Cak Yudho Bakiak

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Cak Yudho Bakiak
LahirYudho Prasetyo
26 Juni 1982 (umur 41)
Pitu, Ngawi
Nama lainCak Yudho Bakiak
PekerjaanPelawak
Suami/istriAyum Prayudho[butuh rujukan]
Anak5


Yudho Prasetyo atau yang lebih dikenal dengan Cak Yudho Bakiak (lahir 26 Juni 1982) adalah seorang pelawak dan seniman yang cukup populer di Ngawi dan Jawa Timur. Namanya mulai dikenal saat bergabung dengan Cak Percil yang merupakan sahabatnya kala mengenyam pendidikan seni non formal di Padepokan Seni Kirun Cs yang dipimpin oleh pelawak kondang Jawa Timur yaitu H. Mohamad Syakirun atau Kirun yang akrab ia sapa dengan panggilan Abah. Ia mengawali karier dari dunia Seni Kethoprak sebelum bergabung ke Depot Seni Kirun Cs di Madiun. Nama Panggung Bakiak sendiri merupakan akronim dari kata Bareng Kyai Ndandani Akhlak atau dalam bahasa indonesia artinya bersama kyai memperbaiki akhlak. Ia sempat juga mengisi acara lawak Bakiak yang merupakan singkatan dari Bareng Kirun Ayo Ngakak yang saat itu tayang di JTV. Dari sinilah ia menambah embel-embel namanya. Ia dikenal juga sebagai salah satu Dagelan yang pandai ndalil atau sering mengutip ayat dari Al-Qur'an pada saat dirinya melawak. Dari sinilah muncul istilah Dagelan Pondok atau pelawak dari pesantren. Selain melawak, dirinya juga sering mengisi acara tausiah di berbagai daerah di Jawa Timur, meski dalam acara tauisah nya tak jarang diselipi dengan Banyolan - Banyolan khasnya. Ia juga tercatat sebagai anggota Lesbumi Nahdhatul Ulama. Dirinya juga sempat mendapat penghargaan dari Keraton Surakarta Hadiningrat sebagai salah satu seniman yang berperan dalam pengembangan budaya Jawa dan mendapatkan gelar Mas Ngabei Yudho Prasetyo. Sempat bergabung dengan Cak Percil di manajemen GM Record Cak Percil Cs, pada akhir 2017 dirinya memutuskan untuk keluar dan memilih mendirikan manajemen sendiri yang ia beri nama Bakiak Management.

Karier[sunting | sunting sumber]

Tidak banyak diketahui tentang masa kecilnya, Yudho Prasetyo lahir di Dusun Jurug, Desa Selopuro, Kecamatan Pitu, Ngawi. Disanalah pula ia bertemu dengan guru besarnya yaitu Kirun, yang mana pada saat itu Kirun mulai tau bakatnya saat ia tampil dalam pagelaran kethoprak di daerahnya. Ayah Cak Yudho adalah seorang pensiunan polisi dan juga pemain kethoprak tobong yang kebetulan juga rekan Kirun.[1] Setelah itu dirinya diajak oleh Kirun untuk belajar dan menimba ilmu kesenian di Depot Seni Kirun Cs yang bermarkas di Madiun.[2]

Saat menimba ilmu disana sekira tahun 2008 ia sering diajak pentas oleh Kirun di berbagai daerah sekitar Madiun, bahkan sampai ke luar negeri. Di padepokan ia bertemu dengan Cak Percil yang kemudian keduanya menjadi salah satu siswa kesayangan Abah Kirun. Hingga keduanya berhasil menggantikan peran Bagiyo dan Kolik yang sudah wafat. Nama Bakiak sendiri adalah nama yang didapat saat ia mengisi program acara BAKIAK yang tayang di JTV sekitar tahun 2010.

Sepeninggal Kolik dan Bagiyo yang merupakan legenda lawak di Jawa Timur, Cak Yudho Bakiak dan Cak Percil harus bisa mempertahankan lawakan-lawakan khas Jawa Timuran yang sudah dipopulerkan oleh seniornya. Saat itu Kirun yang merupakan pimpinan di kelompok seni Depot Seni Kirun mengganti nama kelompoknya menjadi Padepokan Seni Kirun. Disanalah Cak Yudho berhasil mengembangkan karier lawaknya.Setelah kurang lebih 9 tahun dirinya belajar di padepokan, ia menyusul sahabatnya Cak Percil keluar dari padepokan yang membesarkan namanya dan akhirnya lebih memilih untuk berkarier sendiri.

Bersama sang sahabat, Cak Yudho Bakiak mulai manggung bersama Cak Percil yang tergabung dalam Duo Peye yang merupakan akronim dari Percil-Yudho, mereka tergabung dalam management Guyon Maton pimpinan Cak Percil yang bermarkas di Tulungagung dan Blitar. Lewat gaya khasnya saat Ndagel atau Mbanyol, keduanya kebanjiran Job atau Tanggapan dari kampung ke kampung, kota ke kota bahkan hingga ke luar negeri. Bahkan keduanya juga memiliki penggemar yang mendeklarasikan diri sebagai Peye Mania. Penggemarnya tersebar di berbagai daerah di Jawa Timur, Lampung, Kalimantan bahkan hingga ke luar negeri. Hingga pada akhirnya dirinya memutuskan untuk mengundurkan diri dari GM Record dan berpisah dengan Cak Percil, serta lebih memilih untuk membuat manajemen sendiri yang ia beri nama Bakiak Management. Selain melawak ia juga sering mengisi di beberapa acara tausiyah di daerahnya.

Pada Bulan Februari 2018, Keduanya tersandung masalah penyalah gunaan dokumen Visa yang membuat mereka ditahan selama 6 minggu di penjara Lai Chi Kok di hong kong. Berkat keejasama dari berbagai pihak serta do'a dari keluarga dan penggemarnya, akhirnya mereka berdua dibebaskan[3][4][5]

Prestasi[sunting | sunting sumber]

  • Juara 1,Lomba Pelawak di Pendopo Kabupaten Ngawi,2014

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Setiawan, Kodrat (2018-02-09). "Karier Cak Yudo dan Cak Percil, Pelawak yang Ditahan di Hong Kong". Tempo (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-10-01. 
  2. ^ "PADSKI (Padepokan Seni Kirun)". HMSyakirun (dalam bahasa Inggris). 2015-09-15. Diakses tanggal 2023-10-01. 
  3. ^ "Simpati Sesama Pelawak untuk 2 Pelawak Blitar yang Ditahan di Hongkong". Surya.co.id. Diakses tanggal 2023-10-01. 
  4. ^ "Gus Ipul minta pemerintah Hong Kong bebaskan Cak Percil dan Cak Yudho". merdeka.com (dalam bahasa Inggris). 2018-02-08. Diakses tanggal 2023-10-01. 
  5. ^ Media, Kompas Cyber (2018-02-09). "Dari Penjara, Cak Yudo dan Cak Percil Kirim Surat untuk Keluarganya di Indonesia". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2023-10-01.