Lompat ke isi

Batik Pekalongan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Batik motif buketan dari Pekalongan.

Batik Pekalongan adalah batik yang berasal dari Pekalongan, Jawa Tengah. Kota Pekalongan dikenal sebagai Kota Batik karena sejarah dan relasi kota ini dengan batik, kontribusi terhadap perkembangan batik, dan adanya sentra-sentra kerajinan batik sebagai mata pencaharian warga. Lambang Kota Pekalongan juga mengandung unsur batik Pekalongan. Batik Pekalongan mendapat pengaruh dari budaya Jawa dan empat budaya asing, yakni Belanda, Arab, Tiongkok, dan Jepang. Pengaruh ini membuat motif, corak, dan warna batik Pekalongan berbeda dengan Batik Kraton yang berkembang di Surakarta dan Yogyakarta. Motif batik Pekalongan bervariasi dan dapat memadukan berbagai unsur seperti motif tumbuh-tumbuhan dan hewan.

Batik telah dikenal masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Jawa sejak masa Kerajaan Majapahit. Batik kemudian berkembang dan berlanjut di Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Akan tetapi, sebutan Kota Batik melekat pada Kota Pekalongan, bahkan pada tahun 1958 logo Kota Pekalongan ditetapkan dengan berbagai tambahan ornamen batik. Di Kota Pekalongan, kerajinan batik juga ditemukan di rumah dan perkampungan warga dan tak sedikit pula yang menjadikan batik ini sebagai mata pencaharian utama.

Motif batik Pekalongan

[sunting | sunting sumber]

Jika diperhatikan sekilas, batik Pekalongan tidak jauh berbeda dari batik Kota Yogyakarta dan Kota Solo. Batik Kota Yogyakarta lebih banyak menggunakan warna-warna yang cenderung gelap dengan backgroud putih serta motif utamanya masih mempertahankan warisan budaya seperti batik motif parang, kawung, dan sebagainya. Sedangkan pada batik Pekalongan lebih banyak memainkan warna - warna yang lebih terang dan tidak terpaku pada 1 motif saja. Sehingga banyak kita jumpai batik Pekalongan yang memberikan motif makhluk hidup seperti tumbuh-tumbuhan dan hewan. Selain itu, pada beberapa motif batik Pekalongan terdapat pengaruh budaya negara lain. Berikut adalah beberapa motif batik Pekalongan.[1]

Motif yang dipengaruhi budaya Arab atau India

[sunting | sunting sumber]

Motif Jlamprang

[sunting | sunting sumber]

Jlamprang adalah motif yang menjadi ciri khas Kota Pekalongan. Bahkan di Pekalongan, Jlamprang diabadikan menjadi sebuah nama jalan serta digunakan juga pada logo Kota Pekalongan. Motif ini merupakan motif batik geometris yang dapat berupa segitiga atau lingkaran dengan ciri khas pewarnaan yang cerah.[2]

Motif yang dipengaruhi budaya Jepang

[sunting | sunting sumber]

Pada masa kolonial Jepang (1942-1945), muncul beragam jenis batik yang dipengaruhi oleh budaya Jepang sebagai salah satu alat propaganda. Dalam pewarnaannya batik ini juga menggunakan warna yang disesuaikan dengan selera Jepang seperti kuning, cokelat, biru-hijau, violet, pink, dan merah.

Motif Jawa Hokokai
Motif Pagi Sore

Motif Jawa Hokokai

[sunting | sunting sumber]

Batik Jawa Hokokai merupakan batik yang mirip dengan pakaian khas dari Jepang yaitu kimono tetapi dengan menggunakan motif utama khas kraton seperti parang, lereng dan sebagainya.

Motif Pagi Sore

[sunting | sunting sumber]

Motif ini menampilkan 2 macam pola batik dengan dua warna yang berbeda pada satu lembar kain batik. Kemunculan motif ini berawal dari kekurangan persediaan kain di Jawa dan memiliki tujuan agar kain dapat dipakai bergantian dengan pola yang berbeda.

Selain dua motif di atas, pengaruh Jepang pada kain batik Pekalongan juga terdapat pada motif kupu - kupu, motif bunga sakura, motif bunga leli, motif bunga mawar dan motif bunga anggrek.

Motif yang dipengaruhi budaya Tiongkok

[sunting | sunting sumber]

Hadirnya pengaruh budaya China pada masa lampau juga memberikan ciri khas tersendiri. Bahkan motif batik ini mengambarkan mitos - mitos kepercayaan China. Beberapa motif tersebut adalah:

a. Motif Burung Hong

b. Motif Liong

c. Motif Burung Merak

d. Motif Burung Phoenix

e. Motif Kura-Kura

f. Motif Dewa Dewi

Motif yang dipengaruhi budaya Belanda

[sunting | sunting sumber]

Munculnya Warga Negara Belanda yang menjadi pengusaha batik di Pekalongan pada tahun 1860 - 1940 memberikan ciri khas tersendiri yang ditinggalkan hinnga saat ini.

Motif Buketan

[sunting | sunting sumber]

Buketan merupakan motif tumbuh-tumbuhan baik berupa dedaunan maupun bunga yang dijadikan motif utama ataupun motif tambahan yang disusun rapi hingga menyerupai tanaman buket. Selain itu, biasanya juga diberikan motif tambahan seperti kupu-kupu ataupun burung.

Motif Kegiatan Penting

[sunting | sunting sumber]

Inilah salah satu hal yang membedakan batik motif Pekalongan dengan motif lain. Batik Pekalongan sangat luas dan tidak terikat pada motif itu saja. Adanya pengaruh Belanda juga menjadikan kegiatan penting bisa dijadikan suatu motif. Sebagai contohnya adalah batik perang Jawa, batik perang Lombok hingga batik Kompeni.

Lihat juga

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Salma, Irfa'ina Rohana (2013). "Corak Etnik Dan Dinamika Batik Pekalongan". Dinamika Kerajinan dan Batik. 30 (2): 85–97. doi:10.22322/dkb.v30i2.1113. ISSN 2087-4294. 
  2. ^ Maziyah, Siti; Alamsyah; Lestari, Dina Tri (2021). "Jlamprang Batik Motive : Representation of the Natural and Cultural Environment of Pekalongan City". The 6th International Conference on Energy, Environment, Epidemiology, and Information System (ICENIS 2021) (dalam bahasa Inggris). 317. doi:10.1051/e3sconf/202131701005.