Zebra

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Zebra
Rentang fosil: Pliosen hingga kini
A herd of plains zebra ("Equus quagga")
Sekawanan zebra dataran (Equus quagga) di Kawah Ngorongoro, Tanzania
Klasifikasi ilmiah
Spesies

E. capensis
E. grevyi
E. koobiforensis
E. mauritanicus
E. oldowayensis
E. quagga
E. zebra

Persebaran tiga spesies zebra saat ini

Zebra (subgenus Hippotigris) adalah binatang dari Afrika yang dikenal akan tubuhnya yang berbelang hitam-putih. Terdapat tiga spesies yang masih ada saat ini, yaitu zebra grévy (Equus grevyi), zebra dataran (E. quagga), dan zebra gunung (E. zebra). Zebra merupakan bagian dari genus Equus seperti halnya kuda dan kedelai, yaitu tiga kelompok yang masih tersisa dari famili Equidae. Zebra memiliki pola belang-belang yang khas untuk setiap individu. Terdapat beberapa teori mengenai fungsi dari belang-belang tersebut, dan teori yang paling banyak didukung oleh bukti adalah sebagai perlindungan dari gigitan lalat. Zebra menghuni wilayah Afrika Timur dan Afrika Bagian Selatan, dan dapat ditemui di berbagai jenis habitat seperti sabana, padang rumput, daerah berhutan, lahan bersemak, dan daerah bergunung.

Zebra adalah hewan perumput yang dapat bertahan hidup dengan mengonsumsi tumbuhan bermutu rendah. Mereka menjadi mangsa singa dan biasanya melarikan diri ketika merasa terancam, tetapi mereka juga bisa menggigit dan menendang. Spesies-spesies zebra memiliki perilaku sosial yang berbeda-beda. Zebra dataran dan gunung hidup dalam harem yang stabil dan terdiri dari seekor jantan, beberapa ekor betina, dan anak mereka, sementara zebra grévy hidup sendiri atau dalam kawanan yang tidak memiliki ikatan erat. Dalam spesies yang memiliki harem, betina dewasa hanya berkawin dengan jantan dari harem mereka. Sementara itu, zebra grévy jantan membentuk teritori yang menarik betina, dan spesies ini juga bergonta-ganti pasangan. Zebra berkomunikasi dengan berbagai jenis suara, postur tubuh, dan raut wajah. Perawatan sosial memperkuat ikatan antarindividu pada zebra dataran dan gunung.

Belang-belang zebra menjadikan mereka sebagai hewan yang paling mudah dikenali. Mereka telah menjadi tema berbagai karya seni dan kisah di Afrika dan wilayah lainnya. Dalam sejarahnya, mereka diincar oleh kolektor hewan eksotis. Namun, tidak seperti kuda ataupun keledai, zebra tidak pernah didomestikasi. International Union for Conservation of Nature (IUCN) menggolongkan zebra grévy sebagai spesies yang terancam punah, zebra gunung sebagai spesies yang rentan, dan zebra dataran sebagai spesies mendekati terancam. Salah satu jenis zebra dataran yang disebut quagga mengalami kepunahan pada abad ke-19. Meskipun demikian, zebra masih dapat ditemui di berbagai cagar lindung.

Asal nama

Kata "zebra" dapat ditilik kembali ke tahun 1600 dan berasal dari bahasa Italia, Spanyol, atau Portugis.[1][2] Istilah ini mungkin berasal dari bahasa Latin equiferus yang berarti "kuda liar"; istilah ini sendiri merupakan penggabungan kata equus ("kuda") dengan ferus ("liar, buas"). Equiferus tampaknya diserap ke dalam bahasa Portugis menjadi ezebro atau zebro, yang awalnya mengacu kepada hewan kekudaan yang misterius (dan mungkin liar) di Semenanjung Iberia pada Abad Pertengahan.[3] Pada zaman kuno, zebra disebut hippotigris ("harimau kuda") oleh orang Yunani dan Romawi.[3][4]

