Lompat ke isi

Wacana gombal

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Wacana gombal adalah bentuk komunikasi verbal yang membutuhkan kreativitas melalui permainan bahasa.[1] Wacana gombal sempat menjadi sangat populer di kalangan kaum muda dalam pergaulan sehari-hari.[1] Publikasi wacana gombal banyak terdapat di situs web, bahkan muncul juga dalam beberapa program televisi.[1] Wacana gombal adalah bagian dari wacana humor.[2] Dengan demikian, wacana gombal sering kali menyimpang dari aturan-aturan berkomunikasi yang ditentukan oleh prinsip pragmatik, baik secara tekstual maupun interpersonal.[2] Dewasa ini wacana gombal muncul sebagai suatu hiburan ringan yang merakyat.[2] Wacana gombal biasanya menggunakan bahasa Indonesia yang tidak baku.[3]

Struktur Wacana Gombal

[sunting | sunting sumber]

Wacana merupakan komunikasi verbal atau percakapan.[4][5] Gombal memiliki arti omong kosong atau rayuan.[6] Bentuk wacana gombal adalah dialog.[1] Maka, wacana gombal melibatkan dua pihak yang berperan sebagai pembicara dan pendengar secara bergantian.[1] Dua bagian pokok dalam wacana gombal adalah pengantar dan ketidakterdugaan.[1] Pengantar adalah bagian yang memberikan rangsangan kepada mitra tutur untuk membuat penasaran mitra tutur.[1] Ketidakterdugaan merupakan bagian yang berfungsi membelokkan persepsi untuk menciptakan rasa gombal dan efek lucu.[1]

Tipe-tipe Wacana Gombal

[sunting | sunting sumber]

Wacana Gombal Sederhana

[sunting | sunting sumber]

Wacana gombal sederhana terdiri dari dialog sederhana berisi inisiatif dari pembicara pertama lalu disusul tanggapan dari pihak pendengar (kedua).[1] Tanggapan dari pihak kedua biasanya berupa ungkapan perasaan semata atau juga sekadar pertanyaan retoris.[1]

Contoh:

A: Butuh waktu tiga detik untuk bilang aku cinta kamu. Tiga jam ngejelasin. Dan tiga abad untuk ngebuktiinnya..

B: Gitu ya? Makasi sayank...[1]

Wacana Gombal Kompleks

[sunting | sunting sumber]

Wacana gombal kompleks memiliki paling tidak dua bagian inisiatif dari pihak pertama dan dua bagian tanggapan dari pihak kedua.[1] Dalam wacana gombal kompleks dialog bisa menjadi lebih beragam.[1]

Contoh:

A: Neng, boleh lihat tangannya?

B: Boleh Bang..

A: Kok tangan Neng kasar banget sich?

B: Ah masa sich?

A: Pasti Neng sering nyuci hatiku ya?[1]

Latar Belakang Munculnya Wacana Gombal

[sunting | sunting sumber]

Wacana gombal hadir sebagai hiburan lewat media massa.[1] Pelopor wacana gombal dalam media televisi adalah dua stasiun televisi, yaitu Trans TV dan Trans7.[1] Dua stasiun tersebut memang ingin hadir sebagai stasiun televisi hiburan.[1] Hiburan yang paling umum adalah humor dan wacana gombal menjadi bagian darinya.[1] Kehadiran wacana gombal dalam stasiun televisi menjadi model bagi masyarakat banyak, sehingga muncul fenomena nggombal dalam kehidupan sehari-hari.[1] Selanjutnya, wacana gombal muncul juga di dunia maya lewat situs web.[1] Akhirnya, wacana gombal menjadi bagian dari budaya populer dalam masyarakat,adapun para penggombal yang bisa dibilang sangat mahir dalam memainkan kata yang selalu sampai ke hati seperti, Denny Cagur, Ardiansyah Ali, dan Indra Hermawan alias ubed dengan selogan andalannya "Aku gini cuman ke kamu aja" .[1]

Aspek Linguistik dalam Wacana Gombal

[sunting | sunting sumber]

Wacana gombal memanfaatkan beberapa aspek kebahasaan:[1]

  1. Aspek Fonologi [1]
    1. Permainan fonem
    2. Penambahan suku kata
  2. Ketaksaan [1]
    1. Ketaksaan leksikal: polisemi dan homonimi
    2. Ketaksaan gramatikal: idiom dan peribahasa
  3. Gaya bahasa[1]
    1. Hiperbol
    2. Elipsis
    3. Metafora
    4. Personifikasi
  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y Sony Christian Sudarsono (2013). "Permainan Bahasa Dalam Wacana Gombal". 7 (edisi ke-1st). Universitas Sanata Dharma. 
  2. ^ a b c Sony Christian Sudarsono (2013). Wacana Gombal dalam Bahasa Indonesia:Kajian Struktural, Pragmatis, dan Kultural (Tesis). Universitas Sanata Dharma. p. 15,26,28,29,31,41,42,79. 
  3. ^ Sotya Manggasri (2013). Pemakaian Bahasa dalam Wacana Rayuan Gombal di Internet (Tesis). Universitas Gajah Mada. p. 120. 
  4. ^ "Kamus Besar Bahasa Indonesia". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-27. Diakses tanggal 22 April 2014. 
  5. ^ Depdiknas (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia. hlm. 1552. ISBN 978-979-22-3841-9. 
  6. ^ "KBBI daring". Diakses tanggal 22 April 2014. 

[1] Diarsipkan 2014-09-11 di Wayback Machine.