Lompat ke isi

Bahan bakar butanol

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Butanol dapat digunakan sebagai bahan bakar di mesin pembakaran dalam. Karena rantai hidrokarbonnya lebih panjang, maka bersifat pada umumnya bersifat non-polar. Butanol lebih mirip bensin daripada etanol. Bahan bakar butanol sudah pernah didemontrasikan di mobil berbahan bakar bensin tanpa ubahan apapun.[1] Butanol dapat diproduksi dari biomassa (disebut "biobutanol")[2] sama seperti bahan bakar fosil (sebagai "petrobutanol"); tetapi biobutanol dan petrobutanol memiliki ciri-ciri kimia yang sama.

Produksi biobutanol

[sunting | sunting sumber]

Butanol yang diperoleh dari biomassa disebut sebagai biobutanol.[3] Dapat digunakan di kendaraan bensin tanpa modifikasi apapun.[4]

Teknologi

[sunting | sunting sumber]

Biobutanol dapat diproduksi dengan proses fermentasi A.B.E. Proses ini menggunakan bakteri Clostridium acetobutylicum. Bakteri ini pertama kali digunakan oleh Chaim Weizmann untuk memproduksi aseton dari amilum pada tahun 1916 (aseton ini dibuat untuk memproduksi Cordite. Butanol merupakan produk sampingan dari proses ini. Proses ini juga menghasilkan beberapa produk sampingan lainnya yaitu asam asetat, asam laktat, asam propionat, isopropanol, dan etanol.

Perbedaan dari produksi etanol adalah fermentasi tanaman pokoknya dan ada perubahan sedikit pada proses distilasi. Tanaman utama yang dipakai untuk memproduksi butanol sama dengan tanaman yang digunakan untuk memproduksi etanol: bit gula, tebu, jagung, gandum dan singkong, dan juga tanaman non-pangan seperti switchgrass dan guayule di Amerika Selatan.[5] Menurut DuPont, pabrik bioetanol yang ada sekarang ini dapat diubah ke produksi biobutanol dengan biaya kecil.[6]

Butanol alga

[sunting | sunting sumber]

Biobutanol dapat juga dibuat dengan bantuan energi matahari, yaitu melalui alga (disebut bahan bakar Solalgal) dan diatom.[7]

Ciri-ciri/karakteristik

[sunting | sunting sumber]
Bahan bakar Kepadatan energi Rasio
udara-bahan bakar
Energi spesifik Panas penguapan RON MON
Bensin dan biobensin 32 MJ/L 14.6 2.9 MJ/kg udara 0.36 MJ/kg   91–99   81–89
Bahan bakar butanol 29.2 MJ/L 11.1 3.2 MJ/kg udara 0.43 MJ/kg   96   78
Bahan bakar etanol 19.6 MJ/L   9.0 3.0 MJ/kg udara 0.92 MJ/kg 107   89
Bahan bakar metanol 16 MJ/L   6.4 3.1 MJ/kg udara 1.2 MJ/kg 106 92

Kandungan energi dan dampaknya ke ekonomi bahan bakar

[sunting | sunting sumber]

Mengubah bahan bakar dari bensin ke butanol maka akan menyebabkan konsumsi bahan bakar lebih boros sekitar 10%[9] tetapi efeknya untuk jangka panjang masih harus diteliti lagi. Meskipun kepadatan energi dalam campuran butanol dan bensin dapat dihitung, tetapi tes dengan bahan bakar alohol lainnya menunjukkan bahwa kepadatan energi tidak mempunyai efek yang berbanding lurus dengan ekonomi bahan bakar.[10]

Nilai oktan

[sunting | sunting sumber]

Nilai oktan dari n-butanol mirip dengan bensin tetapi lebih rendah daripada etanol dan metanol. n-Butanol mempunyai angka RON (Research Octane number atau angka oktan) sebesar 96 dan angka MON (angka oktan motor) sebesar 78. t-butanol mempunyai angka oktan RON 105 dan MON 89.[11] t-Butanol digunakan sebagai bahan aditif pada bensin tetapi tidak bisa digunakan sebagai bahan bakar dalam bentuk murninya karena mempunyai titik beku sebesar 25.5 °C, sehingga akan menjadi gel dan membeku pada suhu ruangan.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "ButylFuel, LLC". Diakses tanggal 2008-01-29. 
  2. ^ Atsumi, Shota; Hanai, Taizo; Liao, James C. (2008), "Non-fermentative pathways for synthesis of branched-chain higher alcohols as biofuels", Nature, 451 (7174): 86–89, doi:10.1038/nature06450, PMID 18172501 
  3. ^ Alternative Fuels and Advanced Vehicles Data Center: Biobutanol
  4. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-10-25. Diakses tanggal 2011-10-27. 
  5. ^ http://www.ars.usda.gov/research/publications/Publications.htm?seq_no_115=151101
  6. ^ BP DuPont Fact Sheet Biobutanol (PDF).
  7. ^ Fossil Freedom - Home Page
  8. ^ Internal Combustion Engines, Edward F. Obert, 1973
  9. ^ Dihitung dari perbedaan kepadatan energi dari daftar diatas
  10. ^ ACE Fuel Economy Study (PDF).
  11. ^ UNEP.org-Properties of oxygenates Diarsipkan 2011-02-21 di Wayback Machine. (PDF).

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]