Taksonomi dan evolusi

Zebra digolongkan ke dalam genus Equus bersama dengan kuda dan keledai. Ketiga kelompok ini merupakan satu-satunya anggota famili Equidae yang masih sintas.[5] Zebra dataran dan zebra gunung biasanya dimasukkan ke dalam subgenus Hippotigris (C. H. Smith, 1841), sementara zebra grévy dianggap sebagai satu-satunya spesies dalam subgenus Dolichohippus (Heller, 1912).[6][7][8] Groves dan Bell (2004) menempatkan ketiga spesies ini ke dalam subgenus Hippotigris.[9] Sebuah kajian filogenetika dari tahun 2013 menemukan bahwa zebra dataran lebih dekat dengan zebra grévy daripada zebra gunung.[10] Quagga yang sudah punah pada mulanya digolongkan sebagai spesies yang berbeda.[11] Namun, kajian genetika belakangan menggolongkan hewan ini sebagai spesies yang sama dengan zebra dataran, baik itu sebagai subspesiesnya atau sebagai populasinya yang paling selatan.[12][13] Bukti molekuler menunjukkan bahwa zebra memiliki garis keturunan monofili (sekelompok organisme yang memiliki nenek moyang bersama).[10][14][15]

Equus berasal dari Amerika Utara. Hasil sekuensing paleogenomika terhadap tulang metapodial kuda yang ditemukan di Kanada dan berasal dari kala Pleistosen pertengahan sekitar 700.000 tahun yang lalu menunjukkan bahwa nenek moyang bersama paling terkini dari semua zebra, kuda, dan keledai dapat ditilik kembali ke 4,0–4,5 juta tahun yang lalu.[16] Kuda diperkirakan terpisah dari keledai dan kuda sekitar 4 juta tahun yang lalu, dan hewan-hewan dari genus Equus mulai memasuki Benua Eurasia sekitar 3 juta tahun yang lalu. Zebra dan keledai berpisah sekitar 2,8 juta tahun yang lalu, dan nenek moyang zebra memasuki Afrika sekitar 2,3 juta tahun yang lalu. Zebra gunung terpisah dari spesies zebra lainnya sekitar 1,75 juta tahun yang lalu, sementara zebra dataran terpisah dari zebra grévy sekitar 1,5 juta tahun yang lalu.[10][17][18]

Foto seekor quagga betina
Seekor quagga betina di Kebun Binatang London pada tahun 1870, yang merupakan satu-satunya spesimen quagga yang pernah difoto hidup-hidup. Hewan ini sebelumnya dianggap sebagai spesies yang berbeda, tetapi kini digolongkan sebagai subspesies atau populasi dari zebra dataran.

Berikut adalah kladogram Equus berdasarkan Vilstrup et al. (2013):[10]

Equus
Zebra

Zebra gunung (E. zebra)

Zebra dataran (E. quagga)

Zebra grévy (E. grevyi)

Keledai liar

Kiang (E. kiang)

Onager (E. hemionus)

Keledai-liar afrika (E. africanus)

Kuda

Kuda (E. ferus caballus)

Kuda przewalski (E. ferus przewalski)

Spesies yang masih ada

Nama Deskripsi Persebaran Subspesies Kromosom Gambar
Zebra grévy (Equus grevyi) Panjang tubuh 250–300 cm dengan panjang ekor 38–75 cm, tinggi pundak 125–160 cm, dan massa 352–450 kg;[19] terlihat seperti bagal dengan tengkorak yang lebarnya kecil, leher yang kokoh, dan telinga yang berbentuk seperti kerucut; memiliki pola belang-belang yang lebarnya kecil dengan belang-belang di bokong yang berpola konsentris, perut dan pangkal ekornya berwarna putih, dan terdapat batas berwarna putih di sekitar moncongnya[5][20][21] Afrika Timur termasuk Tanduk Afrika;[20] padang rumput dan lahan bersemak kering dan semikering[22] Monotipik[20] 46[22]
Zebra dataran (Equus quagga) Panjang tubuh 217–246 cm dengan panjang ekor 47–56 cm, tinggi pundak 110–145 cm, dan massa 175–385 kg;[19] bertubuh montok dengan tungkai relatif pendek dan tengkorak dengan dahi cembung dan profil hidung agak cekung;[5][23] belang-belangnya luas, berupa garis horisontal di bokong, dengan populasi utara memiliki belang-belang yang lebih luas sementara populasi di selatan memiliki tungkai dan perut yang lebih putih dan juga belang-belang "bayangan" yang lebih coklat di antara belang-belang hitam[5][24][25][26] Afrika Timur dan Selatan; sabana, padang rumput, dan daerah berhutan terbuka[27] 6[9] atau monotipik[13] 44[24]
Zebra gunung (Equus zebra) Panjang tubuh 210–260 cm dengan panjang ekor 40–55 cm, tinggi pundak 116–146 cm, dan massa 204–430 kg;[19] rongga mata lebih bundar dan lebih berada di belakang, kresta nuka (nuchal crest) lebih kotak, gelambir di bawah leher, dan tapak yang padat; lebar belang-belangnya merupakan rata-rata dari lebar belang-belang kedua spesies lainnya, dengan belang-belang yang horisontal dan seperti kisi-kisi di bokong, sementara perutnya putih dan moncongnya memiliki garis-garis berwarna kastanye atau jingga[28][5][29][22] Afrika Barat Daya; pegunungan, dataran tinggi berbatu, dan lahan bersemak Karoo[27][28] 2[28] 32[22]
Fosil tengkorak Equus mauritanicu
Fosil tengkorak Equus mauritanicus
Foto anak dari induk kuda dan ayah zebra, sang anak memiliki belang-belang
Romulus, anak dari induk kuda dan ayah zebra. Hewan campuran ini memiliki belang-belang.

