Lompat ke isi

Deklarasi Sirnagalih

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Deklarasi Sirnagalih adalah pernyataan yang ditandatangani 58 wartawan dan kolomnis era Orde Baru di Wisma Tempo Sirnagalih yang berlokasi di Desa Cipayung Girang, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Indonesia pada tanggal 7 Agustus 1994.[1][2] Inti dari pernyataan bersama ini adalah menuntut dipenuhinya hak masyarakat atas informasi, menentang pengekangan pers, menolak wadah tunggal untuk para wartawan (dalam hal ini Persatuan Wartawan Indonesia), serta mengumumkan dibentuknya Aliansi Jurnalis Independen (yang sebelumnya berjalan secara bawah tanah).[3]

Deklarasi ini dianggap sebagai tonggak penting dalam sejarah kewartawanan Indonesia di mana untuk pertama kalinya para wartawan bersatu untuk melawan kesewenang-wenangan pemerintah dalam pemberangusan pers yang telah terjadi berpuluh-puluh tahun.[4]

Latar belakang

[sunting | sunting sumber]

Salah satu latar belakang munculnya Deklarasi Sirnagalih adalah pemberedelan terakhir yang terjadi pada era Orde Baru pada 21 Juni 1994, yang menimpa Tempo, Editor dan Detik.[2] Keputusan tersebut diumumkan Direktur Jenderal Pembinaan Pers dan Grafika Kementerian Penerangan, Subrata, atas nama Menteri Penerangan Harmoko. Pemberedelan ini dilakukan dengan alasan bahwa pemberitaan Tempo tentang indikasi korupsi pembelian kapal perang eks Volksmarine Jerman Timur dapat membahayakan stabilitas nasional.[4] Sementara, alasan yang diberikan atas pemberedelan Editor dan Detik terkait ketidaksesuaian perkembangan kedua media dengan apa yang tercantum di SIUPP masing-masing.[5] Detik dituduh telah menyimpang dari SIUPP-nya yang berfokus pada pemberitaan detektif dan kriminal, karena pada kenyataannya lebih sering mengkritik pemerintahan.[6]

Bunyi Deklarasi [7]

[sunting | sunting sumber]

Bahwa sesungguhnya kemerdekaan berpendapat, memperoleh informasi, dan kebebasan berserikat adalah hak asasi setiap warga negara.

Bahwa sejarah pers Indonesia berangkat dari pers perjuangan yang menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan serta melawan kesewenang-wenangan.

Dalam melaksanakan misi perjuangannya, pers Indonesia menempatkan kepentingan dan keutuhan bangsa di atas kepentingan pribadi maupun golongan.

Indonesia adalah negara hukum. Karena itu pers Indonesia melandaskan perjuangannya pada prinsip-prinsip hukum yang adil dan bukan pada kekuasaan.

Indonesia adalah negara hukum, karena itu pers Indonesia melandaskan perjuangannya pada prinsip-prinsip hukum yang adil, dan bukan pada kekuasaan.

Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut maka kami menyatakan:

Satu, menolak segala bentuk campur tangan, intimidasi, sensor, dan pembredelan pers yang mengingkari kebebasan berpendapat dan hak warga negara memperoleh informasi.

Dua, menolak segala upaya mengaburkan semangat pers Indonesia sebagai pers perjuangan.

Tiga, menolak pemaksaan informasi sepihak untuk kepentingan pribadi dan golongan yang mengatasnamakan kepentingan bangsa.

Empat, menolak penyelewengan produk-produk hukum yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.

Lima, menolak wadah tunggal profesi kewartawanan.

Enam, memproklamirkan pendirian Aliansi Jurnalis Independen sebagai salah satu wadah perjuangan pers Indonesia.

