Lompat ke isi

2 + 2 = 5

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
2 + 2 = 5

Kalimat "dua tambah dua sama dengan lima" ("2 + 2 = 5") adalah slogan yang dipakai di novel Nineteen Eighty-Four karya George Orwell[1] untuk menunjukkan contoh dogma yang jelas-jelas salah namun dipaksakan untuk dipercayai, sama seperti slogan-slogan palsu lain yang dicanangkan Partai penguasa dalam novel ini. Kalimat ini bertentangan dengan "dua tambah dua sama dengan empat", kebenaran yang jelas namun tidak cocok secara politik.

Tokoh protagonis dalam novel Orwell, Winston Smith, memakai kalimat ini untuk berpikir apakah Pemerintah menyatakan "dua tambah dua sama dengan lima" sebagai fakta. Ia mempertanyakan jika semua orang meyakini sesuatu, apakah sesuatu tersebut lantas menjadi benar?Interogator penjahat pikiran dari Partai Terdalam (Inner Party), O'Brien, mengatakan bahwa pernyataan matematika palsu yang mengendalikan kenyataan secara fisik tidak begitu penting; selama seseorang mengendalikan persepsinya sendiri sesuai keinginan Partai penguasa, tindakan fisik apapun dapat dilakukan sesuai prinsip pemikiran ganda ("Kadang hasilnya lima. Kadang hasilnya tiga. Kadang hasilnya sama-sama lima dan tiga").[2]

Victor Hugo dan Fyodor Dostoyevsky

[sunting | sunting sumber]

Dalam Notes from Underground karya Fyodor Dostoyevsky, sang protagonis secara implisit mendukung ide bahwa dua tambah dua sama dengan lima. Ia menjelaskan panjang lebar dampak penolakan kalimat "dua tambah dua sama dengan empat".

Tujuannya tidak ideologis. Ia justru ingin menunjukkan inilah kebebasan memilih atau menolak logika dan ilogika yang menjadikan manusia manusiawi. Ia menambahkan, "Aku akui bahwa dua tambah dua sama dengan empat itu bagus, tetapi jika kita memberikan batasan untuk segalanya, dua tambah dua sama dengan lima juga bisa terdengar indah."

Dostoyevsky menulis pada tahun 1864. Akan tetapi, menurut Roderick T. Long, Victor Hugo sudah memakai frasa tersebut sejak 1852. Ia keberatan dengan cara mayoritas pemilih Prancis mendukung Napoleon III sambil mendukung pengabaian nilai-nilai liberal saat kudeta Napoleon III.[3]

Victor Hugo mengatakan, "Sekarang carilah tujuh setengah juta orang yang mau menyatakan bahwa dua tambah dua sama dengan lima, bahwa garis lurus adalah jalan terpanjang, bahwa keseluruhan lebih kecil daripada sebagiannya; suruh delapan juta orang mengatakannya, sepuluh juta, seratus juta orang, kau takkan bisa maju selangkah pun."

Victor Hugo berusaha mengutarakan kembali pemikiran orang Prancis sebelumnya — Sieyès, dalam "What Is the Third Estate?" memakai frasa tersebut, "Konsekuensinya, jika dalam konstitusi Prancis dicantumkan bahwa 200.000 orang dari 26 juta warga negara [Prancis] mencakup dua pertiga aspirasi masyarakat, hanya satu komentar yang boleh muncul: inilah klaim bahwa dua tambah dua sama dengan lima."[4]

Sangat mungkin bahwa Dostoyevsky pernah berpikiran seperti itu. Ia dihukum mati akibat keterlibatannya dalam kelompok diskusi intelek radikal. Hukuman tersebut diubah menjadi penahanan di Siberia, lalu ia mengubah opininya menjadi sesuatu yang tidak sesuai dengan cap konvensional apapun.

Pemikiran ini tampaknya sangat memengaruhi sastra Rusia dan budayanya. Ivan Turgenev menulis dalam Prayer, salah satu puisinya di Poems in Prose: "Apapun yang diminta seorang manusia, ia pastinya meminta keajaiban. Setiap doa bisa diartikan seperti ini: Tuhan yang Maha Agung, kabulkanlah dua tambah dua tidak sama dengan empat." Sentimen-sentimen serupa juga muncul di kata-kata terakhir Leo Tolstoy saat dipaksa kembali menganut aliran Gereja Ortodoks Rusia: "Bahkan di lembah bayang-bayang kematian, dua tambah dua tidak sama dengan enam." Bahkan sejumlah kolumnis koran Rusia memakai kalimat ini untuk menggambarkan kebingungan moral pada masa itu.[5]

George Orwell

[sunting | sunting sumber]

George Orwell sudah memakai konsep ini sebelum menulis Nineteen Eighty-Four. Selama berkarier di BBC, ia familier dengan metode propaganda Nazi. Dalam esainya yang berjudul "Looking Back on the Spanish War",[6] terbit tahun 1943 (enam tahun sebelum Nineteen Eighty-Four,) Orwell menulis:

Teori Nazi secara spesifik memang menolak adanya "kebenaran". … Tujuan tersirat dari pemikiran tersebut adalah dunia mimpi buruk ketika sang Pemimpin, atau elit penguasa, mengendalikan tidak hanya masa depan tetapi juga masa lalu. Jika Pemimpin berkata bahwa suatu hal dan peristiwa "tidak pernah terjadi"—ya sudah, hal tersebut tidak pernah terjadi. Jika ia berkata bahwa dua tambah dua sama dengan lima—ya sudah, dua tambah dua sama dengan lima. Ini membuatku lebih takut daripada bom[6]

Menurut sebagian besar penulis biografi Orwell, sumber utama kalimat ini adalah Assignment in Utopia karya Eugene Lyons, sebuah kesaksian tentang kehidupannya di Uni Soviet. Buku tersebut mencantumkan bab "Dua Tambah Dua Sama Dengan Lima" yang merupakan slogan pemerintahan Stalin untuk memprediksikan bahwa rencana pembangunan lima tahun dapat diselesaikan dalam empat tahun. Slogan ini sempat meluas di Moskow.