Rekam fosil

Selain tiga spesies yang masih ada hingga kini, beberapa fosil zebra juga telah ditemukan. Equus koobiforensis adalah spesies zebra awal atau hewan yang berada di basal filogenetika zebra yang ditemukan di Formasi Shungura, Etiopia, dan Ngarai Olduvai, Tanzania, dan berasal dari sekitar 2,3 juta tahun yang lalu.[18] Sementara itu, E. oldowayensis yang ditemukan di Ngarai Olduvai berasal dari sekitar 1,8 juta tahun yang lalu. Kemungkinan spesies ini dekat dengan zebra grévy dan mungkin merupakan nenek moyangnya.[30] Tengkorak fosil E. mauritanicus dari Aljazair yang berasal dari sekitar 1 juta tahun yang lalu tampaknya memiliki kemiripan dengan zebra dataran.[31][32] E. capensis, yang juga dikenal dengan sebutan zebra tanjung, muncul sekitar 2 juta tahun yang lalu, pernah hidup di Afrika Bagian Selatan dan Timur, dan mungkin juga merupakan kerabat zebra dataran.[33][30]

Hewan kekudaan dari luar Afrika yang mungkin merupakan hewan yang berada di basal filogenetika zebra meliputi E. sansaniensis dari Eurasia (sekitar 2,5 juta tahun yang lalu) serta E. namadicus (sekitar 2,5 juta tahun yang lalu) dan E. sivalensis (sekitar 2,0 juta tahun yang lalu) dari anak benua India.[18] Sementara itu, kajian DNA mitokondria dari tahun 2017 menunjukkan bahwa E. ovodovi di Eurasia lebih dekat dengan zebra daripada kedelai.[34]

Persilangan

Dilaporkan bahwa persilangan antara zebra dataran dengan zebra grévy di alam dapat menghasilkan keturunan yang subur.[35] Persilangan juga dapat berlangsung antara zebra dataran dan gunung, meskipun terdapat kemungkinan keturunannya akan mandul akibat perbedaan jumlah kromosom di antara kedua spesies.[36] Zebra di penangkaran telah disilangkan dengan kuda dan kedelai; keturunannya dikenal dengan sebutan zebroid. Zorse adalah persilangan antara zebra dengan kuda; zonkey antara zebra dengan kedelai; dan zoni antara zebra dengan kuda poni. Zebroid biasanya mandul dan mungkin mengalami dwarfisme.[37]

Anatomi

Zebra adalah keluarga kuda. Perawakannya tidak berbeda dengan kuda pada umumnya. Zebra sangat mudah dibedakan dari jenis kuda lainnya dari corak warna kulitnya yang belang hitam putih. Meskipun sepintas terlihat sama, tiap zebra memiliki corak belang yang berbeda satu sama lain layaknya sidik jari pada manusia.

Habitat

Pada umumnya zebra menempati padang rumput, mulai dari padang rumput terbuka tanpa pepohonan sampai padang rumput di pinggir hutan. Zebra Burchell terdapat di Afrika Timur, zebra Grevy terdapat bagian utara Kenya, sedangkan zebra Equus terdapat di Afrika bagian selatan.

Ekologi dan perilaku

Zebra gunung sedang mandi debu
Seekor zebra gunung sedang mandi debu di Namibia.

