Buraidah bin Hushaib

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Nama lengkap beliau adalah Buraidah bin al-Hushaib bin Abdillah bin al-Harits bin al-A'raj bin Sa'ad bin Razah bin Sahl bin Mazin bin al-Harits bin Salaman bin Aslam al-Aslami. Nama panggilan atau kunyah-nya adalah Abu Abdillah, beberapa riwayat mengatakan bahwa nama asli beliau adalah Amir sedangkan Buraidah adalah nama julukan. Ia tercatat sebagai salah satu sahabat Nabi Muhammad yang mendiami kota Bashrah.[1]

Kisah Keislaman[sunting | sunting sumber]

Beliau masuk islam tatkala bertemu dengan Nabi Muhammad yang sedang dalam perjalanan hijrah menuju Madinah, tepatnya di daerah al-Ghamim. Sahabat Buraidah saat itu bersama dengan kaumnya yang berjumlah sekitar 80 keluarga menyatakan keislaman mereka, Nabi kemudian mengimami mereka untuk melaksanakan shalat Isya' bersama.[2]

Setelah kejadian tersebut Buraidah masih tinggal bersama dengan kaumnya, beliau baru datang ke Madinah guna membersamai Nabi Muhammad yang sudah tinggal di Madinah setelah peristiwa Uhud (3 Hijriyah). Sejak saat itu, ia mengikuti semua peristiwa peperangan bersama dengan Nabi, termasuk menyaksikan dua peristiwa penting yaitu perjanjian Hudaibiyah dan Bai'at Ridhwan, sebuah ikrar kesetiaan yang dilakukan di bawah sebuah pohon tepat sebelum keberangkatan mereka ke Makkah tahun 6 Hijriyah.

Sahabat Buraidah tercatat mengikuti peperangan bersama dengan nabi sebanyak 16 kali,[3] ia juga termasuk sebagai penduduk Madinah sebelum akhirnya pindah ke Bashrah setelah wafatnya Nabi Muhammad, kemudian ikut berjihad di medan Khurasan dan tinggal di daerah Marwa (wilayah bagian Khurasan) hingga akhirnya beliau meninggal dan dimakamkan di sana.

Wafat[sunting | sunting sumber]

Buraidah bin Hushaib tercatat meninggal dunia pada tahun 63 Hijriyah, tepatnya pada masa kepemerintahan Yazid bin Mu'awiyah, pemimpin kedua dari Dinasti Umayyah. Buraidah merupakan sahabat nabi terakhir yang dikatahui meninggal di daerah Khurasan.[4] Semasa hidupnya beliau sudah meriwayatkan sekitar 150-an hadist.[5]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Ibnu Qani' al-Baghdadi. Mu'jam as-Shahabah jilid II. Beirut: Dar el-Fikr. hlm. 612, no.72. 
  2. ^ Ibnu Abdil Barr. Al-Isti'ab fi Ma'rifat al-Ashab. hlm. 185. 
  3. ^ Al-Bukhari. Shahih Bukhari, bab al-Maghazi (89) jilid VIII. hlm. 153. 
  4. ^ Thabaqat Ibnu Sa'ad jilid IV. hlm. 241. 
  5. ^ Al-Jarh wa at-Ta'dil jilid II. hlm. 424.