetakan Muassasah Ar-Risalah, dishahihkan oleh para peneliti. Dishahihkan pula oleh Syekh Al-Albany dalam kitab ‘As-Silsilah As-Shahihah no. 503)
  2. ^ Bani Israil datang kepada Isa memohonnya sambil berkata: “Sam anaknya Nuh dikuburkan di sini, tidak jauh. Mohonlah kepada Allah untuk menghidupkannya kembali. Isa kemudian memanggilnya dengan satu teriakan dan Sam keluar dari kubur dengan rambut beruban. Orang-orang berseru: “Ia meninggal ketika ia masih muda, mengapa rambutnya jadi putih?” Sam menjawab: “Ketika aku mendengar suara Isa, aku pikir ‘satu teriakan’”. Suyuti mengulas ayat Al-Qur’an Surah Ali 'Imran 3:48 - 49.

Pranala luar