Zebras dapat berkenala atau bermigrasi ke daerah yang lebih banyak air.[23][25] Zebra dataran tercatat telah bermigrasi sejauh 500 km antara Namibia dan Botswana, dan ini merupakan migrasi darat mamalia terpanjang di Afrika.[38] Saat bermigrasi, zebra tampaknya mengandalkan ingatannya mengenai tempat yang paling baik untuk merumput dan mereka juga dapat memprediksi kondisi suatu tempat beberapa bulan setelah mereka tiba.[39] Zebra dataran lebih bergantung pada air dan hidup di habitat yang lebih mesik (habitat dengan kelembaban sedang) bila dibandingkan dengan spesies zebra lainnya. Mereka jarang berkeluyuran lebih dari 10-12 km dari sumber air.[23][25][40] Zebra grévy dapat bertahan hidup selama dua hingga lima hari tanpa minum, tetapi mereka akan minum setiap hari jika terdapat sumber air yang berlimpah.[41][20] Zebra gunung dapat ditemukan di ketinggian hingga 2.000 m.[42] Zebra dapat menghabiskan waktu selama tujuh jam per hari untuk tidur. Saat siang hari, mereka tidur berdiri, sementara pada malam hari mereka tidur berbaring. Mereka biasanya menggosokkan tubuhnya dengan pohon, batu, dan objek-objek lainnya, dan mereka juga berguling-guling di debu untuk melindungi kulit dari lalat dan iritasi. Zebra dapat berguling-guling sepenuhnya kecuali zebra gunung.[25]

Zebra dataran minum di sungai
Zebra-zebra dataran di Delta Okavango, Botswana.

Makanan utama zebra adalah rumput dan teki-tekian, tetapi mereka juga bisa mengonsumsi batang pohon, daun, tunas, buah-buahan, dan akar jika makanan kesukaan mereka sukar ditemui. Bila dibandingkan dengan hewan-hewan pemamah biak lainnya, zebra memiliki sistem pencernaan yang lebih sederhana dan tidak seefisien hewan-hewan tersebut. Walaupun begitu, mereka dapat bertahan hidup dengan mengonsumsi tumbuhan bermutu rendah. Zebra dapat menghabiskan 60–80% waktu mereka untuk makan tergantung pada ketersediaan dan mutu tumbuhan.[5][25] Zebra dataran merupakan perumput "pelopor" dengan memakan rumput bagian atas yang nutrisinya tidak sebanyak di bagian bawah, sehingga membuka jalan bagi perumput lain.[43]

Predator utama zebra adalah singa. Macan tutul, citah, dubuk, hiena cokelat, dan anjing liar afrika tidak terlalu menjadi ancaman bagi zebra dewasa.[44] Buaya nil juga dapat memburu zebra yang berada di dekat air.[45] Zebra mempertahankan diri dengan menggigit dan menendang. Ketika terancam oleh singa, zebra akan melarikan diri, dan jika tertangkap mereka tidak mampu mengalahkan hewan tersebut.[46] Kecepatan lari zebra dapat mencapai 68,4 km/jam bila dibandingkan dengan kecepatan lari singa yang mencapai 57,6 km/jam, tetapi percepatan maksimal zebra hanyalah 18 km/jam sementara percepatan lari singa dapat mencapai 34,2 km/jam. Agar dapat menangkap seekor zebra, seekor singa harus mengejutkan hewan tersebut dalam waktu enam detik setelah muncul dari persembunyian.[47] Namun, hasil kajian dari tahun 2018 menunjukkan bahwa zebra tidak hanya memanfaatkan kecepatan untuk melarikan diri dari singa, tetapi juga dengan berputar ke samping, terutama jika terdapat seekor predator yang semakin dekat dari belakang.[48] Untuk predator yang lebih kecil seperti hiena dan anjing, zebra dapat bertindak lebih agresif, terutama untuk melindungi anak mereka.[49]

Reproduksi dan pengasuhan

Sepasang zebra grévy sedang kawin
Sepasang zebra grévy di penangkaran sedang kawin.

Pada spesies zebra dataran dan gunung, betina dewasa hanya berkawin dengan jantan di dalam harem. Sementara itu, zebra grévy bergonta-ganti pasangan dan jantannya memiliki testis yang lebih besar untuk kompetisi sperma.[5][50] Siklus estrus pada zebra betina berlangsung lima hingga sepuluh hari. Hal-hal yang menunjukkan bahwa betina sedang mengalami siklus tersebut meliputi buang air kecil yang sering, mukus yang mengalir, serta labia yang membengkak dan terbalik. Selain itu, betina yang mengalami siklus estrus akan berdiri dengan tungkai belakang yang membentang dan mengangkat ekor mereka jika terdapat seekor jantan. Jantan menilai kesiapan kawin betina dengan bibir melengkung dan gigi terbuka (respon flehmen), dan betina akan memancing perkawinan dengan bergerak mundur. Lamanya gestasi bergantung pada spesies; diperkirakan gestasi berlangsung antara 11-13 bulan, dan sebagian besar betina memasuki siklus estrus lagi dalam waktu beberapa hari setelah melahirkan, tergantung pada kondisinya.[25] Pada spesies yang memiliki harem, jantan lebih sulit mengenali siklus estrus pada betina yang lebih tua, sehingga tidak terdapat persaingan yang memperebutkan betina tua.[23]

Zebra gunung sedang menyusui anaknya
Seekor zebra gunung sedang menyusui anaknya.

