Cijati, Cimanggu, Cilacap
Cijati | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Tengah | ||||
Kabupaten | Cilacap | ||||
Kecamatan | Cimanggu | ||||
Kode pos | 53256 | ||||
Kode Kemendagri | 33.01.13.2012 | ||||
Luas | 1.294,62 H | ||||
Jumlah penduduk | 6.983 jiwa | ||||
Kepadatan | - | ||||
|
Cijati adalah salah satu desa di kecamatan Cimanggu, Cilacap, Jawa Tengah, Indonesia.
ASAL USUL DESA CIJATI :
Kata Cijati merupakan gabungan dua kata Ci dan Jati. Dalam bahasa sunda Ci berarti air dan jati berarti pohon atau kayu Jati. Dan kisah tentang asal-usul Desa Cijati berdasarkan kepercayaan masyarakat setempat menyatu dengan mitos pohon jati yang tumbuh di sebuah lokasi yang oleh masyarakat Desa Cijati ( bahkan masyarakat luar desa ) diakui sebagai tempat keramat. Tempat itu dikenal dengan nama Pasarean Cijati. Mitos tentang pohon jati ini sampai sekarang masih diakui kebenarannya terutama oleh kalangan pemangku adat dan sebagian masyarakat. Sehingga pohon jati dimaksud meskipun kondisinya sekarang sudah tumbang namun oleh masyarakat setempat dibiarkan begitu adanya tanpa ada yang berani memanfaatkannya untuk keperluan apapun karena jika dipindahtempatkan apalagi dimanfaatkan akan menimbulkan marabahaya bagi yang bersangkutan dan masyarakat desa Cijati pada umumnya. Larangan (pamali) ini tidak hanya berlaku terhadap pohon jati saja, melainkan berlaku terhadap seluruh benda hidup dan benda mati yang ada di lokasi pasarean.
Pasarean Cijati dan Pohon jati yang ada di dalamnya adalah lambang kehidupan masyarakat dan pemerintahan desa cijati. Kehidupan masyarakat yang sebagian besar bercocok tanam padi masih kental dengan mitos ini. Setiap hari Jum’at Kliwon masyarakat setempat yang dipimpin oleh Tetua Adat ( Kunci / Kuncen ) menyelenggrakan ritual adat berupa rasulan di lokasi pasarean ini, guna memperoleh keberkahan dan keselamatan ( terhindar dari berbagai bencana). Seorang calon pemimpin pemerintah desa ( Kepala Desa atau Kepala Dusun ) akan memohon ijin kepada yang mbahurekso pasarean dengan cara ritual tertentu yang disebut dengan Nepus atau ritual semadi. Calon yang akan terpilih oleh rakyat adalah calon yang mendapatkan ijin lewat prosesi nepus.
Tidak ada data atau informasi pasti awal mulanya apakah pohon jati tersebut sengaja ditanam oleh seseorang atau memang tumbuh secara alami. Namun dalam kepercayaan masyarakat setempat dalam kisah tentang pasarean Cijati dan pohon jati disebut-sebut seorang tokoh bernama Sutawijaya. Sutawijaya adalah seorang pegembara yang sering melakukan perjalanan antara Solo dan Cirebon. Dalam perjalanan inilah Sutawijaya selalu beristirahat dan bermalam ( sare ) di lokasi ini, sehingga lokasi ini dikenali sebagai pasarean.
Sepertinya lokasi ini menjadi pilihan tempat peristirahatan karena Pasarean Cijati terletak tepat di pinggir sungai. Sungai ini kemudian dikenali dengan nama Sungai Cijati dan kemudian daerah permukiman sekitar pasarean diberi nama kampung Cijati yang kemudian digunakan sebagai nama Dusun dan kemudian dijadikan nama Desa hingga sekarang.
