Abdul Malik Baleo Nata

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Abdul Malik
Baleo Nata
Syekh Haji
Abdul Malik
Nama dan Gelar
Semua Gelar
Gelar (Islam)Syekh Haji
Gelar kehormatanBaleo Nata
Nama
NamaAbdul Malik
Kelahirannya
Tahun lahir (M)1825
Nama ayahAbdullah
Agama: Islam (Muslim)
Panduan Infobox

Syekh Haji Abdul Malik Baleo Nata berasal dari Muaramais,[1] terkenal sebagai Baleo Natal atau Baleo Natar, yaitu beliau yang datang dari Natar, atau Natal,[2] yang nantinya adalah bagian dari Kabupaten Mandailing Natal setelah kemerdekaan Indonesia. Dahulu, Natal lebih kenal dengan sebutan Natar.[2] Baleo Natal adalah seorang yang sangat disegani dan dihormati di Tapanuli Selatan pada zamannya, dan selalu dinanti pengajiannya oleh masyarakat Natal.[2]

Kelahiran dan Silsilah[sunting | sunting sumber]

Abdul Malik lahir pada tahun 1825 M.[3] Ayahnya bernama Abdullah.[1]

Pendidikan[sunting | sunting sumber]

Pada usia muda hijrah ke Hutasiantar untuk memenuhi permintaan Yang Dipertuan Hutasiantar agar mengajar di sana.[1] Syekh Abdul Malik bin Abdullah adalah murid Syekh Abdul Fattah.[1] Syaikh Abdul Malik datang ke Natal, belajar di Surau Tambak kepada Syekh Abdul Fatah Ulama Besar pada masa itu.[butuh rujukan] Beliau ini belajar bersama-sama dengan sahabatnya yang semuanya menjadi ulama terkenal, seperti Tuan Tamang dan Tuan Benteng.[butuh rujukan] Syekh Abdul Malik naik haji tiga kali untuk sekaligus menambah ilmunya.[1]

Dakwah[sunting | sunting sumber]

Huta Siantar[sunting | sunting sumber]

Setelah kembali dari Makkah, Yang Dipertuan Huta Siantar, Panyabungan meminta Syekh Abdul Fattah untuk menjadi guru agama di kerajaannya.[3] Namun Syekh Abdul Fattah tidak dapat memenuhinya karena berbagai kesibukannya dan kemudian menunjuk Syeikh Abdul Malik yang baru kembali dari Makkah untuk mengisi jabatan tersebut.[3] Syekh Abdul Malik berusaha membangun masyakat di Huta Siantar.[3] Perlahan dan pasti usahanya akhirnya membuat beberapa keluarga raja-raja di wilayah tersebut menghidupkan aktivitas dan kegiatan masjid.[3] Awalnya hal tersebut ditentang dan akhirnya mendapat sambutan yang baik.[3] Atas jasa-jasanya tersebut, Syekh Abdul Malik yang masih sangat belia, dinikahkan dengan puteri Huta Siantar dan menetap di sana.[3] Ulama besar ini menikah di Hutasiantar, melahirkan seorang putera bernama Abdul Syukur.[1]

Tuan Syekh Abdul Malik mengajar sampai Padangsidimpuan, Sipirok, Padang lawas dan Dalu-dalu.[1] Muridnya datang dari berbagai penjuru di sekitar Hutasiantar dan Panyabungan.[1] Untuk kedua kalinya, dia berangkat ke Makkah beserta keluarganya melalui pelabuhan Natal yang saat itu merupakan pelabuhan internasional yang sangat ramai.[3] Sekembalinya ke Tanah Air, kharismanya semakin meluas sehingga namanya semakin dikenal dan menjadi acuan dalam argumentasi agama mulai dari Padang Sidempuan, Sipirok, Padang Lawas dan Dalu-dalu.[3]

Hubungan mesra dengan penguasa atau raja-raja Huta Siantar bukan tanpa masalah.[3] Berbagai masalah terjadi antara Umara dan Ulama tersebut.[3] Namun hal itu dapat diatasinya dengan langkah-langkah yang tidak merusak kedua kelompok elit tersebut.[3] Para raja semakin kagum dan takjub terhadapnya karena Syekh juga mempunyai kemampuan dalam pengobatan.[3]

Natal[sunting | sunting sumber]

Syekh Abdul Malik puluhan tahun berdiam di Natal mengembangkan agama Islam di sana.[1] Ilmu yang diajarkannya di Natal meliputi antara lain tafsir dan tasawuf.[1] Buku-buku terkenal yang dipakainya antara lain: Tafsir Al Ghazali, Syawi, Jalalain, dan Ihya Ulumuddin karya filosof Al Ghazali.[1] Buku-buku berbahasa Melayu antara lain: Sabilul Muhtadin, Mathla’ul Badrain dan Syrus Salikin.[1] Dengan pengalaman tersebut dia kemudian digelar Baleo Natal sebagai bagian dari usahanya mengajarkan Islam secara tadrij atau berangsur-angsur.[3]

Setelah Syekh Abdul Fatah meninggal, pada hari Ahad 12 Rabiul Awal 1282 H, maka Syekh Abdul Malik menetap di Surau Tambak, untuk melanjutkan pengajaran Agama Islam.[4]

Wafat[sunting | sunting sumber]

Syekh Abdul Malik wafat pada hari Jum’at 12 Ramadhan 1320 H (12 Desember 1902 M [5]). Sebagian besar usianya dihabiskan mengajar di Natal sampai wafatnya dalam usia 75 tahun dan dimakamkan di Pemakaman Bukit Kayu Aro di bagian timur Natal.[1]

Catatan akhir[sunting | sunting sumber]

Daftar Pustaka[sunting | sunting sumber]


Bacaan lainnya[sunting | sunting sumber]

.