Lompat ke isi

Ali Muhammad Ghedi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Ali Mohamed Gedi
علي محمد جيدي
Perdana Menteri Somalia ke-11
Masa jabatan
3 November 2004 – 29 Oktober 2007
Informasi pribadi
Lahir2 Oktober 1952 (umur 72)
Mogadishu, Somalia
KebangsaanSomali
Partai politikTFG
Suami/istriFadumo Hassan Ali
Anak4
AlmamaterUniversitas Mogadishu
PekerjaanPolitisi
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Ali Mohammed Ghedi (lahir 1952), adalah seorang pegawai Uni Afrika, yang ditunjuk sebagai Perdana Menteri Somalia pada bulan November 2004. Pada 2 Juli 2006, ia menyampaikan tuduhan terhadap pemimpin tertinggi Al Qaeda Osama bin Laden ingin membuat kekacauan baru di Somalia. Karena, Somalia pernah terjerumus ke dalam kekacauan politik pada tahun 1991 menyusul tersingkirnya Mohamed Siad Barre dari tampuk kekuasaan. Setelah itu, Somalia terpecah belah dan diperintah oleh para panglima perang yang sulit dikontrol. Untuk itu, ajakan Osama bin Laden tidak perlu ditanggapi. "Jauh sebelum dia, orang tuanya, dan nenek moyangnya, kami telah menjadi Muslim dan menjalankan agama Islam," kata Gedi.

Lolos Mosi Tidak Percaya

[sunting | sunting sumber]

Beberapa anggota parlemen menyiapkan mosi tidak percaya (vote of no confidence) terhadap pemerintah. Dalam pemungutan suara pada 30 Juli 2006, Ghedi lolos dari sebuah mosi tidak percaya yang menganggap dirinya tidak mampu lagi memerintah. Untuk menggusur posisi perdana menteri, parlemen membutuhkan dukungan 139 suara. Namun, dalam pemungutan suara yang terkumpul hanya 126 orang, sementara 86 anggota lainnya tetap mendukung. Pemerintah pimpinannya kehilangan kredibilitasnya karena dianggap tak mampu memulihkan stabilitas di Baidoa (250 km dari Mogadishu) yang dikuasai kelompok milisi bergaris keras yang ingin menerapkan pemerintahan ala Taliban.

Perbaikan Kabinet

[sunting | sunting sumber]

Pada 28 Juli 2006, anggota parlemen menentang kehadiran pasukan Etiophia dan penjaga perdamaian asing di Baidoa. Karena tak percaya lagi pada kredibilitas pemerintah, 19 menteri dan wakil menteri memilih mundur. Akibatnya, pemerintahan transisi tak berjalan baik dan situasi memburuk saat seorang menteri dibunuh. Dua minggu setelah pemerintahan sebelumnya lumpuh total akibat pejabat pemerintah beramai-ramai mengundurkan diri, Gedi membentuk kabinet baru beranggotakan 31 orang. Kabinet baru yang dibentuk pada 21 Agustus 2006 ini bertujuan memperbaiki pemerintahan. Kabinet lama yang dibubarkan pemerintah awal Agustus dianggap tidak jelas, jarang mencapai kata sepakat, dan sering berbelit-belit dalam mendiskusikan suatu persoalan.

Kabinet baru yang memiliki 31 anggota, sementara kabinet lama lebih dari 100 anggota. Dari ke-31 anggota kabinet yang ada, banyak anggota kabinet lama tetap bertahan pada posisinya. Mantan panglima perang Hussein Mohamed Aidid yang menjabat sebagai menteri dalam negeri adalah satu satunya. Nama baru bermunculan seperti kepala keamanan nasional, menteri pertahanan, menteri keuangan, dan menteri luar negeri. Selain pejabat menteri, pemerintah baru juga menunjuk 44 wakil menteri. Pada kabinet sebelumnya ada 42 menteri dan 80 wakil menteri. Kepastian mengenai mengikutsertakan kelompok moderat dalam kabinet baru masih belum diungkap Gedi sebagai pemimpin pemerintahan.

Perombakan kabinet ini termasuk dalam bagian kesepakatan yang ditengahi oleh Pemerintah Etiophia. Bangkitnya kelompok agama menjadi ancaman terbesar bagi pemerintah sementara yang dibentuk lewat suatu perundingan perdamaian di Kenya tahun 2004. Pemerintah sementara itu dibentuk menggantikan anarki yang telah berkuasa sejak 1991. Juni 2006, kelompok agama mulai muncul ke permukaan sebagai kekuatan politik dan militer yang baru setelah mengalahkan kekuasaan para panglima perang yang dibantu Amerika Serikat. Kelompok itu mengambil alih Mogadishu dan daerah strategis lainnya.

Beberapa anggota parlemen yang mayoritas dari klan Hawiye ingin mengikutsertakan tokohnya ke dalam pemerintahan melalui kabinet yang baru. Pemerintah dan kelompok agama berencana menggelar putaran kedua perundingan perdamaian yang ditengahi oleh Liga Arab.

Pada 1 Januari 2007, pasukan pemerintah yang didukung pasukan Ethiopia berhasil memasuki wilayah pasukan pemberontak, yaitu kota Kismayo. Sekitar 3000 anggota pasukan anti-pemerintah sebelumnya bersumpah akan habis-habisan mempertahankan kota itu. Gempuran pasukan Somalia yang didukung tank-tank dan jet-jet tempur Ethiopia akhirnya melumpuhkan perlawanan kelompok pemberontak yang mengatakan akan tetap melanjutkan perjuangan mereka dengan melakukan perang gerilya ala kelompok perlawanan di Irak. Perdana Menteri Gedi menawarkan amnesti kepada ratusan anggota milisi Islam yang menuju perbatasan Kenya jika mereka menyerah. Rakyat di berbagai kota berlari-lari keluar rumah menyambut tentara pemerintah.

Somalia menyerukan pengiriman pasukan internasional sebanyak 8.000 orang untuk mengamankan pemerintahan yang rawan atas serangan dari militan yang diduga terkait dengan jaringan Al-Qaeda. Juru bicara militer Burundi Kolonel Adolphe Manirakiza pada 18 Februari 2007 menyatakan bahwa Burundi mengirimkan tak kurang 1.700 tentara ke Somalia sebagai bagian dari misi penjaga perdamaian Uni Afrika dengan tujuan mengakhiri kekacauan. Uganda juga mengirim 1.500 tentara ke Mogadishu.


Didahului oleh:
Muhammad Abdi Yusuf
Perdana Menteri Somalia
3 November 2004-November 2007
Diteruskan oleh:
Nur Hassan Hussein