Lompat ke isi

Cengkih di India

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Cengkeh di India telah digunakan oleh penduduk India sejak abad ke-2 SM. Kegunaannya untuk pengobatan dan upacara keagamaan. Namun, budidaya cengkeh di India baru dilakukan pada abad ke-16 Masehi setelah terbentuk hubungan perdagangan antara pedagang India dengan pedagang cengkeh di Kepulauan Maluku.  Pada abad ke-20, India menjadi negara pengimpor cengkeh. Negara pengeskpor utamanya adalah Indonesia.

Pemanfaatan

[sunting | sunting sumber]

Epos Ramayana memberikan keterangan bahwa cengkeh telah digunakan sebagai obat di India sekitar 200 SM.[1] Penduduk India juga menggunakan cengkeh untuk ayurweda sejak masa tersebut. Cengkeh dicampur dengan hasil kunyahan kapulaga di dalam bungkusan daun sirih. Campuran ini digunakan sebagai pengobatan untuk memperlancar pencernaan.[2] Pada masa tersebut, cengkeh juga digunakan untuk mengurangi sakit gigi dan mengobati bau tidak sedap pada mulut.[3]

Penanaman

[sunting | sunting sumber]

Cengkeh telah dibudidayakan di India.[4] Budidaya ini dimulai pada abad ke-16 M.[5] Bibit cengkeh diperoleh dari perdagangan dengan Kepulauan Maluku.[6] Para pedagang dari bangsa India telah mendatangi wilayah Kepulauan Maluku pada abad ke-12 M untuk membeli cengkeh.[7] Budidaya cengkeh telah dilakukan di India Timur. Cengkeh ditanam untuk dipanen bagian kuncup bunganya.[8]

Perdagangan internasional

[sunting | sunting sumber]

India merupakan salah satu negara pengekspor cengkeh di dunia.[9] Pada awal abad ke-5 M, para pedagang India mulai mencari cengkeh untuk diperdagangkan dari wilayah Nusantara bagian timur.[10] Pedagang India membeli cengkeh langsung dari Pulau Ternate, Pulau Tidore dan Pulau Banda. Mereka membeli cengkeh untuk dijual kembali dengan harga yang mahal.[11] Pada abad ke-14 M, para pedagang India bersama pedagang Arab dan pedagang Tiongkok membeli cengkeh di Kepulauan Maluku. Sebagian besar pedagang ini menetap di pulau-pulau yang ada di Kepulauan Maluku. Para pedagang India kemudian membantu penyebaran cengkeh ke Laut Tengah dan Eropa melalui perdagangan dari jalur laut maupun darat.[12]

Pada abad ke-15 M, Kesultanan Malaka menjadi pusat perdagangan cengkeh di Asia Tenggara. Cengkeh akhirnya dibeli oleh para pedagang Melayu dan Jawa dari wilayah Maluku Utara. Para pedagang India kemudian membeli cengkeh di Malaka untuk diperdagangkan di Gujarat. Cengkeh diperdagangkan oleh pedagang India ke berbagai negara di sekitar Laut Merah dan Teluk Persia.[13] Perdagangan cengkeh melalui jalur laut ke Teluk Persia dilakukan oleh para pelaut India yang beragama Hindu selama Abad Pertengahan.[14]