Akan tetapi, Orwell berbicara tentang Nazi, jadi ia bisa saja mengacu pada Reichsmarschall Hermann Göring. Saat menunjukkan kesetiaannya secara berlebihan kepada Adolf Hitler, Göring sempat berkata, "Jika Führer mau, dua tambah dua bisa saja lima!"[7]

Dalam Nineteen Eighty-Four, Orwell menulis:

Pada akhirnya, Partai akan mengumumkan bahwa dua tambah dua sama dengan lima, dan Anda harus memercayainya. Sulit dihindari bahwa mereka harus membuat klaim tersebut cepat atau lambat: logika jabatan mereka menuntut mereka mengklaim seperti itu. Tidak hanya kebenaran dari suatu pengalaman, eksistensi dasar dunia luar pun juga ditolak oleh filosofi mereka. Bidah yang penuh bidah sudah dianggap lazim. Dan yang paling mengerikan adalah bukan apakah mereka akan membunuhmu karena berpikir sebaliknya, melainkan apakah pernyataan tersebut benar adanya. Lagipula, bagaimana cara kita tahu bahwa dua tambah dua sama dengan empat? Bahwa gaya gravitasi memang ada? Bahwa masa lalu tidak dapat diubah? Jika masa lalu dan dunia luar hanya ada dalam pikiran, dan jika pikiran itu sendiri bisa dikendalikan—mau apa Anda?[8]

Kebenaran hakiki

[sunting | sunting sumber]

Dalam drama Dom Juan karya Molière, tokoh utamanya ditanya tentang apa yang ia percayai. Ia menjawab bahwa ia percaya dua tambah dua sama dengan empat.[9] Kepercayaan adalah keadaan psikologis ketika seseorang menganggap suatu proposisi atau premis benar.[10] Kepercayaan terpisah dari pengetahuan.[11][12] Andai pengetahuan absolut ada, kepercayaan dalam klaim yang eksistensial tidak diperlukan lagi. Molière memperjuangkan kebebasan percaya bahwa dua tambah dua sama dengan empat. Orwell memperjuangkan kebebasan berkata bahwa dua tambah dua sama dengan empat sebagai fakta objektif yang tidak dapat disentuh oleh Partai.

Cakupan pemikiran murni René Descartes menganggap bahwa pemikiran hakiki seperti dua tambah dua sama dengan empat mungkin saja tidak punya realitas di luar pikiran. Menurut meditasi pertama, standar kebenaran adalah kehakikian pemikiran yang jelas dan berbeda. Namun Descartes mempertanyakan keterkaitan pemikiran-pemikiran tersebut dengan realitas (kenyataan).[13]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Part One, Chapter Seven
  2. ^ Part Three, Chapter Two
  3. ^ Long, Roderick T. "Victor Hugo on the Limits of Democracy". Diakses tanggal 5 December 2011. 
  4. ^ Keith M. Baker; John W. Boyer; Julius Kirshner (15 May 1987). University of Chicago Readings in Western Civilization, Volume 7: The Old Regime and the French Revolution. University of Chicago Press. hlm. 154. ISBN 978-0-226-06950-0. Diakses tanggal 27 January 2013. 
  5. ^ e.g. Novoe vremia (New Times), 31 October 1900
  6. ^ a b Orwell, George. "Looking back on the Spanish War". orwell.ru. 
  7. ^ "Hermann Göring". Museum of Tolerance Multimedia Learning Center. Archived from the original on 2004-12-27. Diakses tanggal 18 February 2012. 
  8. ^ George Orwell. Nineteen Eighty-Four. Secker and Warburg (1949). ISBN 0-452-28423-6
  9. ^ "Moliere Don Juan Adapted by Timothy Mooney". Moliere-in-english.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-03-01. Diakses tanggal 1 February 2012. 
  10. ^ "Belief (Stanford Encyclopedia of Philosophy)". Plato.stanford.edu. Diakses tanggal 1 February 2012. 
  11. ^ Gettier, EL 1963, 'Is justified true belief knowledge?', Analysis, vol. 23, no. 6, pp. 121–123
  12. ^ Goldman, AI 1967, 'A causal theory of knowing', The Journal of Philosophy, vol. 64, no. 12, pp. 357–372
  13. ^ "Descartes' Meditations Home Page". Wright.edu. 27 July 2005. Diakses tanggal 1 February 2012. 

Bacaan lanjutan

[sunting | sunting sumber]
  • Euler, H. (1990), "The history of 2 + 2 = 4", Mathematics Magazine, 63: 338–339 .
  • Krueger, L. E. & Hallford, E. W. (1984), "Why 2 + 2 = 5 looks so wrong: On the odd-even rule in sum verification", Memory & Cognition, 12 (2): 171–180, PMID 6727639 .

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]