Badogar
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Januari 2016. |
Badogar adalah kesenian barong domba garut hasil kreasi masyarakat Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut pada tahun 2011 karena terinspirasi Reog Ponorogo yang sudah mendunia Internasional.[1] Namanya merupakan singkatan dari Barong Domba Garut. Alat musik pengiringnya adalah saron, bonang, kendang, bedug, kecrek, tarompet, dan gong. Pemain Badogar terdiri dari penari, pemain barong, dan pemusik.[2] Badogar dirintis oleh para seniman dari Sanggar Gentra Sawargi di Dusun Cikancung, Desa Margalaksana.[3]
Pembuatan barong
[sunting | sunting sumber]Pembuatan Badogar dibagi menjadi pembuatan kepala domba dan pembuatan badan barong. Rangka kepala barong dibuat dengan gabungan kayu, kawat, bambu dan besi. Selanjutnya dilakukan penempelan bubur kertas ke rangka kepala dan dilanjutkan dengan memberi lapisan kain atau bulu domba. Warna kepala domba umumnya berwarna gelap atau putih.[4] Kepala Domba dan Kepala Barong dalam pertunjukan badogar tidak memiliki makna tertentu dan hanya berfungsi sebagai penambah keindahan.[5]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ visit Garut, Operator (27 Mei 2017). "Kesenian Badogar". portal pesona Garut Kabupaten. Diakses tanggal 18/8/2021.
- ^ Sukamdani, Ruhaliah, dan Nurjanah 2014, hlm. 6.
- ^ Rahayu, Sujana, dan Ramli 2020, hlm. 75.
- ^ Sukamdani, Ruhaliah, dan Nurjanah 2014, hlm. 6–7.
- ^ Rahayu, Sujana, dan Ramli 2020, hlm. 80.
Daftar pustaka
[sunting | sunting sumber]- Rahayu, S., Sujana, A., dan Ramli, Z. (Januari 2020). "Morfologi Visual dalam Kesenian Badogar Sanggar Gentra Sawargi Kabupaten Garut". Atrat. 8 (1): 74–81.
- Sukamdani, G.M., Ruhaliah, dan Nurjanah, N. (Desember 2014). "Nilai Budaya dalam Kesenian Badogar di Desa Margalaksana Kecamatan Cilawu Kabupaten Garut untuk Bahan Pembelajaran Membaca di SMA Kelas XI" (PDF). Dangiang Sunda. 3 (3): 1–8. [pranala nonaktif permanen]