Abdullah bin Zaid al-anshari

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

 

'Abdullāh bin Zaid al-anṣhārī
عبد الله بن زيد الأنصاري
LahirAbdullah bin Zaid bin Tsa'labah
590 M (32 tahun sebelum hijrah)
Madinah, Hijaz, Jazirah Arab
(saat ini wilayah Arab Saudi)
Meninggal654 M (32 H) dalam usia 64 tahun
Madinah, Hijaz, Jazirah Arab
(saat ini wilayah Arab Saudi)
KebangsaanKekhalifahan Rasyidin
PekerjaanMuazin
Dikenal atasOrang yang memimpikan azan pertama kali
Suami/istriSa'adah binti Kulaib
AnakMuhammad

'Abdullāh bin Zaid al-anṣhārī (bahasa Arab: عبد الله بن زيد الأنصاري) adalah seorang sahabat Nabi Islam Muhammad dari kaum Ansar. Ia menghadiri Bai'at 'Aqabah Kedua dan ikut serta dalam perang Badar, Uhud, Khandaq, dan peperangan lainnya. Ia juga yang melihat azan dalam mimpinya yang kemudian Muhammad memerintahkan Bilal bin Rabah untuk mengumandangkan azan sesuai dengan apa yang dilihat oleh Abdullah. Ia memiliki banyak hadis yang ditulis dalam Sunan yang empat.

Kedudukan Nabi Muhammad di sisinya[sunting | sunting sumber]

Disebutkan dalam tafsir al-Kabir bahwa firman Allah:  وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَٰئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُولَٰئِكَ رَفِيقًا   [an-Nisa:69] turun ketika Abdullah mendatangi Nabi Muhammad untuk mengadukan kerinduan para sahabatnya saat mereka tidak ada di sisinya, yang membuatnya bertanya-tanya bagaimana mereka bisa bertemu dengan Nabi Muhammad di akhirat nanti, sementara ia berada di tempat yang tinggi di surga. Tafsir juga menyebutkan bahwa ketika ia mendengar berita kematian Nabi Muhammad, ia berdoa kepada Allah untuk membutakan dirinya sehingga ia tidak akan melihat apa pun setelahnya sampai ia bertemu dengannya.

Silsilah[sunting | sunting sumber]

Abdullah bin Zaid bin Abdi Rabbihi bin Tsa'labah bin Zaid, dari Bani Jusym bin al-Harith bin al-Khazraj al-Ansari al-Khazraji al-Harithi, memiliki kunyah Abu Muhammad adalah seorang lelaki yang tidak pendek dan tidak tinggi. Ia adalah saudara laki-laki Harits bin Zaid bin Abdur Rabbah. Abdullah mempunyai seorang putra, Muhammad dari pernikahannya dengan Sa'adah binti Kulaib dan seorang putri, Ummu Humaid binti Abdullah dari pernikahannya dengan orang Yaman. Abdullah bin Zaid memiliki beberapa keturunan di Madinah.[1]

Biografi[sunting | sunting sumber]

Abdullah menghadiri Bai'at 'Aqabah Kedua dengan tujuh puluh orang Ansar.[2] Ia ikut dalam perang Badar, Uhud, Khandaq, dan peperangan lainnya. Ia membawa panji Bani al-Harith bin al-Khazraj dalam Pembukaan Mekah.[3] Abdullah ibn Zaid biasa menulis dalam bahasa Arab sebelum keislamannya. [1]

Melihat azan[sunting | sunting sumber]

Abdullah bin Zaid melihat azan dalam mimpinya pada tahun pertama Hijrah,[4] maka ia mendatangi Nabi ﷺ SAW, dan berkata,[5] "Wahai Rasulullah, seorang pria dengan jubah hijau menemuiku malam ini, membawa sebuah gong di tangannya, dan aku berkata kepadanya: "Wahai Abdullah, apakah kamu menjual gong ini?" Dia berkata: "Apa yang kamu lakukan dengannya?" katanya: Aku berkata: "Kami menabuhnya untuk shalat." Dia berkata: "Maukah aku tunjukkan sesuatu yang lebih baik dari itu?" Dia berkata: "Ya." Aku berkata: "Apa itu? Aku berkata: "Apa itu?" Beliau bersabda: Katakanlah: Allah Maha besar, Allah Maha besar, Allah Maha besar, Allah Maha besar, Aku bersaksi bahwa tiada yang berhak disembah selain Allah, Aku bersaksi bahwa tiada yang berhak disembah selain Allah, Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah, Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah, Marilah salat, Marilah salat, Marilah menuju kemenangan, Marilah menuju kemenangan, Allah Maha besar, Allah maha besar, Tiada yang berhak disembah selain Allah. Lalu Muhammad memerintahkan Bilal bin Rabah untuk mengumandangkan azan sebagaimana yang dilihat oleh Abdullah." Maka Nabi Muhammad memerintahkan Bilal bin Rabah untuk mengumandangkan azan berdasarkan apa yang dilihat Abdullah.[3]

Hadis yang diriwayatkan[sunting | sunting sumber]

  • Riwayat hadisnya: Ia meriwayatkan sedikit hadis; hadisnya ada dalam Sunan yang empat,[4] Tirmidzi berkata, “Kami tidak mengetahui apapun hadisnya yang sahih dari ﷺ, kecuali hadis yang satu ini.” Ibnu Adi berkata: “Kami tidak mengetahui apapun hadisnya yang sahih selain hadis itu, dan sebagian orang mengatakan bahwa dia tidak memiliki hadis selain itu, dan ini salah, karena beberapa hadis datang darinya, enam atau tujuh hadis, yang saya kumpulkan dalam satu bagian.” Al-Baghawi menyimpulkan bahwa ia tidak memiliki hadis lain, selain hadits tentang azan, dan dalam Sunan al-Nasa’i, ia memiliki sebuah hadis: bahwa dia bersedekah kepada orang tuanya lalu berwudhu.[butuh rujukan]
  • Yang meriwayatkan darinya: Said bin Al-Musayyib, Abdurrahmah bin Abi Laila, tetapi tidak bertemu dengannya, dan putranya Muhammad bin Abdullah bin Zaid.[4]

Wafat[sunting | sunting sumber]

Abdullah bin Zaid meninggal pada tahun 32 H di Madinah pada usia enam puluh empat tahun, dan Utsman bin Affan mengimami salat jenazahnya. [6] Al-Hakim An-Naisaburi berkata, “Sebenarnya dia terbunuh di Uhud,” Ketika Hakim meriwayatkan atas izin putri Abdullah bahwa putri Abdullah menemui Umar bin Abdul Aziz dan berkata, “Saya adalah putri Abdullah bin Zaid. Ayahku menghadiri perang Badar dan terbunuh saat perang Uhud, lalu Umar berkata, "Mintalah padaku apa pun yang kamu inginkan dan dia memberikannya.”

Referensi[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]