Biasanya seekor betina melahirkan seekor anak yang dapat berlari dalam waktu beberapa jam setelah lahir.[5] Zebra yang baru lahir akan mengikuti segala hal yang bergerak, sehingga sang induk tidak akan membiarkan zebra betina lain mendekati anaknya sampai sang anak sudah mengalami perakaman (imprinting) dengan pola belang, bau, dan suara sang induk.[20] Dalam kurun waktu beberapa minggu, sang anak akan mencoba merumput, tetapi mungkin masih akan menyusui selama delapan hingga tiga belas bulan.[5] Zebra grévy hidup di lingkungan yang kering, sehingga anak zebra tersebut memiliki jeda antarmenyusui yang lebih panjang dan tidak minum air sampai berumur tiga bulan.[51]

Pada zebra dataran dan gunung, anak zebra diasuh oleh induknya, tetapi jika mereka terancam oleh hiena atau anjing, seluruh kelompok bekerja sama untuk melindungi anak-anak mereka. Kelompok ini membentuk barisan depan untuk melindungi anak yang ditempatkan di tengah, sementara zebra jantan akan mengusir predator yang berani mendekat.[25] Pada zebra grévy, induk-induk mungkin akan berkumpul dalam suatu kelompok kecil, dan saat mereka sedang mencari air, mereka akan meninggalkan anak mereka untuk dijaga oleh seekor zebra jantan yang teritorial.[51] Zebra jantan mungkin akan menjaga seekor anak zebra di wilayahnya untuk memastikan agar induknya tetap menjadi bagian dari kelompok meskipun anak itu bukan anaknya.[52] Di sisi lain, zebra dataran jantan umumnya tidak menyukai anak zebra yang bukan keturunannya dan mungkin akan membunuhnya (infantisida) atau bahkan menggugurkan janin betina hamil dengan menggunakan kekerasan (fetisida).[53]

Interaksi dengan manusia

Penangkaran

Lukisan zebra karya George Stubbs
Zebra (1763) karya George Stubbs. Lukisan ini menggambarkan zebra yang dimiliki Ratu Charlotte.

Zebra telah ditangkar oleh manusia setidaknya sejak zaman Kekaisaran Romawi.[54] Belakangan zebra yang ditangkap telah dikirim ke berbagai belahan dunia, terutama untuk keperluan diplomatik. Pada tahun 1261, Sultan Baibars dari Mesir mendirikan perwakilan diplomatik di Kerajaan Kastilia pada masa Raja Alfonso X, dan ia mengirim zebra dan hewan-hewan eksotis lainnya sebagai hadiah. Pada tahun 1417, seekor zebra dihadiahkan dari Somalia kepada Kaisar Yongle dari Dinasti Ming. Maharaja Mughal yang keempat, Jahangir, mendapatkan zebra dari Etiopia pada tahun 1620 dan menugaskan pembuatan lukisan hewan tersebut. Lukisan ini kemudian diselesaikan oleh Ustad Mansur. Pada dasawarsa 1670-an, Kaisar Etiopia Yohannes I mengekspor dua zebra kepada Gubernur Belanda di Batavia. Belanda kemudian memberikan kedua hewan ini kepada Keshogunan Tokugawa di Jepang.[55]

Ketika Ratu Charlotte menerima hadiah pernikahan berupa seekor zebra pada tahun 1762, hewan ini membuat kagum rakyat Britania. Banyak yang datang untuk melihatnya di Istana Buckingham. Zebra ini kemudian menjadi bahan humor maupun satir dengan diberi julukan "The Queen's Ass" ("Keledai Sang Ratu", tetapi "ass" dalam bahasa Inggris juga dapat mengacu kepada bokong). Zebra ini juga dilukis oleh George Stubbs pada tahun 1763. Zebra ini sendiri dikenal akan temperamennya yang buruk dan tendangan yang ia berikan kepada pengunjung-pengunjung.[56] Pada tahun 1882, Etiopia memberikan seekor zebra kepada Presiden Prancis Jules Grévy, dan spesies zebra tersebut kemudian dinamai dari sang presiden.[6]

Walter Rothschild dengan kendaraan beroda yang ditarik oleh empat zebra
Walter Rothschild menaiki "kereta zebra".

