Lompat ke isi

Ali Abdullah al-Banjari

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Ali bin Abdullah Wujud Al-Banjari, adalah seorang ulama besar di bidang ilmu Fiqih Pengarang kitab Al-Kaukab Al-Barri Fi Tsabat Al-Banjari dan merupakan cucu Syaikh Muhammad Arsyad Al-Banjari.[1]

Kehidupan

[sunting | sunting sumber]

Beliau bernama lengkap Ali bin Abdullah Wujud bin Mahmud bin Muhammad Arsyad Banjar Al-Martapuri Al-Makki Asy-Syafi’i. Dia lahir di Kota Makkah, Al-Mukarramah pada hari Senin tanggal 14 Sya’ban tahun 1285 H, yang bertepatan dengan tanggal 29 atau 30 November tahun 1868 M.[1]

Ayahnya merupakan seorang ulama besar bernama, Syaikh Abdullah bin Mahmud merupakan ulama besar di Makkah Al-Mukarramah. Ayahnya memiliki kemampuan ketika dia sedang berdzikir, tubuhnya tidak dapat dilihat secara kasat mata, yang tampak hanya pakaian dan sorbannya. oleh karena itu, ayahnya dijuluki dengan julukan Syaikh Abdullah Wujud.[2]

Pendidikan

[sunting | sunting sumber]

Dikarenakan berasal dari keluarga yang terbiasa dalam mempelajari ilmu agama mendorong Syekh Ali Banjar untuk memperdalam ilmu agama semenjak dia kecil. Syekh Ali Banjar menyelesaikan hapalan Al-Qur'an dan menguasai beberapa dasar ilmu Islam dan bahasa Arab sebelum dewasa, lalu dia rutin dalam menghadiri kajian beberapa kitab para ulama yang berada disekitar Kota Makkah Al-Mukarramah. Beberapa ulama yang menjadi tempatnya belajar adalah Syekh Muhammad bin Yusuf Al-Khayyath, Sayid 'Alawiy bin Ahmad As Saqqaf, Mufti Mazhab Malikiyah Syekh 'Abid bin Husain Al-Malikiy, dan Syekh Muhammad Mahfuzh Tremas. Namun, dia adalah ulama yang fokus untuk menuntut ilmu di hadapan mereka adalah Syekh Abu Bakar Syatha, dan Syekh Muhammad Sa'id Yamaniy.[1]

Salah seorang gurunya, yaitu Syekh Abu Bakar Syatha merupakan seorang ulama yang mengajarkan kitab Fath al-Mu’in karya Al-Allamah Zainuddin al-Malibari, di Masjidil Haram. Dengan melihat kesungguhan dan pemahamannya yang mendalam di bidang fikih, Syekh Abu Bakar Syatha mempercayakannya sebagai juru tulis dalam menulis Kitab ‘Ianah Al-Thalibin. Kitab tersebut merupakan penjelasan dari kitab Fath al-Mu’in karya Al-Allamah Zainuddin al-Malibari yang diajarkan oleh gurunya saat di Masjidil Haram.[2]

Silsilah :

1. Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam

2. Fatimah Az-Zahra

3. Husein Asy-Syahid

4. Ali Zainal Abidin

5. Muhammad Al-Baqir

6. Ja'far Ash-Shadiq

7. Muhammad Ad-Dibaj

8. Ismail

9. Muhammad

10. Ahmad

11. Sajun

12. Ahmad

13. Muhammad

14. Sulthan Hawi Al-Makaram

15. Hamid

16. Rafa'

17. Yusuf

18. Abdul Aziz

19. Abul Qasim

20. Mahriz

21. Muhammad

22. Abu Bakar

23. Majliddin

24. Ismail

25. Ahmad

26. Muhammad

27. Ahmad

28. Ahmad

29. Muhammad

30. Abul Hasan

31. Muhammad

32. Khairuddin

33. Ahmad

34. Jalaluddin

35. Salim Badruddin

36. Sulaiman

37. Ibrahim

38. Abdullah

39. Muhammad Badruddin

40. Ali

41. Mahmud Zainuddin

42. Muhammad Zainal Abidin

43. Sayyid Abu Bakar Al-Bakri Utsman Syatha

Syekh Ali Banjar wafat pada hari Jumat tanggal 12 Zulhijah tahun 1370 H, yang bertepatan dengan 14 September tahun 1951 M, di usianya yang ke-85 tahun. Dia dimakamkan di pemakaman Ma'lâh, yang berada Kota Makkah Al-Mukarramah.[1]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d La Eda, Maulana (2020). 100 Ulama Nusantara di Tanah Suci. Solo: Aqwam Media Profetika. ISBN 9789790397576. 
  2. ^ a b Syaifuddin, Muhammad Bulkini Ibnu (2022-06-05). "Syekh Ali Al-Banjari, Juru Tulis Kitab I'anah Thalibin Dari Banjar Kalimantan". Harakah.ID - Situs Belajar Islam Terpercaya. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-14. Diakses tanggal 2022-06-15.