Pemerintahan Desa Cijati sudah ada sejak zaman sebelum kemerdekaan. Pemerintahan ini diperkirakan mulai berdiri pada pertengahan abad ke 19 atau sekitar tahun 1860, Pendiri desa cijati yaitu Mbah dalem Cakranunggal sebagai kepala desa pertama. Sejak berdiri sampai sekarang Desa Cijati sudah dipimpin oleh 13 orang kepala desa dan 3 (tiga) orang caretaker (penjabat/Pj. Kepaka Desa). dengan masa pemerintahan yang bebeda-beda. Enam orang kepala desa memmpin pemerintahan pada zaman pra kemerdekaan dan tujuh kepala desa memimpin setelah kemerdekaan. Mbah Nalawikrama menjadi kepala desa kedua menggantikan Mbah dalem Cakranungal. Kemuadian secara berurutan digantikan oleh Mbah Bangsakrama yang dikenal degan nama Ki Dongkol Gede, Mbah Karmawangsa, Mbah Kartameja, Ki Sogong. Tahun 1942 pemerintahan Ki Sogong digantikan oleh Mbah Sumanta ( anak ketiga dari Mbah Kartameja ) yang memeritah Desa Cijati sampai tahun 1959. Mbah Sanmarso memerintah sampai tahun 1970 yang kemudian diganti oleh Mbah Sanikram ( cucu dari Mbah Kartameja dari anak yang pertama / keponakan Mbah Sumanta ) yang memimpin Desa Cijati sampai tahun 1987. Selanjutnya Kepala Desa dijabat oleh Riwan namun sayang hanya bertahan selama tiga tahun karena yang bersangkutan mengundurkan diri. Pemerintahan kemudian dipimpin oleh seorang Caretaker bernama Drs. Usnanto sampai tahun 1992.
Seorang putra desa bernama Darwin yang lama menetap di Bandung terpilih menjadi kepala desa pada Pemilihan Kepala Desa tahun 1992. Selama menjabat Kepala Desa beliau sempat menunaikan ibadah haji ke tanah suci dan selama sejarah pemerintahan Desa Cijati beliaulah satu-satunya kepala desa cijati yang bergelar haji. Pengalamannya sebagai adminstrator di sebuah perusahaan asuransi dijadikan bekal ilmu dalam penataan administrasi pemerntahan desa. Beliau kepala desa yang memulai penataan administrasi pemerintahan desa secara lebih tertib. Sayang masa pemerintahannya tidak berlangsung sampai habis masa jabatannya karena pada tahun 1997 beliau meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan lalu lintas di Tasikmalaya. Desa Cijati kembali dipimpin oleh seorang caretaker. Suhandi yang menjabat sebagai sekretaris desa waktu itu ditunjuk sebagai penjabat (Pj.) Kepala Desa.
Pemilihan kepala desa baru kemudian diselenggarakan pada tahun 1999 yang menjadikan Tasrudin sebagai calon kepala desa terpilih. Pada masa pemerintahan Tasrudin terjadi perubahan besar dalam pembangunan infrastruktur, baik fasilitas prasarana pemerintahan, transportasi dan prasarana perekonomian. Beliau berhasil meraih prestasi sebagai Juara I pada Lomba Kepala Desa Berprestasi tingkat Kabupaten Cilacap, Beliau berhasil melakukan pembangunan prasarana jalan yang sekaligus membuka daerah terisolir. Pemerintahannya berakhir pada tahun 2007 karena habis masa jabatan. Pada pelaksanaan pemilihan kepala desa bulan Maret 2007, Tarda salah seorang Kepala Dusun berhasil menjadi calon kepala desa terpilih dan memimpin pemerintahan sampai dengan habis masa jabatan bulan April tahun 2013. Pada Pemilihan Kepala Desa tahun 2013, Tarda kembali terpilih menjadi Kepala Desa Cijati, tetapi kememimpinan beliau berakhir sebelum habis masa jabatan karena pada tanggal 28 Agustus tahun 2016 beliau meninggal dunia. Prestasi pembangunan yang menyolok selama kepemimpinan Kepala Desa Tarda yaitu Pembangunan Jaringan Listrik di seluruh permukiman penduduk di wilayah Desa Cijati. Sejak bulan September 2016 sampai dengan sekarang Pemerintahan Desa Cijati dipimpin oleh Eko Rusdianto,SP sebagai Penjabat (Pj.) Kepala Desa.