Sirnagalih, 7 Agustus 1994

Daftar penanda tangan

[sunting | sunting sumber]

Deklarasi Sirnagalih ditandatangani oleh:[8][2]

  1. Ahmad Taufik
  2. Amira Jufri
  3. Andreas Harsono
  4. Ardian T Gesturi
  5. Arief Budiman
  6. Aristides Katoppo
  7. Asikin
  8. Ati Nurbaiti
  9. Ayu Utami
  10. Bambang Harymurti
  11. Bina Bektiati
  12. Budiman S. Hartoyo
  13. Candra Negara
  14. Christianto Wibisono
  15. Dadang Rachmat HS
  16. Dhia Prekasha Yoedha
  17. Diah Purnomowati
  18. Didik Budiarta
  19. Didik Supriyanto
  20. Dwi Setyo Irawanto
  21. Eros Djarot
  22. Farid F Cahyono
  23. Fikri Jufri
  24. Goenawan Mohamad
  25. Happy Sulistyadi
  26. Hasudungan Sirait
  27. Heddy Lugito
  28. Hendrajit
  29. Ida Farida
  30. Idon Haryana
  31. Imran Hasibuan
  32. Indrawan
  33. Jalil Hakim
  34. Janoe Arijanto
  35. Jus Soema Dipraja
  36. Kelik M Nugroho
  37. Lenah Susianty
  38. Liston Siregar
  39. M Anis
  40. M Thoriq
  41. Moebanoe Moera
  42. Nuruddin Amin
  43. Putu Wirata
  44. Ragawa Indra Maruti
  45. Rinny S. Doddy
  46. Rustam Fachri Mandayun
  47. Rudi P. Singgih
  48. Saifullah Yusuf
  49. Santoso
  50. Satrio Arismunandar
  51. Toriq Hadad
  52. T.J. Wibowo
  53. Wahyu Muryadi
  54. Yoanida Rosita
  55. Yopie Hidayat
  56. Yopie Lasut
  57. Yosep Adi Prasetyo
  58. Zed Abidien

Tanggapan

[sunting | sunting sumber]

Persatuan Wartawan Indonesia cabang Jakarta, sebagai satu-satunya wadah wartawan yang diakui pemerintah kala itu, memecat 13 anggotanya yang ikut menandatangani deklarasi ini. Mereka adalah Goenawan Mohamad, Fikri Jufri, Budiman S. Hartoyo, Happy Sulistiady, Ardian T. Gesuri, Diah Purnomowati, Toriq Hadad, Yopie Hidayat, dan Moebanoe Moera dari Tempo, Eros Djarot dari Detik, P. Hasudungan Sirait dari harian Bisnis Indonesia, Satrio Arismunandar dari Kompas, dan Josep Adi Prasetya dari majalah mingguan Jakarta Jakarta.[1]

The Jakarta Post mengabarkan peristiwa ini dalam berita bertajuk "80 Journalists from Java Set Up Rival Journalist Association" pada edisi 8 Agustus 1994. Dikabarkan sebenarnya terdapat lebih banyak wartawan yang mengikuti perundingan ini, tetapi yang menandatangani hanya 58 saja karena beberapa telah kembali bekerja. Beberapa media asing juga dikabarkan memberitakan peristiwa bersejarah ini.[2]

Catatan kaki

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b Hill, David T. (2011). Pers di Masa Orde Baru. Yayasan Pustaka Obor Indonesia. ISBN 978-979-461-786-1. 
  2. ^ a b c d dkk, Ahmad Taufik. Semangat Sirnagalih: 20 Tahun Aliansi Jurnalis Independen. Aliansi Jurnalis Independen (AJI). 
  3. ^ "Sejarah Aliansi Jurnalis Independen". Aliansi Jurnalis Independen. Diakses tanggal 2020-05-05. 
  4. ^ a b "Peringatan 25 Tahun Pembredelan Tempo". Tempo.co. 2017-02-01. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-12-26. Diakses tanggal 2020-05-05. 
  5. ^ Kompas, Redaksi KPG & Penerbit (2018-08-13). Kita Hari Ini 20 Tahun Lalu. Kepustakaan Populer Gramedia. ISBN 978-602-424-860-4. 
  6. ^ "Tertimbun dalam Pembredelan Pers". Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia. Diakses tanggal 2020-05-05. 
  7. ^ "Deklarasi Sirnagalih" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-08-10. 
  8. ^ "Penandatangan Deklarasi Sirnagalih | AJI SOLO (KOTA SURAKARTA)" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-05-05.