Upaya untuk mendomestikasi zebra telah mengalami kegagalan. Terdapat kemungkinan bahwa karena zebra telah berevolusi di tengah ancaman dari banyak predator di Afrika (termasuk manusia pertama), mereka menjadi hewan yang agresif, sehingga upaya domestikasi pun menjadi sukar.[57] Walaupun begitu, sejarah mencatat bahwa zebra pernah dijinakkan dan dilatih. Di Roma, zebra pernah menarik kendaraan beroda saat ajang gladiator dimulai dari zaman Kaisar Caracalla (198 hingga 217 M).[58] Pada akhir abad ke-19, zoolog Walter Rothschild melatih beberapa zebra untuk menarik kendaraan beroda di Inggris, yang kemudian ia bawa ke Istana Buckingham untuk menunjukkan kejinakan zebra-zebra tersebut. Namun, ia tidak menunggangi zebra-zebra tersebut karena ia sadar bahwa zebra terlalu kecil dan agresif.[59] Pada awal abad ke-20, pejabat kolonial Jerman di koloni Afrika Timur Jerman mencoba menunggangi zebra dan memanfaatkannya untuk menarik kendaraan beroda, tetapi upaya ini tidak berhasil.[60]

Lihat pula

Referensi

Rujukan

  1. ^ "Zebra". Online Etymology Dictionary. Diakses tanggal 22 Juni 2020. 
  2. ^ "Zebra". Lexico. Diakses tanggal 25 Juni 2020. 
  3. ^ a b Nores, Carlos; Muñiz, Arturo Morales; Rodríguez, Laura Llorente; Bennett, E. Andrew; Geigl, Eva-María (2015). "The Iberian Zebro: what kind of a beast Was It?". Anthropozoologica. 50: 21–32. doi:10.5252/az2015n1a2. 
  4. ^ Plumb & Shaw 2018, hlm. 54.
  5. ^ a b c d e f g h i Rubenstein, D. I. (2001). "Horse, Zebras and Asses". Dalam MacDonald, D. W. The Encyclopedia of Mammals (edisi ke-2nd). Oxford University Press. hlm. 468–473. ISBN 978-0-7607-1969-5. 
  6. ^ a b Prothero, D. R.; Schoch, R. M. (2003). Horns, Tusks, and Flippers: The Evolution of Hoofed Mammals. Johns Hopkins University Press. hlm. 216–218. ISBN 978-0-8018-7135-1. 
  7. ^ "Hippotigris". ITIS. Diakses tanggal 31 August 2020. 
  8. ^ "Dolichohippus". ITIS. Diakses tanggal 31 August 2020. 
  9. ^ a b Groves, C. P.; Bell, C. H. (2004). "New investigations on the taxonomy of the zebras genus Equus, subgenus Hippotigris". Mammalian Biology. 69 (3): 182–196. doi:10.1078/1616-5047-00133. 
  10. ^ a b c d Vilstrup, Julia T.; Seguin-Orlando, A.; Stiller, M.; Ginolhac, A.; Raghavan, M.; Nielsen, S. C. A.; et al. (2013). "Mitochondrial phylogenomics of modern and ancient equids". PLOS ONE. 8 (2): e55950. Bibcode:2013PLoSO...855950V. doi:10.1371/journal.pone.0055950. PMC 3577844alt=Dapat diakses gratis. PMID 23437078. 
  11. ^ Groves, C.; Grubb, P. (2011). Ungulate Taxonomy. Johns Hopkins University Press. hlm. 16. ISBN 978-1-4214-0093-8. 
  12. ^ Hofreiter, M.; Caccone, A.; Fleischer, R. C.; Glaberman, S.; Rohland, N.; Leonard, J. A. (2005). "A rapid loss of stripes: The evolutionary history of the extinct quagga". Biology Letters. 1 (3): 291–295. doi:10.1098/rsbl.2005.0323. PMC 1617154alt=Dapat diakses gratis. PMID 17148190. 
  13. ^ a b Pedersen, Casper-Emil T.; Albrechtsen, Anders; Etter, Paul D.; Johnson, Eric A.; Orlando, Ludovic; Chikhi, Lounes; Siegismund, Hans R.; Heller, Rasmus (2018). "A southern African origin and cryptic structure in the highly mobile plains zebra". Nature Ecology & Evolution. 2 (3): 491–498. doi:10.1038/s41559-017-0453-7. ISSN 2397-334X. PMID 29358610. 
  14. ^ Forstén, Ann (1992). "Mitochondrial‐DNA timetable and the evolution of Equus: of molecular and paleontological evidence" (PDF). Annales Zoologici Fennici. 28: 301–309. 