India mengimpor gagang cengkeh untuk dijadikan sebagai minyak.[15] Salah satu negara pengekspor cengkeh ke India adalah Indonesia.[16] Nilai pasok cengkeh dari Indonesia ke India berubah-ubah dengan rata-rata lebih dari 40%. Pada tahun 1988, India mengimpor cengkeh seharga US$ 18,1 juta. Dari total tersebut, cengkeh seharga US$ 14,5 juta diimpor dari Indonesia.[17] Pada tahun 2006 hingga 2011, India mengimpor cengkeh dengan total harga yang tidak tetap. Pada tahun 2006, harga impor cengkehnya sebesar US$ 9,433 juta. Pada tahun 2007  meningkat menjadi US$ 11,288 juta. Namun pada tahun 2008 menurun menjadi hanya US$ 0,837 juta. Pada tahun 2010 dan 2011 terjadi peningkatan pada impor cengkeh India dari Indonesia. Nilai impornya berturut-turut US$ 1,019 juta dan US$ 6,671 juta.[18]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Agusta, Ivanovich (2014). Ketimpangan Wilayah dan Kebijakan Penanggulangan di Indonesia: Kajian Isu Strategis, Historis, dan Paradigmatis Sejak Pra Kolonial. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. hlm. 128. ISBN 978-979-461-898-1. 
  2. ^ Nurdjannah, Nanan (2004). "Diversifikasi Penggunaan Cengkeh" (PDF). Perspektif. 3 (2): 66. 
  3. ^ Rizal, Molide (2017). Pengendalian Terpadu Hama Penggerek Batang Cengkeh (PDF). Bogor: Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. hlm. 1. 
  4. ^ Manueke, J., Tarore, D., dan Runaweri, C. (2017). "Pengendalian Hama Penggerek Batang (Hexamitodera semivelutina Hell.) pada Tanaman Cengkeh dengan Insektisida Pyrethroid dan Nafthalene" (PDF). Seminar Nasional dan Forom Komunikasi Perguruan Tinggi Pertanian Indonesia (FKPTPI) Fakultas Pertanian Unsrat Manado: 2. 
  5. ^ Sunaryo, Endang S. (2015). Minuman Tradisional Penguat Kekebalan Tubuh. Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo. hlm. 45–46. ISBN 978-602-02-7416-4. 
  6. ^ Suparman, Nurhasanah, dan Papuangan, N. (2017). "Analisis Pengelompokan Varietas Cengjeh (Syzygium aromaticum (L.) Merrill & Perry)) Berdasarkan Kemiripan Morfometrik di Pulau Ternate". Jurnal Biologi & Pembelajarannya. 4 (2): 43. ISSN 2406-8659. 
  7. ^ Waas, Edwen D. "Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Cengkeh (Eugenia aromatica L.) di Pulau Seram, Pulau-Pulau Lease dan Ambon" (PDF). Prosiding Seminar Nasional: Mewujudkan Kedaulatan Pangan Pada Lahan. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian: 624. 
  8. ^ Shiddieq, D., Sudira, P., dan Tohari (2018). Tohari, ed. Aspek Dasar Agronomi Berkelanjutan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. hlm. 25. ISBN 978-602-386-105-7. 
  9. ^ Tupamahu, Yonette Maya (2015). "Analisis Daya Saing Ekspor Cengkeh Indonesia di Kawasan ASEAN dan Dunia" (PDF). Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan. 8 (1): 28. 
  10. ^ Damanhuri, D. S., dkk. (2019). Keterbelakangan Teknologi dan Pembangunan Ekonomi Indonesia. Bogor: PT Penerbit IPB Press. hlm. 122. ISBN 978-602-440-640-0. 
  11. ^ Sinaga, S., dan Basuki (2016). Bahasa Indonesai Coursebook. Cambridge: Cambridge University Press. hlm. 34. ISBN 978-1316-60005-4. 
  12. ^ Arif, Ahmad (2021). Gautama, Candra, ed. Masyarakat Adat dan Kedaulatan Pangan. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. hlm. 42. ISBN 978-602-481-480-9. 
  13. ^ Sinaga, R., Simangunsong, L. E., dan Syarifah (2020). Kolonialisme Belanda dan Multikulturalisme Masyarakat Kota Medan. Yayasan Kita Menulis. hlm. 38. ISBN 978-623-6512-05-0. 
  14. ^ Stroomberg, J. (2018). Pradana, Bagus, ed. Hindia Belanda 1930. Diterjemahkan oleh Apriyono, Heri. Yogyakarta: IRCiSoD. hlm. 45. ISBN 978-602-7696-42-6. 
  15. ^ Setiawan, Rudi. Rempah Indonesia di Pasar Dunia. Rudi Setiawan. hlm. 8. 
  16. ^ Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. "Cengkeh" (PDF). Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri. 
  17. ^ "Perdagangan Rempah-Rempah Indonesia-India Bisa Dikembangkan". Warta Ekspor. Badan Pengembangan Ekspor Nasional. XXXII (3): 6. Maret 2004. 
  18. ^ Segarani, L. P. M., dan Dewi, P. M. (2015). "Pengaruh Luas Lahan, Jumlah Produksi, dan Kurs Dollar pada Ekspor Cengkeh di Indonesia" (PDF). E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana. 4 (4): 273. ISSN 2303-0178.