Cerita imajinasi
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Januari 2023. |
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Oktober 2022. |
Cerita imajinasi adalah cerita yang mengandung peristiwa kayal yang diciptakan oleh pengarang. Cerita imajinasi termasuk teks narasi sugestif, yakni suatu rangkaian peristiwa yang disajikan, sehingga merangsang daya khayal pembaca. Cerita imajinasi menggunakan bahasa konotatif, sehingga menampakkan daya khayal pembaca. Cerita imajinasi adalah cerita fiksi bergenre imajinasi. Pada cerita imajinasi peristiwa, tokoh, latar hanya ada di dunia khayal. Tema cerita imajinasi adalah keajaiban, supranatural, atau futuristik. Contoh dari cerita imajinasi, yaitu hikayat, novel, dongeng, dan cerita anak.
Ciri-ciri
[sunting | sunting sumber]Cerita imajinasi memiliki ciri-ciri khusus yang membedakan dengan cerita lain,[1] yaitu cerita imajinasi mengandung keajaiban, keanehan, dan kemisteriusan. Peristiwa dalam cerita imajinasi tidak ada dalam dunia nyata. Kemudian cerita imajinasi pasti memiliki gagasan yang digunakan sevagai ide cerita. Ide penulis cerita imajinasi merupakan gabungan dari dunia nyata dan dunia khayal penulis[2]. Lalu cerita imajinasi menggunakan latar yang menerobos ruang dan waktu. Cerita imajinasi menggunakan waktu dan tempat yang tidak dapat dijangkau manusia. Tokoh dalam cerita imajinasi khas dan misterius. Cerita ini menggunakan bahasa sehari-hari dan non formal.
Jenis
[sunting | sunting sumber]Berdasarkan latar waktu, cerita imajinasi dibagi menjadi tiga,[1] yaitu latar waktu lampau, Latar lintas waktu sezaman, latar waktu futuristik. Latar waktu lampau, yaitu cerita imajinasi yang mengungkapkan kejadian di masa lampau dan ditulis pada zaman dahulu, misalnya dongeng dan hikayat. Latar waktu sezaman, yaitu cerita imajinasi yang mengungkapkan kejadian pada zaman sekarang dan ditulis pada zaman sekarang, misalnya cerpen atau novel yang menggunakan alur saat ini. Latar waktu futuristik (masa yang akan datang), yaitu cerita imajinasi yang mengungkapkan kejadian yang akan datang, dan mengandung imajinasi pengarang tentang peristiwa masa depan.
Berdasarkan kesesuaian dalam kehidupan nyata, cerita imajinasi dibagi menjadi dua, yaitu Cerita imajinasi total, yaitu cerita imajinasi yang berisi semua khayalan pengarang terhadap objek cerita. Semua aspek yang ada dalam cerita ini tidak ada dalam dunia nyata. Contonya The Little Dragon. Yang kedua yaitu cerita imajinasi irisan, yaitu cerita imajinasi yang ditulis berdasarkan khayalan pengarang tapi masih menggunakan aspek-aspek yang ada di dunia nyata.
Unsur
[sunting | sunting sumber]Unsur intrinsik[1]
[sunting | sunting sumber]Tema
[sunting | sunting sumber]Tema diartikan sebagai landasan penulis untuk menulis dan mengembangkan cerita. Contoh tema yang digunakan dalam cerita imajinasi, antara lain keajaiban (misteri bola kristal, anak seorang penyihir, atau sapu ajaib).
Latar
[sunting | sunting sumber]Terdapat tiga latar, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.
Penokohan
[sunting | sunting sumber]Penokohan adalah menggambarkan secara jelas tantang seseorang yang ditampilkan dalam peristiwa.
Sudut pandang cerita
[sunting | sunting sumber]cara penulis untuk mengungkapkan tokoh utama yang dituliskan dalam karyanya. Terdapat beberapa jenis sudut,[3] antara lain sudut pandang orang pertama tunggal, sudut pandang orang pertama jamak, sudut pandang orang kedua, sudut pandang orang ketiga tunggal, dan sudut pandang orang ketiga jamak, dan sudut pandang campuran.
Amanat
[sunting | sunting sumber]Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang dalam sebuah cerita.
Alur
[sunting | sunting sumber]Jalan cerita yang mempunyai sebab-akibat.
Konflik
[sunting | sunting sumber]Konflik adalah masalah yang terjadi dalam cerita. Konflik merupakan inti dari sebuah cerita.
Unsur ekstrinsik
[sunting | sunting sumber]Bahasa
[sunting | sunting sumber]Bahasa yang digunakan pengarang dalam membuat cerita. Bahasa daerah pengarang memungkinkan masuk ke dalam cerita karena bahasa yang digunakan merupakan bahasa dari pengarang.
Latar belakang penulis
[sunting | sunting sumber]Terdiri atas biografi, kondisi psikologis pengarang dan aliran sastra yang dianut oleh pengarang.
Nilai yang terkandung
[sunting | sunting sumber]Nilai dalam cerita imajinasi merupakan nilai-nilai yang terkandung dalam kehidupan masyarakat. Nilai-nilai tersebut berupa aturan, adat, norma yang dianut oleh masyarakat. Nilai-nilai tersebut meliputi nilai sosial, nilai budaya, dan nilai religi.
Struktur
[sunting | sunting sumber]Terdapat tiga bagian dalam cerita imajinasi.[4] Bagian pembuka yang disebut orientasi (orientation) untuk mengenalkan tokoh, watak, latar, dan konflik. Kemudian ada komplikasi (complication) yang berisi hubungan sebab akibat yang menimbulkan konflik sehingga konflik tersebut memuncak. Di bagian terakhir disebut resolusi (resolution), merupakan solusi permasalahan yang dihadapi tokoh utama dan permasalahan sudah selesai . Akhir cerita memiliki dua kemungkinan, yaitu sad ending (cerita berakhir kesedihan) atau happy ending (cerita berakhir kebahagiaan).
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c Setiyaningsih, Ika; Sandra Santhi, Meita (2018). Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Intan Pariwara. hlm. 32–34. ISBN 978-979-28-2940-2.
- ^ "Baca Novel". Jakarta: Redaksiku.com. 2024.
- ^ "Jenis-jenis Sudut Pandang Adalah Teknik Dalam Cerita". kumparan. Diakses tanggal 2021-10-25.
- ^ Direktorat Sekolah Menengah Pertama (27 Juli 2021). "Mengenal Cerita Imajinasi Beserta Struktur Teksnya". kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 25 Oktober 2021.