  15. ^ Ryder, O. A.; George, M. (1986). "Mitochondrial DNA evolution in the genus Equus" (PDF). Molecular Biology and Evolution. 3 (6): 535–546. doi:10.1093/oxfordjournals.molbev.a040414. PMID 2832696. 
  16. ^ Orlando, L.; Ginolhac, A.; Zhang, G.; Froese, D.; Albrechtsen, A.; Stiller, M.; et al. (July 2013). "Recalibrating Equus evolution using the genome sequence of an early Middle Pleistocene horse". Nature. 499 (7456): 74–78. Bibcode:2013Natur.499...74O. doi:10.1038/nature12323. PMID 23803765. 
  17. ^ Forstén, Ann (1992). "Mitochondrial‐DNA timetable and the evolution of Equus: of molecular and paleontological evidence" (PDF). Annales Zoologici Fennici. 28: 301–309. 
  18. ^ a b c Bernor, R. L.; Cirilli, O.; Jukar, A. M.; Potts, R.; Buskianidze, M.; Rook, L. (2019). "Evolution of early Equus in Italy, Georgia, the Indian Subcontinent, East Africa, and the origins of African zebras". Frontiers in Ecology and Evolution. 7. doi:10.3389/fevo.2019.00166alt=Dapat diakses gratis. 
  19. ^ a b c Caro 2016, hlm. 9.
  20. ^ a b c d e Churcher, C. S. (1993). "Equus grevyi" (PDF). Mammalian Species. 453 (453): 1–9. doi:10.2307/3504222. JSTOR 3504222. 
  21. ^ Caro 2016, hlm. 15.
  22. ^ a b c d Caro 2016, hlm. 14.
  23. ^ a b c d Grubb, P. (1981). "Equus burchellii". Mammalian Species. 157 (157): 1–9. doi:10.2307/3503962. JSTOR 3503962. 
  24. ^ a b Caro 2016, hlm. 13.
  25. ^ a b c d e f g Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Estes 1991
  26. ^ Caro 2016, hlm. 12–13.
  27. ^ a b Caro 2016, hlm. 11.
  28. ^ a b c Penzhorn, B. L. (1988). "Equus zebra". Mammalian Species. 314 (314): 1–7. doi:10.2307/3504156. JSTOR 3504156. 
  29. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama handbook
  30. ^ a b Churcher, C. S. (2006). "Distribution and history of the Cape zebra (Equus capensis) in the Quarternary of Africa". Transactions of the Royal Society of South Africa. 61 (2): 89–95. doi:10.1080/00359190609519957. 
  31. ^ Azzaroli, A.; Stanyon, R. (1991). "Specific identity and taxonomic position of the extinct Quagga". Rendiconti Lincei. 2 (4): 425. doi:10.1007/BF03001000. 
  32. ^ Eisenmann, V. (2008). "Pliocene and Pleistocene equids: palaeontology versus molecular biology". Courier Forschungsinstitut Senckenberg. 256: 71–89. 
  33. ^ Badenhorst, S.; Steininger, C. M. (2019). "The Equidae from Cooper's D, an early Pleistocene fossil locality in Gauteng, South Africa". PeerJ. 7: e6909. doi:10.7717/peerj.6909alt=Dapat diakses gratis. PMC 6525595alt=Dapat diakses gratis. PMID 31143541. 
  34. ^ Druzhkova, Anna S.; Makunin, Alexey I.; Vorobieva, Nadezhda V.; Vasiliev, Sergey K.; Ovodov, Nikolai D.; Shunkov, Mikhail V.; Trifonov, Vladimir A.; Graphodatsky, Alexander S. (January 2017). "Complete mitochondrial genome of an extinct Equus (Sussemionus) ovodovi specimen from Denisova cave (Altai, Russia)". Mitochondrial DNA Part B (dalam bahasa Inggris). 2 (1): 79–81. doi:10.1080/23802359.2017.1285209alt=Dapat diakses gratis. ISSN 2380-2359. PMC 7800821alt=Dapat diakses gratis. PMID 33473722 Periksa nilai |pmid= (bantuan). 
  35. ^ Cordingley, J. E.; Sundaresan, S. R.; Fischhoff, I. R.; Shapiro, B.; Ruskey, J.; Rubenstein, D. I. (2009). "Is the endangered Grevy's zebra threatened by hybridization?". Animal Conservation. 12 (6): 505–513. doi:10.1111/j.1469-1795.2009.00294.x. 
  36. ^ Giel, E.-M.; Bar-David, S.; Beja-Pereira, A.; Cothern, E. G.; Giulotto, E.; Hrabar, H.; Oyunsuren, T.; Pruvost, M. (2016). "Genetics and Paleogenetics of Equids". Dalam Ransom, J. I.; Kaczensky, P. Wild Equids: Ecology, Management, and Conservation. Johns Hopkins University Press. hlm. 99. ISBN 978-1-4214-1909-1. 
  37. ^ Bittel, Jason (19 Juni 2015). "Hold Your Zorses: The sad truth about animal hybrids". Slate.com. Diakses tanggal 16 Mei 2020. 
  38. ^ Naidoo, R.; Chase, M. J.; Beytall, P.; Du Preez, P. (2016). "A newly discovered wildlife migration in Namibia and Botswana is the longest in Africa". Oryx. 50 (1): 138–146. doi:10.1017/S0030605314000222alt=Dapat diakses gratis. 
  39. ^ Bracis, C.; Mueller, T. (2017). "Memory, not just perception, plays an important role in terrestrial mammalian migration". Proceedings of the Royal Society B: Biological Sciences. 284 (1855): 20170449. doi:10.1098/rspb.2017.0449. PMC 5454266alt=Dapat diakses gratis. PMID 28539516. 
  40. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Skinner
  41. ^ Youth, H. (November–December 2004). "Thin stripes on a thin line". Zoogoer. 33. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 October 2005. 
  42. ^ Woodward, Susan L. (2008). Grassland Biomes. Greenwood Press. hlm. 49. ISBN 978-0-313-33999-8. 
  43. ^ Pastor, J.; Cohen, U.; Hobbs, T. (2006). "The roles of large herbivores in ecosystem nutrient cycles". Dalam Danell, K. Large Herbivore Ecology, Ecosystem Dynamics and ConservationAkses gratis dibatasi (uji coba), biasanya perlu berlangganan. Cambridge University Press. hlm. 295. ISBN 978-0-521-53687-5. 
  44. ^ Caro 2016, hlm. 61–63.
  45. ^ Kennedy, A. S., & Kennedy, V. (2013). Animals of the Masai Mara. Princeton University Press. hlm. 130. ISBN 978-0691156019. 
  46. ^ Caro 2016, hlm. 61–62.
  47. ^ Caro 2016, hlm. 92.
  48. ^ Wilson, A.; Hubel, T.; Wilshin, S.; et al. (2018). "Biomechanics of predator–prey arms race in lion, zebra, cheetah and impala" (PDF). Nature. 554 (7691): 183–188. Bibcode:2018Natur.554..183W. doi:10.1038/nature25479. PMID 29364874. 
  49. ^ Caro 2016, hlm. 63.
  50. ^ Ginsberg, R; Rubenstein, D. I. (1990). "Sperm competition and variation in zebra mating behavior" (PDF). Behavioral Ecology and Sociobiology. 26 (6): 427–434. doi:10.1007/BF00170901. 
  51. ^ a b Becker, C. D.; Ginsberg, J. R. (1990). "Mother-infant behaviour of wild Grevy's zebra". Animal Behaviour. 40 (6): 1111–1118. doi:10.1016/S0003-3472(05)80177-0. 
  52. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Rubenstein 1986
  53. ^ Pluháček, J; Bartos, L (2005). "Further evidence for male infanticide and feticide in captive plains zebra, Equus burchelli" (PDF). Folia Zoologica-Praha. 54 (3): 258–262. 
  54. ^ Plumb & Shaw 2018, hlm. 55–57.
  55. ^ Plumb & Shaw 2018, hlm. 58–61, 65–66.
  56. ^ Plumb & Shaw 2018, hlm. 76–78, 81.
  57. ^ "The Story Of... Zebra and the Puzzle of African Animals". PBS. Diakses tanggal 13 August 2020. 
  58. ^ Plumb & Shaw 2018, hlm. 56.
  59. ^ Young, R. (23 Mei 2013). "Can Zebras Be Domesticated and Trained?". Slate. Diakses tanggal 4 September 2013. 
  60. ^ Gann, L.; Duignan, Peter (1977). The Rulers of German Africa, 1884–1914. Stanford University Press. hlm. 206. ISBN 978-0-8047-6588-6. 

Daftar pustaka